Hai, Vren!
Absen jam berapa kamu baca part ini!!
Masih kuat gak puasanya hari ini?
Spam '01.00' dulu sebelum baca!
Jangan lupa Votenya! 5 K vote untuk next!
Geo merangkul pundak Deo, mencoba untuk memberi kekuatan untuk kakaknya itu walau sebenarnya ia juga hancur di dalam sana.
Tak ada yang tahu, bahwa sebenarnya tiap bulan Geo selalu datang berkunjung sendirian ke makam sahabatnya itu. Entah hanya untuk membersihkan makam laki-laki itu atau hanya sekedar berbagi sedikit cerita kepadanya.
Geo selalu berbicara sendirian di depan makam Masnaka, mengajak laki-laki itu berbicara seolah-olah lelaki itu memang sedang berada di sana.
Mulai dari menceritakan tentang Lengkara, menceritakan tentang pelajaran sekolah, bahkan menceritakan tentang anak-anak panti yang sampai saat ini masih menanyakan keberadaan Masnaka yang sudah tidak muncul selama satu tahun lamanya. Geo menceritakan semuanya tanpa terkecuali.
Sebelah tangan Geo tiba-tiba naik menghapus air mata yang dengan nakalnya mengalir begitu saja di wajahnya. Ia telah menahan perasaannya ini selama satu tahun lamanya, mungkin ini saatnya ia melepaskan semuanya. Tepat dihari kelulusan mereka.
Geo terlihat mengatur napasnya yang mulai sesak. Lelaki itu menghapus semua air mata yang entah sejak kapan sudah kembali berlinang di wajahnya.
"Makasih karena lo udah mau bertahan sejauh ini," ucap Geo lirih. Lelaki itu yang paling tau bagaimana perjuangan Masnaka selama ini.
"Lo beneran pergi setelah nyelesaiin semua masalah lo di sini." Geo ingat bagaimana Masnaka bersikeras menyuruhnya untuk melupakan penyakit kanker yang diidap Masnaka.
Bagaimana Masnaka memaksanya untuk tutup mulut dan tidak memberitahu siapapun bahkan ke saudara kembarnya sendiri.
Bahkan sampai detik ini, semua orang mengira kalau Geo sama seperti Deo. Orang yang sama sekali tak tahu tentang penyakit Masnaka dan ditinggal pergi begitu saja.
"Terima kasih buat semua pelajaran berharga yang udah lo kasih, Ka." Geo memberi jeda panjang pada kalimatnya. "Tentang cinta tanpa pamrih, tentang kebaikan tanpa imbalan, dan tentang pelajaran hidup lainnya."
Kali ini gantian Deo yang menepuk pundak adik kembarnya itu. Kedua saudara itu kini tengah saling menguatkan satu sama lain.
"Terima kasih banyak, Ka. Semua yang sudah lo lakuin gak akan pernah kita lupakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
01.00
Teen Fiction"𝙷𝚞𝚓𝚊𝚗 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚝𝚞𝚛𝚞𝚗." -𝓐𝓶𝓮𝔂𝓼𝓲𝓪𝓪, 01.00 ••• "Kematian yang mencintai kehidupan." - 01.00 ••• "Akan aku jadikan kamu tokoh terfavorit dalam hidupku." - Lengkara Putri Langit ••• "Kamu adalah...