01| Luna ceroboh

95 54 14
                                    

HOLLAA TEMAN RIIZZ APAKABAR?
Semoga selalu diberikan kesehatan yaa..
Oh iya gimana hari ini? Menyenangkan nggk nih?
Atau malah ada hal yang bikin sedih?
Apapun itu tetap semangat menjalani hari yaaa

Aduh aduhhh udah dulu ya nyapanya langsung balik ke ceritanya aja hehe.

🌵HAPPY READING🌵

🌿🌿🌿

Seorang gadis cantik bertubuh jenjang tengah terburu buru memakai sepatu dan menggigit roti untuk makan paginya, matanya berkeliaran membaca jadwal pelajaran di hadapannya. Hal yang sangat menyebalkan adalah ketika ia lupa menyiapkan buku tadi malam.

"Luna ayo cepat minum susu kamu, udah siang ini," teriak mamahnya dari arah dapur.

"Iya mah bentar, dikit lagi." Luna asal mengikat tali sepatunya lalu berlari memilah buku di atas meja belajarnya dan memasukkan ke dalam tasnya kemudiam segera berlari terbirit birit menuruni anak tangga menuju ruang makan.

Gadis berseragam rapi itu meraih susu yang di pegang oleh sang mama lalu meneguknya hingga setengah tandas. Mengelap sisa susu yang menempel di bibirnya menggunakan tangan. "Hffftt enak," ucapnya tersenyum manis.

"Luna pamit ya, Assalamualaikum," salamnya meraih tangan Rosa lalu menciumnya.

"Susunya di habasikan dulu nak," teriak wanita paruh baya menatap anak perempuannya yang sudah ngacir begitu saja.

"Nggak keburu mah, nanti aja pulang sekolah ya," sahutnya. "Kak Mirza ayo! Luna udah telat nih." Luna kembali berteriak, berlari menuju mobil yang terparkir di halaman rumahnya.

"Dasar kebiasaan! makanya kalau habis subuh jangan tidur lagi." kakak laki lakinya itu dengan santai mendorong tempat duduknya lalu segera pamit kepada sang mamah yang hanya menggelengkan kepala melihat kebiasaan kedua mutiara berharganya.

"..."

Setelah berpamitan dengan kak Mirza Luna turun dari mobil dan kembali berlari menuju lapangan, saat ini adalah hari senin untung tidak ada jadwal untuknya membawa baki bendera jadi tidak apa apa sedikit telat.

Luna bernafas lega setelah ikut baris di samping Ceisa Gissella teman dekatnya. Tas miliknya sudah terlebih dulu ia lempar ke sembarang tempat pinggir lapangan.

"Tumben telat Na?" Ceisa menoleh kearahnya.

Dengan nafas naik turun Luna menjawab, "Tadi habis subuh gue tidur lagi Cei, karna tadi malam nggak sempat tidur lebih cepat." Ia membenarkan letak kacamata bundar miliknya lalu beralih merapikan topinya.

"Ngerjain soal olimpiade lagi?" tanya gadis manis itu mengintimidasi menatap tajam kedua bola mata Luna.

"Hehe iya Cei, soalnya gue takut ngecewain mamah sama kak Mirza." Luna tertawa dengan terpaksa, takut akan tatapan yang sahabatnya ini lemparkan padanya.

"Lain kali tidur di bawah jam 11, gue nggak mau lo sakit kaya dulu Na!" Cei kembali menatap depan memperhatikan petugas upacara yang tengah bersiap. Gadis yang biasanya cerewet itu akan berubah serius ketika sudah menyangkut kesehatan sahabatnya.

Luna meraih tangan Ceisa lalu tersenyum, mencubit gemas pipi chubby itu. Sahabat yang sudah mendekam dengannya sejak kecil ini selalu menaruh perhatian besar kepadanya, ia selalu mengucap syukur karena merasa beruntung telah dipertemukan dengan seseorang seperti Ceisa.

Sudah penyayang, baik, selalu ada untuk dirinya perhatian pula meskipun sedikit bodoh dan juga heboh. Tapi Luna tidak mempermasalahkan itu, ia menyayangi Ceisa apa adanya.

LANGITNYA LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang