14.00

90.9K 13.2K 2.8K
                                    

Hai, Vren!

Absen jam berapa kamu baca part ini!!

Spam '01.00' dulu sebelum baca!

Jangan lupa Votenya❤️

Jangan lupa Votenya❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kakak."

Panggilan Afni menyadarkan Masnaka dari lamunannya. Wanita itu mengusap lembut puncak kepala Masnaka yang saat ini duduk di depan ruang rawat Odi. Di pangkuannya terdapat anak kucing bernama Oby.

"Ayo, Kak, lihat Odi untuk yang terakhir kalinya."

"Bunda...," panggil Masnaka pelan.

Afni tersenyum tipis sambil mengusap air mata yang turun di wajah Masnaka. Wanita itu mengajak Masnaka masuk ke ruang rawat Odi. Di dalam sana, orang tua Odi tengah menangis di sebelah ranjang gadis kecil itu.

Masnaka dapat melihat jelas tubuh gadis kecil itu terbujur kaku di atas brankar. Afni mengambil alih Oby dari tangan Masnaka. Ia membiarkan anaknya mendekat ke arah tubuh tak bernyawa itu.

Masnaka mengusap seluruh air matanya, sebelum mendekati jenazah Odi. "Hai, adik kecil," sapa Masnaka, sambil mengusap sayang kepala Odi. "Adik kecil yang cantik... sekarang udah gak sakit lagi."

Masnaka tidak lagi bisa menahan air mata. "Udah gak bakal nangis lagi kalo mau kemo. Udah gak perlu kejar-kejaran lagi sama suster kalo mau minum obat, ya?" Ia bermonolog, sambil sesekali mengusap air matanya.

Ingatan Masnaka tentang gadis kecil itu kembali terlintas di dalam pikirannya. Semua tingkah lucu gadis itu, gerutuan malasnya ketika menunggu antrian kemoterapi, dan semua ekspresi Odi ketika bercerita bersamanya tentang masa depan.

"Selamat tidur, adik cantik," tandas Masnaka, lalu mencium telapak tangan Odi yang sudah dingin.

Hari ini, rencananya jenazah Odi akan dibawa ke kampung halaman kedua orang tuanya. Ini akan menjadi pertemuan terakhir Masnaka dengan keluarga gadis kecil itu.

Masnaka perlahan mendekat ke arah Vina. "Bu," panggilnya.

Vina yang sedari tadi menunduk, kini mengangkat pandangannya. Melihat Masnaka, membuat air matanya perlahan kembali mengalir. "Anak saya...," gumam wanita itu sangat pelan, tubuhnya kembali bergetar menahan tangis.

Masnaka mengangguk pelan, lalu berjongkok di hadapan Vina. "Odi udah gak sakit lagi, Bu."

Vina menggeleng pelan. Air mata mengalir semakin deras. "Saya harus apa sekarang?! Anak saya meninggal!"

01.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang