25. Fasya kenapa?

16 4 1
                                    

Assalamualaikum semuaaa...

🌵🌵🌵
Happy reading

Seorang cowok bertubuh tegap baru saja memasuki ruangan dimana ia bisa merehatkan tubuhnya sejenak dari lelahnya dalam menjalani kehidupan, Langit Angkasa ia merebahkan tubuhnya di atas king size miliknya lalu perlahan memejamkan mata indahnya. Suara jam dinding di kamar bernuansa hitam itu terdengar menemani kesunyiannya.

Otak Langit memutar kembali kejadian ketika si Misterius itu mengirim pesan kepada Luna, dan kejadian tempo hari di rooftop sekolah. Wajah Luna terlihat pucat dan ketakutan, sebenarnya apa yang sedang gadis itu sembunyikan.

Cowok tampan itu perlahan membuka matanya, menatap langit langit kamarnya dan sesekali berkedip.

"Apa yang udah terjadi sama Luna?" tanya Langit pada dirinya sendiri, ia merubah posisinya menjadi duduk kemudian mengusap kasar rambutnya.

"Kenapa gue nggak tahu apa apa argghh," kesalnya kemudian berjalan menuju balkon untuk menghirup udara malam hari.

"Gue harus cari tahu," ujar Langit memegang pembatas hitam di hadapannya, sedikit buram namun terlihat begitu jelas jika ada seseorang yang tengah mengintainya di bawah sana.

"Bangasat!"

Cowok itu segera berlari menuruni tangga rumahnya, namun sialnya setelah sampai di pekarangan rumahnya seseorang berpakaian serba hitam itu terlebih dulu pergi menggunakan motor sport hitam miliknya.

Nafas Langit bergerumuh pikirannya kacau, siapa orang tadi mengapa dia mengintai rumah Langit?

🌵"..."🌵

Langit turun dari motornya yang sudah terpakir rapi di halaman sekolahnya, cowok berpawakan tinggi itu berjalan santai menuju kelasnya.  Sesekali membalas sapaan dari beberapa siswa yang melintasinya, hal ini sering ia lakukan karena dirinya cukup terkenal. Senyumnya mengembang ketika lenteranya menatap gadis cantik yang telah menyita pikirannya.

"Pagi Langitnya Luna," sapa Luna berjalan mendekati Langit dan berjalan di samping cowoknya.

Langit merengkuh pundak gadis itu yang sedikit lebih pendek darinya dan membalas sapaannya, "Pagi juga culun."

"Mau langsung masuk kelas?" tanya Luna membuat Langit menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Kita ke rooftop dulu yuk," gadis berkacamata bulat itu mengangguk kemudian berjalan menaiki tangga menuju tempat penghilang stres sementara bagi para siswa.

Mereka berdua duduk bersebelahan di salah satu kursi kayu yang tersedia di sana memandang satu sama lain, seakan tak pernah berjumpa setelah sekian lama.

Jika banyaknya masalah tak kunjung bisa mempersatukan mereka, nyatanya secuil takdir masih ingin berpihak kepadanya, Luna sangat menyukai itu.

"Langit, kenapa wajah kamu neduhin banget," ucap Luna membelai halus rahang tegas milik Langit.

Cowok itu meraih pergelangan tangan gadisnya lalu menaruhnya tepat di dada bidangnya tersenyum manis ketika mendengar kata kamu terucap dari bibir Luna.

Setelah sekian lama, akhirnya Langit bisa merasakan bagaimana cintanya terbalas oleh keberanian gadisnya dalam menghalau ketakutannya.

"jangan gitu, kasian jantungku." Luna mematung menatap tangannya kemudian mengedipkan dua kali matanya, merasakan detak jantung Langit yang berpacu diatas batas normal.

"Na, kamu cantik banget hari ini," lanjutnya membelai halus pipi Luna, blush! kedua pipi Luna memerah layaknya kepiting rebus karna merasa malu. Gadis itu mencoba untuk menyembunyikannya namun pergerakannya kalah oleh Langit.

LANGITNYA LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang