bag. 10

113 14 1
                                    

Semalaman Gara tidak bisa menghilangkannya suara bariton sekaligus feminim yang mencegatnya kemarin sore. Dia merasa perlu waspada pada pemilik suara itu. Tapi, siapa dan ada keperluan apa seseorang itu ada di sana sampai mencurigai keberadaannya?

Melirik meja makan diruang sebelah, Gara melihat Temari, kakak perempuannya. Gadis itu sudah siap dengan seragamnya dan hampir selesai menyantap sarapannya, berbanding terbalik dengan dirinya yang baru saja beranjak dari kamarnya karena susah tidur.

Tanpa ragu Gara berjalan kearah kakaknya berada. Setelah jaraknya tidak cukup jauh "cari informasi lawan yang perlu diwaspadai Temari!"

Temari sedikit terganggu dengan ucapan Gara, tapi dirinya juga tidak bisa membantah "bukankah seharusnya kau memanggilku 'kakak' huh"

Gara yang sedang meminum air putih yang baru saja diambilnya sama sekali tidak terganggu. Selesai dengan aktivitasnya, Gara hanya berdehem sebentar sebelum pergi bersiap ke sekolah meninggalkan Temari yang sudah selesai dengan makanannya.

Temari tahu usahanya percuma, tapi apa salahnya mencoba kan? Dia bahkan tidak tahu sejak kapan hubungan keduanya merenggang. Bukan hanya dia dan Gara tapi juga Gara dengan Kankuro. Dan dia hanya ingin memperbaiki hubungan mereka, tidak salah kan?

***

"Kiba-Kun!"

Kiba yang merasa dipanggil menengokan kepalanya ke belakang. Tapi bukan orang yang biasa memanggilnya melainkan...

"Ada apa Hinata?"

... Hyuga Hinata, gadis bermata lavender berambut sepunggung yang Kiba ketahui anak kelas XII A. Tentu Kiba tahu siapa dia. Primadona sekolah sekaligus keturunan pertama pemimpin Hyuga, salah satu keluarga yang disegani di Konoha.

"K-kamu sendirian. D-di mana N-naru Chan?"

Bukan hal aneh lagi jiga Kiba dipanggil hanya untuk ditanyakan keberadaan tetangganya itu. Sebagai orang yang sering bersama gadis kuning itu membuat dia menjadi orang pertama yang dituju orang orang jika ingin mencari gadis baik hati yang sering menyebar kebaikan dimana mana itu.

"Tadi Naru belum berangkat mungkin sebentar lagi sampai." Kiba tidak bohong tadi sebelum berjalan ke sekolah, pemuda itu sempat meneriaki Naruto di depan rumahnya. Bahkan ucapannya yang berkata 'sebentar lagi sampai' pun tidak hanya ucapan semata.

Beberapa saat setelah Kiba berucap Naruto datang dengan cengiran lebarnya merangkul Kiba tanpa rasa bersalah. Gadis itu tidak akan menyadari keberadaan Hinata jika dia tidak memanggil nama 'Naruto'.

Merasa perhatian Naruto beralih padanya, tanpa kata Hinata menyodorkan sekotak bekal makanan kepada Naruto. Aah... jangan salah paham keduanya bukan Yuri atau sejenisnya. Dulu Naruto pernah melakukan sesuatu yang bagi Hinata merupakan sesuatu yang sangat berarti hingga saat ini tidak jarang gadis Hyuga itu mencari perhatian Naruto dan salah satunya dengan memberikan bekal. Tujuannya hanya satu, agar gadis kuning dengan penuh semangat yang menyertainya setiap hari bisa menjadikannya teman dekat. Hanya itu, tidak lebih.

"Terimakasih Hinata." Naruto menerima kotak bekal itu dengan senyum membuat Hinata semakin senang. "Waah onigiri! Kamu buat sendiri? Terlihat enak." Lanjutnya setelah membuka tutup bekal itu. Selama ini Hinata memang membuatnya sendiri dan rasanya tidak perlu diragukan lagi.

"Aku akan memakannya nanti. Daah Hinata." Mengangkat kotak bekal yang suah tertutup lagi, Naruto melangkah menuju kelasnya dengan Kiba digandengan nya.

Dirasa cukup jauh Kiba berujar
"Gadis itu terlalu baik"

"Aku tahu"

"Apa kau akan memakannya bersama? lagi"

"Menurutmu?"

Tidak perlu ditanya Naruto memang terlalu memikirkan orang orang disekitarnya "Yah tidak heran sih kamu memang selalu begitu. Kasian dia"

"Sudahlah Kiba kalau kamu suka bilang saja. Kurasa gadis itu juga tidak keberatan." Tawa guyon Naruto menemani langkah Kiba yang kesal.

Tawa Naruto berhenti sesaat kala matanya melihat sesuatu. Mulai menyeringai kecil. Tidak ada yang tahu apa yang gadis itu pikirkan sebelum melanjutkan tawanya.

***

Malam menjelang, suasana yang sunyi dan sepi sangat cocok untuk beberapa penjahat beraksi. Suasana dingin setelah hujan yang telah reda satu jam yang lalu tidak menghentikan seorang pria bersurai merah melakukan aksinya.

Pria itu, Gara ditemani senter kecil ditangannya mengobrak-abrik gudang penyimpanan dengan berkas berkas penting didalamnya.

"Rak D kolom 5, data data keamanan Konoha. Itu yang kamu cari bukan? Tapi maaf saja aku datang untuk menangkap mu"

Suara itu cukup mengagetkan Gara. Suara yang sama dengan suara yang menghantuinya. Gara terdiam ditempatnya, pria itu masih jauh untuk sampai pada tempat yang suara itu ucapkan. Tidak hanya itu lampu dalam ruangan itu juga tiba tiba menyala membuat Gara dapat melihat dengan jelas seluruh isi ruangan dan juga seseorang bertopeng berambut kuning keemasan di dekat jendela, dari bentuk tubuhnya Gara tahu orang itu, perempuan.

'jika dia disana, berarti ada dua orang disini'

"Sabaku... Gara"

Suara yang berasal dari orang di dekat jendela membuat Gara semakin waspada. Memastikan lagi topeng yang dia pakai tidak terlepas. Dan keberadaannya cukup tersembunyi.

"Jangan tegang aku tahu kamu dimana"

Gadis itu berkata dengan nada santai. Tidak ingin berlama lama mendengar celotehan tidak bermutu, otaknya segera mencari jalan keluar. Gadis itu ada di dekat jendela dan saklar lampu ada di luar. Ada jendela lain di sana tapi Gara tidak yakin kalau jendela itu tidak terkunci.

Berjalan dengan pelan, Gara menuju pintu yang sedikit terbuka. Bisa saja gadis itu tidak tahu keberadaannya kan? Dan ucapannya hanya untuk menakut nakutinya saja. Bukankah orang yang takut lebih banyak menggunakan insting dari pada otak?

"Puppy orang itu keluar apa kau melihatnya"

"Ah iya Naru. Hitung ketiga tarik pelatuknya"

Iya, gadis itu Naruto. Senju Naruto lagi lagi melakukan misi ilegal. Tidak ada perintah untuk melakukan ini. Ditemani Kiba yang berubah menjadi asisten dadakannya. Gadis itu memang suka merepotkan teman baiknya.

"Sepertinya dia terlalu lincah. Jebakan kita lepas." Entah sejak kapan Naruto sudah berdiri disamping Kiba. Lompat jendela bukanlah hal sulit baginya jadi dia dapat melihat dengan jelas Gara yang dapat melewati jebakannya dengan mudah.

"Ayo kejar, capat ambil motormu!" Agar tidak kehilangan jejak Naruto ikut berlari mengejar Gara sedangkan Kiba menuju motornya diparkirkan

***

Gara berhasil dikejar bahkan keduanya sempat terlibat perkelahian tapi tidak berlangsung lama, sebab ketika Naruto mengincar salah satu titik vitalnya entah datang dari mana pria itu mendapatkan sandranya

"Kau maju pisauku juga"

two (three) optionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang