02.00

334K 33.8K 16K
                                    

Hai, Vren!

Follow sebelum baca yaa, banyak part yang akan aku private.

Baca ulang part sebelumnya ya🥰

Absen jam berapa kamu baca part ini!

Nilam berlari ke arah Masnaka begitu melihat lelaki itu muncul dari atas tangga, begitu sampai gadis itu langsung memeluk tubuh Masnaka dan menangis di dada lelaki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nilam berlari ke arah Masnaka begitu melihat lelaki itu muncul dari atas tangga, begitu sampai gadis itu langsung memeluk tubuh Masnaka dan menangis di dada lelaki itu.

Masnaka yang kaget mau tak mau memeriksa keadaan Nilam. "Lo kenapa?" tanyanya sembari mengangkat wajah Nilam agar terlihat jelas di pandangannya.

Dahi Masnaka berkerut begitu mendapatkan pipi kiri Nilam yang memerah. Lelaki itu langsung menatap ke arah Lengkara.

"Lo nampar Nilam?"

Masnaka semakin tak mengerti begitu melihat pipi Lengkara yang juga memerah.

“Aku ditampar, Ka,” lapor Nilam manja pada Masnaka, membuat Lengkara dan Prima spontan merotasikan bola mata.

“Nilam yang tampar nara duluan, terus udah deh gue bales tampar,” ucap Prima memberi pembelaan.

“Gue nampar dia juga ada alasannya ya!” balas Nilam.

“Yaudah alasannya apa?”

“Bukan urusan lo!”

Prima mendengus geli mendengar ucapan Nilam. “Lo nampar Kara, padahal dari tadi lo yang ngata-ngatain nyokap Kara!”

“Ck—”

“Apa mau ngasih pembelaan lagi?”

“Lo gak tau masalahnya jadi mending lo diem, bitch!”

“Bitch? Lo ngatain diri lo sendiri?"

"Lo diem—"

“Udah!” sentak Masnaka membuat kedua gadis yang kembali berdebat itu diam begitu saja.

Masnaka menghela napas pelan. “Masih pagi tapi lo semua udah babak belur kayak gini.” Tangan Masnaka kembali terangkat  memeriksa wajah Nilam.

“Sakit, Ka,” rintih Nilam.

Jari-jemari Masnaka mengusap pelan pipi gadis itu. “Iya, ntar juga bakal ilang sakitnya.” Pandangannya kembali naik menatap Lengkara yang sedari tadi sudah menatapnya.

"Lo...." Ada jeda panjang di antara keduanya. "Oke?” tanya Masnaka kemudian.

Pandangan Nilam dan Prima sama-sama naik menatap Lengkara dan Masnaka secara bergantian. Sementara Lengkara, gadis itu hanya diam, tak menjawab.

Entah apa yang membuat Masnaka bertanya seperti itu. Hanya saja melihat ekspresi Lengkara yang seperti itu mengingatkan ia pada dirinya yang dulu.

Nilam yang  melihat hal itu mendecak kesal. “Ck, Ka! Ngapain sih pake nanyain dia segala.”

01.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang