21.00

99.1K 13.9K 5.6K
                                    

Hai, Vren!

Absen jam berapa kamu baca part ini!!

Spam '01.00' dulu sebelum baca!

Jangan lupa Votenya, 5 K untuk next❤️

"Haiiii!" sapa Lengkara begitu anak-anak Panti Asuhan Sayap Bunda berlarian datang menyambut dirinya dan juga anggota lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Haiiii!" sapa Lengkara begitu anak-anak Panti Asuhan Sayap Bunda berlarian datang menyambut dirinya dan juga anggota lainnya.

Tim sukarelawan angkatan 55 SMA VANDALAS melakukan kunjungan terakhir mereka di Panti Asuhan Sayap Bunda, dikarenakan mereka sudah lulus dari sekolah itu.

Kalau dulu kegiatan itu diketuai oleh Masnaka, sekarang Sekala lah yang mengambil alih semua tanggungjawab Masnaka itu.

Sekala tengah mengecek satu persatu jumlah makanan, buku, dan mainan yang telah mereka siapkan untuk anak-anak panti asuhan itu.

"Perlu aku bantu, Kal?" Lengkara terlihat berjalan mendekat ke arah Sekala. Gadis itu memakai kaos putih polos yang dipadu padankan dengan celana jeans berwarna hitam. Sangat simpel namun terlihat begitu cantik di tubuh gadis itu.

Sekala tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya. "Udah kelar ngitungnya," ucap lelaki itu sambil menaruh kertas dan pulpen di tangannya ke atas meja.

"Di dalam anak-anak aman?" tanya Sekala sambil mengusap puncak kepala Lengkara.

Lengkara mengangguk pelan. "Mereka lagi pada nunggu mainan dibagiin," ujar gadis itu.

Setelahnya, Sekala mengalihkan pandangannya ke arah Deo yang tengah bermain dengan beberapa anak di sana. Laki-laki itu tampak sedang membacakan buku cerita fabel.

"Deo!" panggil Sekala.

"Ya?" sahut Deo.

"Geo mana?" Sedari tadi Sekala sama sekali belum melihat
keberadaan Geo.

Deo terlihat mengangkat kedua bahunya, tak tahu. Laki-laki itu kemudian izin kepada anak-anak dan menyuruh mereka membaca buku itu masing-masing. Setelahnya, ia pun beranjak dari sana dan menghampiri Sekala.

"Ini mau diangkat ke dalam?" tanya Deo begitu sampai di hadapan Sekala dan Lengkara. Laki-laki itu menunjuk kotak mainan yang ada di atas lantai.

Sekala mengangguk. "Tolong, ya, De."

"Bawa berdua, De," tawar Lengkara.

"Gak! Gak! Gue aja sendiri. Berat ini," tolak Deo seraya menggelengkan kepalanya.

"Tuh, tau berat. Ya, bawa sama-sama lah biar gak berat," ujar Lengkara.

Deo menghela napas pasrah. "Iya-iya."

Lengkara dan Deo berjalan beriringan sambil membawa kotak yang berisi banyak mainan. Mereka sama-sama memegang salah satu sisi kotak.

Lengkara menatap Deo yang kini fokus dengan jalanan di hadapannya. Gadis itu menghela napas pelan. Semenjak Prima pindah, Deo kini terlihat lebih pendiam. Bahkan sifatnya kini sudah sebelas dua belas dengan Geo.

"De," panggil Lengkara.

"Hm?"

"Sekarang hubungan lo sama Prima gimana?" tanya Lengkara langsung.

Oh iya, gadis itu bisa memakai bahasa santai dengan Deo. Berbeda dengan Sekala dan Geo, kedua laki-laki itu selalu memakai 'aku-kamu' dengan Lengkara, membuat gadis itu juga ikut memakai 'aku-kamu' kalau berbicara dengan keduanya.

"Gak gimana-gimana," balas Deo singkat.

"Lo bener-bener udah gak berhubungan sama sekali sama dia?" Pertanyaan Lengkara kali ini hanya di balas anggukan oleh Deo.

Lengkara kembali menghela napas pelan. "Lo gada niatan mau nyari Prima, De?" tanya Lengkara lagi. Namun kali ini Deo sama sekali tak memberi respon untuk pertanyaan Lengkara itu.

Box mainan yang mereka bawa itu mereka taruh di atas meja yang lumayan tinggi, agar anak-anak panti tidak dapat menjangkaunya.

Deo menghela napas pelan, lelaki itu perlahan bersandar di dinding di bekalang tubuhnya sambil bersedekap dada.

"Gue harap gue gak ketemu dia lagi, Kar," ucap lelaki itu sangat pelan namun masih bisa tertangkap dengan jelas di pendengaran Lengkara.

"Hah?" Lengkara mengerutkan dahinya. "Kenapa?"

"Gak mau aja."

Lengkara menaikkan sebelah alisnya tak percaya dengan jawaban Deo.

"Gue cuma mau fokus sama diri gue sendiri dulu. Gue gak mau mikir tentang orang lain." Jawaban Deo kali ini membuat kerutan di dahi Lengkara menghilang.

01.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang