Holaa gaisss😍
Gimana nih sama cerita sebelumnya hehe semoga sukaa👏
🌵🌵🌵
Happy reading
*...*
Luna keluar dari ruangan bu Dina bersama Farel, ini semua berkaitan dengan olimpiade yang akan di gelar 2 bulan lagi.
Dalam bidang matematika memang sangat sulit, namun Luna dan Farel mampu meraih juara 1 beturut turut dalam satu tahun ini. Jadi bu Dina selaku pengurus siswa olimpiade matematika berharap penuh kepada keduanya untuk terus mengharumkan nama sekolah sebelum mereka menginjak kelas XII nanti.
Luna mengerjapkan matanya, memijit pangkal hidungnya yang terasa nyeri. Gadis itu terlihat pucat dengan mata terlihat sayu berjalan begitu pelan di samping Farel.
"Lo nggk papa?" suara Farel mengalihkan atensinya dan di balas gelengan pelan oleh Luna.
"Nggk papa, pusing dikit."
Farel mengangguk, tak lama kemudian tubuh Luna hendak terhuyung namun dengan sirgap cowok itu menahannya.
"Kita ke uks, nanti gue panggilin Langit," ucap cowok datar itu menitah jalan Luna.
"Jangan beritahu Langit, dia pasti sibuk." Farel mengangguk. Kemudian segera menitah Luna menuju Uks.
*
Setelah membersihkan seragamnya akibat tumpahan kuah bakso Cei, Luna keluar dari bilik toilet. Badannya sudah terasa enakan sebelum jam istirahat tadi, jadi ia memutuskan pergi ke kantin untuk makan bersama Ceisa.
"Udah Na?" tanya Cei yang berdiri di dekat pintu toilet.
"Udah, ayo ke kelas bel masuk mau bunyi," balasnya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 10:25.
Cei mengangguk lalu mulai berjalan menggandeng tangan Luna, mengingat gadis itu sedang tidak enak badan.
Namun sebelum meninggalkan toilet seseorang terlebih dulu menghadang langkah mereka. Gadis cantik dengan rambut yang ia kuncir kuda menatap datar ke arah mereka berdua."Fasya?" lirih Luna, matanya menatap tak mengerti akan kedatangan gadis itu.
"Perasaan kita sama, tapi posisi kita berbeda," ucap Fasya dengan senyum smirknya, gadis itu berjalan mendekat dengan perlahan. Setelah berada tepat di hadapan Luna ia memiringkan kepalanya agar mampu menatap dengan jelas mata gadis dengan kaca mata bulat di hadapannya.
"Suatu saat nanti, gue bakal ada di posisi lo dengan Angkasa yang takut kehilangan gue!" tegas gadis itu mengusap puncak kepala Luna, kedua sudut bibirnya kembali tertarik. "Gue bisa lakuin apapun."
"Tindakan lo itu salah Sya, perasaan seseorang nggak akan pernah bisa di paksain," tegur Cei dengan lantang membuat kedua gadis itu menoleh ke arahnya.
"Lo mungkin merasa tersakiti, tapi orang lain lebih sengsara!" lanjutnya membuat Fasya tertawa sangat puas. Suasana lorong toilet yang begitu sepi akibat bel masuk sudah berbunyi beberapa menit lalu membuat ia leluasa dalam menjalankan misinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGITNYA LUNA
Ficção AdolescenteHOLAA SELAMAT DATANG!! Maiza Aluna gadis ceria yang selalu mencoba membendung rasa cintanya kepada Langit Angkasa akibat perasaan ragu. Masa lalunya yang hadir menjadi salah satu penyebab keraguannya hingga menjadi ketakutan terbesar gadis itu. Lal...