Hai, Vren!
Absen jam berapa kamu baca part ini!!
Spam '01.00' dulu sebelum baca!
Jangan lupa Votenya
maaf ya kalau aku ada salah sama kalian🙏🏻
SUDAH satu minggu Lengkara tidak masuk sekolah. Sejak saat itu juga ia tidak berhubungan sama sekali dengan Masnaka. Ia juga tidak menemui Erik, Sonya, bahkan Nilam beberapa hari ini. Di rumah, ia hanya tinggal berdua bersama Aslan dan itu lebih baik. Lengkara hanya perlu membuat dirinya kembali normal seperti dulu lagi.
Merasa suntuk di rumah, Lengkara memilih pergi sendirian ke danau yang ia datangi bersama Masnaka. Angin berembus kencang menerpa wajahnya.
Sepasang earphone tersemat di kedua telinganya, memutar lagu dari playlist gadis itu. Matanya menatap kosong danau di hadapannya.
Tiba-tiba, sebuah sentuhan di bahunya membuatnya menoleh. Masnaka muncul dengan senyuman. Laki-laki itu datang atas "undangan" yang Lengkara kirimkan untuknya.
"Hai," sapa Masnaka, laki-laki itu mendudukan diri di sebelah Lengkara.
"Maaf tiba-tiba nyuruh kamu datang ke sini, Ka," ucap Lengkara. Masnaka menggeleng pelan.
"Gak usah minta maaf. Aku senang." Lengkara tersenyum tipis mendengar ucapan Masnaka.
Tangannya melepaskan sebelah earphone, lalu menyematkanya ke telinga Masnaka. Keduanya sama-sama diam mendengarkan lagu yang terputar di earphone itu."Kamu, kan? Yang buat playlist ini di Spotify aku?" tanya Lengkara dan langsung mendapat anggukan pelan dari Masnaka.
"Berarti hari itu, kamu juga yang bawa aku ke UKS, dan ngobatin luka aku?"
Tak ada respons dari Masnaka. Laki-laki itu hanya diam beberapa detik, sebelum akhirnya memutuskan kontak mata keduanya. Ia beralih menyandarkan punggungnya ke kursi.
Angin yang berembus membuat rambut dan pakaian keduanya bergerak. Masnaka menatap lurus ke arah danau. Ia sebenarnya harus istirahat di rumah karena baru saja menjalani kemoterapi. Hanya saja, telepon dari Lengkara membuat laki-laki itu segera bergegas ke sini.
"Naka," panggil Lengkara pelan.
"Hm?"
"Aku minta maaf untuk semuanya," perkataan Lengkara membuat Masnaka menoleh. "Maaf kalo awalnya aku ngedeketin cuma buat balas dendam," lanjut gadis itu.
Tangan Masnaka yang sedari tadi diam, mulai bergerak mengusap puncak kepala Lengkara. "Aku paham, Kar."
"Terus kenapa waktu itu kamu gak percaya sama aku?"
Aku selalu percaya sama kamu. Masnaka tersenyum tipis.
"Maaf, ya...." Pada akhirnya hanya ucapan maaf yang bisa keluar dari mulut Masnaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
01.00
Teen Fiction"𝙷𝚞𝚓𝚊𝚗 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚝𝚞𝚛𝚞𝚗." -𝓐𝓶𝓮𝔂𝓼𝓲𝓪𝓪, 01.00 ••• "Kematian yang mencintai kehidupan." - 01.00 ••• "Akan aku jadikan kamu tokoh terfavorit dalam hidupku." - Lengkara Putri Langit ••• "Kamu adalah...