22.30

122K 13.5K 3.2K
                                    

Hai, Vren!

Absen jam berapa kamu baca part ini!!

Nabung vren, biar bisa meluk 01.00❤️

Spam '01.00' dulu sebelum baca!

target 10K vote dan 10K komen untuk lanjut. Gak capai target gak up🥰

Lengkara memeluk erat Boneka Babo di tangannya, gadis itu sudah mengumpulkan semua barang dari Masnaka untuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lengkara memeluk erat Boneka Babo di tangannya, gadis itu sudah mengumpulkan semua barang dari Masnaka untuknya.

Mulai dari pembatas buku mawar yang terbakar,  hoodie Masnaka, Surat-surat, polaroid, dan tulisan di note dari laki-laki itu berhasil ia kumpulkan menjadi satu.

Pecahan dari botol kaca berisi tulisan tangan Masnaka juga berhasil ia kumpulkan. Bahkan, pembatas buku mawar yang dulu ia gunting-gunting di hadapan Masnaka juga berada di sana.

"Ini." Masnaka menyodorkan pembatas buku mawar yang sudah terlilit selotip bening ke hadapan Lengkara.

Awalnya Lengkara terdiam melihat pembatas buku yang sudah kembali utuh itu, lalu dengan perlahan ia menerimanya.

"Kamu perbaikin?" tanya Lengkara, sambil fokus menatap pembatas buku itu.

Masnaka mengangguk pelan. Mana mungkin barang seberharga itu ia biarkan rusak begitu saja.

"Aku kira kamu gak suka, Ka," ucap Lengkara pelan. Ia kembali menatap Masnaka.

"Suka...," cicit Masnaka. Ia tersenyum tenang, melihat binar di mata Lengkara.

Jemari lelaki itu perlahan kembali memetik senar gitar di pangkuannya. Membuat suasana kala itu tiba-tiba berubah menjadi sendu.

"Dan aku takkan pergi dan melepasmu
Dengan sadarku ku masih mau tuk menuju tujuku
Dan ku berjanji tuk selalu ada sampai waktunya
Karena semestaku ada pada kamu."

Lengkara memindahkan barang-barang dari dos besar itu ke dalam dos berukuran yang lebih kecil. Ia tidak mungkin bisa membawa semua barang-barang kenangan dari Masnaka itu dengannya.

Besok Lengkara sudah harus meninggalkan rumah ini. Ia harus segera bersiap-siap untuk Penerbangannya besok malam.

Di luar kini sedang hujan deras. Dari siang hujan sudah turun, namun sampai saat ini hujan tak kunjung menandakan bahwa ia akan berhenti.

Suara ketukan di pintu kamar Lengkara membuat gadis itu menoleh. Di sana terlihat Aslan bersandar di depan pintu sambil bersedekap dada.

Lelaki itu sudah berdiri di sana selama lima menit lamanya dan memperhatikan apa yang Lengkara lakukan. Namun Lengkara sama sekali tak menyadari kehadirannya.

01.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang