16.00

84.3K 12.3K 2.5K
                                    

Hai, Vren!

Absen jam berapa kamu baca part ini!!

Masih kuat gak puasanya hari ini?

Spam '01.00' dulu sebelum baca!

Jangan lupa Votenya💜

LENGKARA berjalan masuk kembali ke kamarnya setelah berjalan-jalan sendirian di taman samping rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LENGKARA berjalan masuk kembali ke kamarnya setelah berjalan-jalan sendirian di taman samping rumah. Gadis itu sudah merasa suntuk karena bermain sendirian di ayunan sambil menghitung bintang di langit.

Lengkara duduk di meja belajar dan membuka-buka buku pelajarannya. Gadis itu sudah dua hari tidak masuk sekolah karena demam, dan rencananya besok akan kembali ke sekolah.

Lengkara sudah meminta catatan dari Prima tentang pelajaran hari ini dan kemarin. Ia tinggal menyalin catatan dan tugas yang guru berikan.

Namun, baru saja gadis itu membuka halaman pertama, emosi gadis itu langsung naik. Satu-satunya bookmark dari bunga mawar ia buat, sudah meleleh karena dibakar seseorang.

Setelah bookmark yang satu—yang niatnya ingin dihadiahkan kepada Masnaka—ia gunting- gunting, kenapa yang satu ini juga jadi rusak begini? Padahal ia selalu menjaganya dan diselipkan di dalam buku catatan.

Rahang gadis itu mengeras. Pikirannya langsung tertuju kepada Nilam. Pantas saja gadis ular itu tadi memasang badan di hadapannya sambil memegang-megang korek api di tangannya tadi.

Lengkara memukul meja belajarnya dengan penuh emosi. "Emang bakalan mati tuh orang kalau satu hari aja gak cari masalah sama gue!"

Lengkara mengambil pembatas bukunya itu, lalu keluar kamar. Ia melangkah lebar menuju kamar Nilam, dan dengan segera menggedor
pintunya.

"Buka!" teriak Lengkara dari depan pintu kamar Nilam.

Brak! Brak! Brak!

"Buka!" Lengkara bahkan mulai menendang pintu itu.

"Berisik banget, sih!" ucap Nilam sesaat setelah membuka pintu kamarnya.

"Ini ulah lo, kan?!" Lengkara mengangkat pembatas buku itu tepat di depan wajah Nilam.

Nilam terdiam sejenak melihat pembatas buku itu, sebelum akhirnya mendengkus geli. "Itu, kan, barang dari pacar gue, jadi harus gue musnahin, lah."

"Ini punya gue! Siapa pun yang ngasih, intinya ini barang gue! Lo gak ada hak buat ngancurin gitu aja!" tegas Lengkara. Namun, gadis itu hanya mendapatkan tawa dan pandangan meremehkan dari Nilam.

"Oh, ya?" tanya Nilam. "Kar, lo gak inget? Keluarga lo aja gue hancurin, apalagi barang gak berguna kayak gitu!"

Emosi Lengkara langsung naik setelah mendengar ucapan yang keluar dari mulut Nilam. "Sialan!"

01.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang