bag. 15

88 12 8
                                    

"Ular Putih semakin menjadi, Komandan!"

"Jalankan rencana siaga yang telah kita siapkan! Pastikan dia ikut dalam rencana, akan lebih baik lagi kalau dia mau jadi ketua."

"Tapi Komandan sepertinya itu mustahil, ibunya…"

"Aku yang akan urus, tugasmu pastikan dia ikut saja. Kamu bisa minta bantuan siapa saja"

"Baik Komandan!"

†††

"Apakah sensei juga ingin bilang 'komandan memerintahkan kitsune-san untuk ikut operasi ', lagi?"

Sudah hampir satu minggu oprasi rencana siaga dijalankan. Sejak saat itu juga Naruto mendapat pertanyaan yang sama setiap bertemu dengan anggota rencana siaga. Dan jika dugaan Naruto benar maka perkataan yang akan terlontar dari guru berambut biru yang ikut mendudukan dirinya didekat Naruto yang beristirahat setelah berhasil mengalahkan tim basket sekolah hanya dengan tim seadanya yang terbentuk dadakan dari anggota kelasnya. Entah apa masalah awalnya sehingga tim basket bersitegang dengan kelas Naruto. Tidak jauh berbeda dengan apa yang diucapkannya.

"Tidak. Kenapa kamu tidak mau?"

"Tidak mau apa?"

"Jadi ketua?! Dari yang aku lihat tadi, bukan hal mustahil kalau kamu berhasil memenangkan pertempuran melawan kelompok ular putih seperti caramu mengalahkan mereka."

Dari tempat duduknya Nagisa dapat melihat pahatan tegas wajah Naruto dari samping. Gadis itu memang punya aura wibawanya tersendiri. Dia sudah melihatnya selama pertandingan gadis itu tadi.

"Aku menang bukan hanya terbatas pada strategi, tapi juga kepercayaan. Timku percaya padaku itu yang membuat kami menang. Strategi memang perlu, tapi strategi tidak akan berhasil kalau bidaknya tidak ingin menjalankan." Naruto memberikan penekanan pada kata 'kami' pada ucapannya. Setelahnya Naruto pun beranjak
"Aku harap sensei lebih pintar dari yang aku duga sehingga tahu apa yang aku maksud, jaa ne" lanjutnya sebelum pergi kembali ke rombongannya sambil membersihkan belakang celananya.

"Iya. Aku tahu maksudmu. Aku aku coba sampaikan pada komandan" guma Nagisa kecil. Mungkin hanya dia saja yang bisa mendengarnya. Pandangannya belum juga lepas dari Naruto yang kembali kearah teman temannya sambil meneriakkan nama seseorang.

"KIBAA!!"

"Lihat, permata kita sudah kembali dari hibernasinya!" Celetukan Kiba disambut tawa olah yang lain. Setelahnya guru berambut biru itu tidak lagi peduli apa yang terjadi selanjutnya.

‡‡‡

Setelah berhari-hari mencari akhirnya mereka menemukan titik terang. Mereka berhasil melacak posisi transaksi kelompok ular putih yang akan terjadi hari ini. Begitu pula Naruto yang berhasil dibujuk untuk menjadi salah satu partisipan.

Saat yang lain sibuk mempersiapkan diri, Naruto masih saja berkutat dengan ponselnya. Dia terlihat seperti mencoba menghubungi seseorang

Dering pertama

Panggilan belum ada tanda tanda diangkat

Dering kedua

Masih belum tersambung

Dering keti…

"Moshi moshi"

"Moshi moshi, Itachi-san?!"

"Iya. Ada apa Naru?"

"Apakah Sasuke ada dirumah?"

"Sasuke? Ada. Baru saja masuk kamar. Apa perlu aku berikan ponselnya pada Sasuke?"

"Ah… tidak. Tidak perlu. Bisa minta tolong awasi adikmu. Kalau dia keluar hubungi aku. Terimakasih" tanpa menunggu balasan Naruto lebih dahulu mematikan sambungannya. Dan segera meraih pistol dan pisau yang tersisa. Cukup simpel untuk ukuran persiapan melawan penjahat yang sulit ditangkap

Sedangkan Itachi merasa ada yang aneh setelah Naruto mematikan sambungannya. Berbagai pertanyaan seperti 'kenapa dengan Sasuke? Kenapa Naru mencarinya?' memenuhi kepalanya. Tapi dia tahu, mustahil bagi Naruto menjawab pertanyaannya.

Disinilah Naruto sekarang. Setelah mendapat pesan dari Itachi, Naruto yang memang dari awal memisah diri dari rombongan dan berada di sekitar rumah Uchiha. Mengikuti Sasuke dari jarak aman dengan kendaraannya sendiri.

Sasuke menghentikan kendaraannya didekat hutan di wilayah klan Iburi. Dan Naruto pun melakukan hal yang sama.

†††

Lagi dan lagi Sasuke merasa saraf tubuhnya tidak bisa dikendalikan. Otaknya memerintahkan untuk pergi kesuatu tempat. Sasuke tentu tahu betul dimana itu. Tempat itu merupakan salah satu markas orang yang telah mengendalikannya.

Tidak bisa menghentikan tindakannya sendiri, Sasuke hanya bisa pasrah mengendarai motor ketempat tujuan. Pria itu tidak sadar jika ada yang mengikutinya bahkan sampai masuk kedalam juga.

Tiba tiba…

Sret

Jleb

Sebilah pisau melayang dan menancap tepat di bahu Sasuke. Sasuke yang terkena serangan tiba tiba hanya terpaku sebentar karena setelahnya peluru yang entah datang dari mana mengincar tubuhnya.

Sasuke yang belum bisa mengendalikan tubuhnya secara otomatis mengambil dua kunai yang berada dikantung celananya untuk menangkis runtunan peluru yang melayang kearahnya. Suara dentingan timah dan besi terdengar begitu nyaring selama beberapa menit dan peluru terakhir berhasil membuat salah satu kunai yang dipegang Sasuke melayang. Setelahnya kontrol tubuh Sasuke kembali bahkan dia juga dapat merasakan sakit dipundaknya

"iish… hah." Baru saja merasakan sakit bahunya Sasuke merasa terpaku merasakan sesuatu yang tajam menekan lehernya

"terbunuh atau menyerah"

Suara itu terdengar cukup mengerikan tapi bukan Sasuke namanya jika tidak mampu mengendalikan tampilannya apalagi ekspresinya

"khe khe khe, bagaimana jika aku memilih bebas"

"tidak ada opsi itu"

"aku yang akan membuatnya ada"

"tidak akan terjadi.
jawab waktuku tidak banyak!" suara yang terdengar dari belakang tubuhnya menunjukkan bahwa orang itu telah emosi bahkan pisau yang digunakan untuk mengancamnya sudah masuk sedikit lebih dalam.

Masih enggan menjawab, Sasuke mencoba membuat topik baru padahal posisinya tidak menguntungkan "kau tahu tentang tato itu?"

"ya, ya aku juga punya," jawaban tanpa minat Sasuke dapatkan "cepat jawab atau…" pisau itu menekan semakin dalam "aku bertindak sesuka hati" lanjutnya dengan nada yang dibuat mengerikan

"bagaimana dengan penawaran?"

"apa!?"

"Aku beritahu tentang Orochimaru dan aku bebas!"

"akan ku pertimbangkan"

"dan jadilah kekasihku aku jaga identitasmu"

"ah gimana ya, waktuku habis. besok datang ke kelasku saat jam istirahat atau tunggu aku di taman belakang sepulang sekolah. Jaa ne Suke-Chan" Naruto pergi tanpa menunggu balasan

"Heh, dia tahu"

Tapi sepertinya keterkejutan Sasuke bukan hanya sebatas itu. Karena yang terjadi berikutnya adalah tangannya yang tiba tiba terasa tidak bisa digunakan. Seolah diborgol dan

"Kau suka Naru-Chan otouto!?"

Bagaimana bisa ada orang ini juga disini!!!

Wih gak kerasa udah seminggu aja nih baru lanjut ketik lagi. Sesuai yang aku ketik di akhir bab kemarin mulai dari bab ini dan seterusnya interaksi Naru and Sasu bakal lebih dimulai and mau memasuki konplik😁

two (three) optionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang