bag. 20

89 12 3
                                    

Kriet

Matahari sudah nyenyak di peraduannya saat pintu disalah satu rumah mewah terbuka perlahan oleh seorang pria. Mata pria itu mengedar melihat sekeliling yang gelap. Lampu yang ada tidak dinyalakan. Atau bahkan mungkin sudah dimatikan.

Perlahan pria itu mengendap endap masuk. Tiba tiba...

Klik

Suara saklar ditekan terdengar diantara kesunyian malam. Lampu yang semula tidak teraliri listrik menyala dengan terangnya.

"Baru pulang!"

Disana. Didekat tombol saklar berada. Fugaku, ayahnya berdiri bersidekap dada dengan muka datar yang senantiasa melekat di wajahnya.

Sasuke tidak berani walau hanya sekedar mengangkat wajah. Ini bukan pertama kalinya pulang terlambat. Dulu, waktu kecil dia jug pernah pulng terlambat dari jam yang seharusnya hanya karena menonton sirkus jalanan yang kebetulan lewat.

Saat itu, Sasuke kecil dihukum Fugaku dan dikunci didalam kamar serta hanya diberi makan nasi tanpa lauk dan segelas air putih saja. Sasuke yang saat itu baru berumur 8 tahun dikunci di kamar gelap sendirian hanya bisa menangis ketakutan. Ingin menyalakan lampu pun rasanya percuma, melihat tingginya saklar yang setara kepala orang dewasa.

Setelah pintu dibuka keesokan paginya Sasuke kecil ditemukan meringkuk di lantai meringkuk dengan kondisi badan yang panas. Mikoto, ibunya dengan sigap mengurus Sasuke kecil setelah sang Ayah mengangkatnya ke kasur meskipun diselimuti rasa khawatir.

Saat Sasuke kecil mengadukan sikap sang ayah, Mikoto hanya menjawab

Itu karena Otousan menghawatirkan mu. Otousan takut kamu kenapa kenapa jika tidak ada di rumah ketika sudah saatnya pulang.

Jangan marah pada Otausan, Otousan bukan membenci Sasuke. Tapi caranya menunjukkan kasih sayang berbeda dengan yang lain.

Sasuke kecil hanya terdiam mencoba memahami ucapan Mikoto. Ucapan ibunya saat otu sangat sulit dipahami Sasuke kecil. Baginya ayahnya membencinya makanya tega memberikan hukuman hanya karena terlambat pulang sedikit.

Tapi benarkah begitu?

Kakaknya juga pernah tidak dirumah saat ayahnya pulang dan langsung mendaatkan hukuman yang lebih berat dari Sasuke kecil saat itu. Padahal Itachi digadang gadang sebagai anak kesayangan Fugaku Uciha.

Kembali lagi ke saat ini

Sasuke masih merunduk dibawah tatapan datar sang ayah, menantikan hukuman yang mungkin akan diberikan Fugaku. Biasanya memang Sasuke keluar malam. Tapi saat itu Fugaku sudah tahu kalau dia sudah pulang dan perginya pun diam diam.

Jarum jam kuno yang berdenting sebelas kali menandakan waktu semakin larut sekaligus menunjukkan jika bukan waktunya untuk bicara mengisi kesunyian diantara keduanya. Sampai akhirnya terdengar helaan nafas kasar dari si paling tua.

"Besok kita akan bertemu teman Otousan. Jangan pulang terlambat dan jaga sikapmu."

Setelah mengatakan itu Fugaku melenggang pergi. Aneh. Kemana sikap keras ayahnya pergi?

Entah dewi Fortuna sedang berpihak padanya atau malah sebaliknya. Yang pasti, sekarang Sasuke merasakan firasat buruk.

Kecurigaannya terbukti saat akan sarapan Sasuke tidak sengaja mencuri dengar pembicaraan ibu dan ayahnya. Satu kalimat dari ayahnya yang mampu membuat Sasuke membeku ditempat

Sasuke sudah besar Mikoto. Aku tidak akan menarik keputusanku. Lagi pula ini hanya pertunangan bukan pernikahan.

Apa ini, kenapa namanya dibawa bawa? Pertunangan? Siapa yang mau bertunangan? Jadi ini maksud ayahnya bilang jaga sikap? Karena sebentar lagi dia akan dijodohkan dengan orang yang bahkan belum dia tahu siapa dan bagaimana. Entah dapat bisikan dari mana dia tiba tiba memikirkan seseorang.

♥♪♪♪♥

Disekolah

Seperti biasa, Naruto tetap berangkat bersama dengan Kiba meskipun keduanya tidak sekelas lagi. Biarpun tidak sekelas keduanya kan masih sekompleks. Tidak ada alasan untuk Naruto tidak berangkat bersama Kiba. Dan jika kalian lupa, Kiba satu sekolah dengan Naruto karena ulah Tsunade yang terlalu memikirkan Naruto jika harus bersekolah tanpa teman yang dikenalnya baang satu pun.

Selain berangkat bersama Naruto juga tetap mendapat bekal penuh cinta dari purti Hyuga. Iya, siapa lagi kalau bukan Hinata Hyuga. Tapi kali ini Naruto tidak dapat membagi bagikannya pada teman sekelas. Ingat Hinata dan Naruto sekelas sekarang. Dan diluar kelas pun ada pawangnya.

Pernah sekali Naruto menawarkan bekal dari Hinata kepada Kiba saat kelimanya, beserta anak ayam yang kehilangan induknya dan antek anteknya duduk lesehan dibawah pohon yang cukup rindang dipinggir lapangan outdoor. Beberapa menit kemudian Hinata datang dengan mata yang berkaca-kaca. Jadinya Naruto memakan semuanya sendirian didepan Hinata dengan senyum canggung yang selalu terpatri di wajah ayu Naruto.

Naruto kapok. Naruto tidak ingin mencobanya lagi. Makan dibawah tatapan yang menyedihkan adalah hal yang mengerikan bagi Naruto.

"Hari ini dapat lagi," celetuk Kiba kala matanya melihat objek yang serupa.

Berpikir sejenak Naruto menjawab "Em… sepertinya tidak"

Entahlah. Akhir akhir ini Kiba sering menertawakannya hanya karena bekal yang diberikan Hinata untuknya ketahuan dibagi bagi. Dan itu cukup menyebalkan.

Di ujung koridor tepat didepan kelasnya, XII A. Naruto melihat Sasuke berjalan kearahnya lengkap dengan tas di punggungnya. Gadis itu memang tidak langsung pergi ke kelasnya begitu sampai. Dia lebih sering berada si depan kelas Kiba sampai bel masuk berbunyi.

"Naru, tolong pergi denganku nanti malam!"

Duer 🎉🎉 surprise!!! Ini termasuk bonus deh kayaknya. Seminggu dua kali. Sangat jarang dan hampir tidak mungkin.

Isi kolom komentarnya ya☺️

Isi yang pedes kayak ketikan Netizen+62 😅

two (three) optionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang