Bag. 6

168 21 3
                                    

Sesampainya di rumah, Sasuke langsung mengganti pakaiannya dan segera pergi ke ruang makan setelah melirik sekilas di ruangan itu sudah terdapat ibu dan ayahnya.

Mereka makan dengan tenang. Tidak ada suara sedikitpun selain dentingan piring dan sendok.

Setelah selesai makan, Fugaku, ayah Sasuke langsung beranjak dari tempat duduknya. Biasa. Hal itu sudah biasa terjadi, hingga kini sudah tiada lagi sorot sedih yang terpancar di mata Sasuke saat melihatnya.

Fugaku, ayahnya merupakan seorang mantan kepala kepolisian sebelum dia mempensiunkan dirinya dan beralih untuk menjadi seorang pengusaha. Saat ini perusahaannya yang dibangunnya dengan nama 'UC Grup' telah sukses mengalahkan perusahaan perusahaan yang telah berdiri terlebih dahulu dan masuk ke dalam peringkat 10 besar perusahaan terbesar di kotanya.

Dimata Sasuke, tiada hari tanpa bekerja bagi pria tua itu. Meskipun begitu dia masih tetap bersyukur, setidaknya masih ada Mikoto, ibunya yang dapat memberikan kasih sayang yang tidak dia dan Itachi, kakaknya dapatkan dari ayahnya.

Bicara tentang kakaknya, kemana perginya pemuda yang jadi panutannya itu.

Selesai membereskan piring piring kotor di meja, Sasuke bertanya
"Okaa-san! Dimana Aniki"

"Aniki!?" Mikoto membeo. Terdapat sedikit kernyitan didahinya
"Ooo... Aniki di kamarnya. Sasuke tolong antarkan makanan ya! Dia belum makan sejak pulang tadi."

"Hm"
Tanpa berkata apa apa lagi, Sasuke beranjak dengan nampan berisi makanan di tangannya. Tujuannya kali ini kamar kakaknya.

♪♪♪

"Terluka lagi"
Tanpa mengucapkan salam Sasuke dengan santainya masuk ke kamar Itachi

Sedangkan Itachi, sedang duduk di pinggir kasurnya, berusaha membalut tangan kanannya yang terluka akibat latihan tadi. Dia baru saja selesai mandi dan berganti pakaian.

"Okaa-san memintaku mengantarkan ini" Sasuke meletakkan nampan yang dibawa diatas nakas di samping tempat tidur. Tangannya kini beralih mengambil perban di tangan Itachi untuk membantunya menutup lukanya.

"Kenapa?" Tidak ada raut khawatir saat Sasuke mengatakannya. Wajahnya tetap sama, datar.

"Hanya pisau kecil. Bukan masalah"

Mendengar jawaban itu, dengan sengaja Sasuke menekan dengan sedikit lebih kuat luka yang tengan di balutnya. Terdengar Itachi sedikit meringis kesakitan.

Sasuke mendengus geli mendengarnya. Katanya bukan masalah.

Sesaat keheningan melanda keduanya

"Berhenti jadi anjing pemerintah"

Itachi tidak tersinggung, tentu saja. Sudah sering adiknya melontarkan kata-kata yang seolah mengejeknya. Mengejek profesinya.

Itachi hanya bisa mengangkat sebelah alisnya dengan raut wajah seolah bertanya 'kenapa? Coba berikan aku alasan' dengan sebelah tangan meraih nampan di nakas.

"Aku tentara Sasuke, bukan anjing." Tidak ada amarah dalam kata katanya meskipun dirinya sadar telah disindir dengan terang terangan
"Lagi pula, kenapa kamu tidak suka tentara? Bukankah kamu sangat ingin jadi polisi dulu."

Tidak ada jawaban dari Sasuke. Itachi melanjutkan ucapannya

"Ingatlah sebagai besar silsilah keluarga kita juga polisi jadi__." Ucapan Itachi terjeda saat dia menyuapkan nasi kemulutnya

"Jangan terlalu membenci profesi itu" Lanjutnya setelah nasi dimulutnya sudah habis.

Sanggahan dari Sasuke terdengar sangat cepat untuk di sebut sebagai bualan.

two (three) optionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang