Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aslan dan Nilam, keduanya membutuhkan beberapa jahitan untuk menutup kembai luka yang disebabkan oleh Lengkara.
Masnaka terlihat terburu-buru berjalan keluar dari rumah sakit setelah memastikan keadaan keduanya aman. Entah kenapa, hanya saja firasatnya tiba-tiba mengharuskan ia untuk segera kembali dan menemui Lengkara.
Langkah kaki lelaki itu terhenti begitu melihat sosok Erik yang berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Masnaka langsung menghampiri pria itu dengan tatapan heran. "Kok lo di sini?" tanya Masnaka begitu sampai di hadapan Erik.
Erik tak menjawab, ia hanya menaikkan sebelah alisnya. Masnaka menatap tajam pria itu. "Jangan bilang lo ninggalin Kara sendiri di rumah?" Pria tua itu masih tak menjawab pertanyaan Masnaka.
"Gila lo ya!" Masnaka menghela napas gusar sebelum akhirnya kembali berlari menuju ke parkiran rumah sakit. Ia harus segera mengecek keadaan Lengkara.
Masnaka mengendarai mobil Aslan dengan kecepatan tinggi. Ketika sampai, lelaki itu bahkan tak memedulikan lagi mobil itu dan memarkirkannya sembarangan di depan rumah Lengkara.
Masnaka masuk ke dalam rumah Lengkara dengan terengah-engah. "Kar!" teriak lelaki itu langsung, berharap ada jawaban atas panggilannya.
Masnaka memeriksa seluruh ruangan di lantai satu termasuk ruang kerja Erik. Namun nihil, sama sekali tak ada Lengkara di sana. Ia kemudian berlari naik ke lantai dua. "Kara!" panggilnya sekali lagi, namun tetap tak mendapat jawaban.
Laki-laki itu masuk ke dalam kamar Lengkara, pandangan matanya langsung turun menatap pecahan kaca yang berserakan di atas lantai kamar gadis itu. Masnaka terdiam sejenak, pecahan kaca yang ia lihat itu berasal dari pecahan 'wish bottle' yang dulu ia beri untuk Lengkara.
Masnaka terlihat mengatur napasnya, jantungnya kini terasa sakit. Ia tidak bisa menemukan titik sakitnya, hanya saja badannya kini terasa seperti terbakar.
Lelaki itu kemudian dengan segera merogoh ponsel dari dalam sakunya. Butuh beberapa detik ia terdiam sebelum akhirnya orang di ujung sana mengangkat panggilannya.
"Halo, Ge."
"Ya?"
"Tolong bantu gue cari Kara."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.