Hai, Vren!
Absen jam berapa kamu baca part ini!!
Spam '01.00' dulu sebelum baca!
Jangan lupa Votenya❤️
"Kakak."
Panggilan Afni menyadarkan Masnaka dari lamunannya. Wanita itu mengusap lembut puncak kepala Masnaka yang saat ini duduk di depan ruang rawat Odi. Di pangkuannya terdapat anak kucing bernama Oby.
"Ayo, Kak, lihat Odi untuk yang terakhir kalinya."
"Bunda...," panggil Masnaka pelan.
Afni tersenyum tipis sambil mengusap air mata yang turun di wajah Masnaka. Wanita itu mengajak Masnaka masuk ke ruang rawat Odi. Di dalam sana, orang tua Odi tengah menangis di sebelah ranjang gadis kecil itu.
Masnaka dapat melihat jelas tubuh gadis kecil itu terbujur kaku di atas brankar. Afni mengambil alih Oby dari tangan Masnaka. Ia membiarkan anaknya mendekat ke arah tubuh tak bernyawa itu.
Masnaka mengusap seluruh air matanya, sebelum mendekati jenazah Odi. "Hai, adik kecil," sapa Masnaka, sambil mengusap sayang kepala Odi. "Adik kecil yang cantik... sekarang udah gak sakit lagi."
Masnaka tidak lagi bisa menahan air mata. "Udah gak bakal nangis lagi kalo mau kemo. Udah gak perlu kejar-kejaran lagi sama suster kalo mau minum obat, ya?" Ia bermonolog, sambil sesekali mengusap air matanya.
Ingatan Masnaka tentang gadis kecil itu kembali terlintas di dalam pikirannya. Semua tingkah lucu gadis itu, gerutuan malasnya ketika menunggu antrian kemoterapi, dan semua ekspresi Odi ketika bercerita bersamanya tentang masa depan.
"Selamat tidur, adik cantik," tandas Masnaka, lalu mencium telapak tangan Odi yang sudah dingin.
Hari ini, rencananya jenazah Odi akan dibawa ke kampung halaman kedua orang tuanya. Ini akan menjadi pertemuan terakhir Masnaka dengan keluarga gadis kecil itu.
Masnaka perlahan mendekat ke arah Vina. "Bu," panggilnya.
Vina yang sedari tadi menunduk, kini mengangkat pandangannya. Melihat Masnaka, membuat air matanya perlahan kembali mengalir. "Anak saya...," gumam wanita itu sangat pelan, tubuhnya kembali bergetar menahan tangis.
Masnaka mengangguk pelan, lalu berjongkok di hadapan Vina. "Odi udah gak sakit lagi, Bu."
Vina menggeleng pelan. Air mata mengalir semakin deras. "Saya harus apa sekarang?! Anak saya meninggal!"
KAMU SEDANG MEMBACA
01.00
Teen Fiction"𝙷𝚞𝚓𝚊𝚗 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚝𝚞𝚛𝚞𝚗." -𝓐𝓶𝓮𝔂𝓼𝓲𝓪𝓪, 01.00 ••• "Kematian yang mencintai kehidupan." - 01.00 ••• "Akan aku jadikan kamu tokoh terfavorit dalam hidupku." - Lengkara Putri Langit ••• "Kamu adalah...