26. Kotak kenangan

9 1 0
                                    

Assalamualaikum semua.

🌵🌵🌵
Happy reading

Jam menunjukkan pukul 17:30 Langit baru saja keluar berasama Fasya dari ruangan Osis setelah menyelesaikan agenda mereka sedangkan anggota osis yang lain sudah pulang beberapa menit lalu. Kini mereka berdua berjalan beriringan menuju parkiran untuk pulang.

"Kasa, lo bisa anterin gue nggk?" tanya Fasya secara mendadak sembari menyeimbangkan langkahnya dengan Langit.

"Mobil gue lagi ada di bengkel, dan kebetulan sopir rumah lagi ada cuti. Gue takut kalau semisal nanti pulangnya kemaleman," ujar gadis itu membuat alasan. Langit hanya mengangguk ia tidak tega jika temannya ini harus pulang malem karna tidak ada yang menjemput.

"Oke, gue anterin." Senyum Fasya mengembang mendengar jawaban Langit, gadis itu segera berlari mengejar langkah cowok tampan itu yang sudah jauh berada di depannya.

"Makasih banget ya Kasa, gue-."

"Tapi jangan anggap ini lebih," potong Langit melirik sekilas ke arah Fasya yang sudah berada diboncengan motornya, melingkarkan tangannya di pinggang Langit.

"Lepasin tangan lo," Ucapnya pelan namun tersirat sebuah penekanan. Gadis berkuncir kuda itu mengerucutkan bibirnya, ia perlahan melepaskan tangannya dari tubuh Langit.

Langit segera menjalankan motornya menerjang jalanan ibu kota Jakarta yang masih ramai akan pengendara lain, sedangkan matahari sudah menenggelamkan dirinya di ufuk barat.

Fasya Maudy Rabella tak henti hentinya menatap wajah Langit yang hampir tetpahat sempurna itu dengan senyum merekah dibibirnya.

"Kasa gue laper nih, gimana kalau kita makan dulu?" ucap Fasya memecah keheningan di antara mereka berdua.

"Gue nggak bisa, lo makan aja di rumah," tolak Langit.

Terlihat wajah Fasya yang berubah murung, ia memalingkan pandangannya ke arah lain.

"Kenapa lo jadi kaya gini sih Kasa?" tanyanya dengan nada lesu.

"Gue kangen waktu awal kita ketemu dulu, kemana diri lo yang dulu Kasa?" lanjut Fasya dengan hati yang bergemuruh.

"Gue udah nggk hidup di masa itu lagi Sya, jadi tolong lupain aja," balas Langit tanpa berminat.

Fasya menoleh ke arah Langit, ia tidak percaya jika cowok itu mengatakan hal yang sangat menyakiti hatinya.

"Dengan gampangnya lo bilang kaya gitu ke gue Kasa? sedangkan hati gue udah terlalu dalam buat lo." Langit memberhentikan motornya secara mendadak membuat Fasya terhuyung kedepan dan reflek memeluk cowok itu dari belakang.

Dari sebrang sana ada yang tersenyum memanfaatkan momen tersebut lalu kembali menjalankan motor besar miliknya.

Langit menghembuskan nafasnya pelan
sebelum akhirnya menoleh kebelakang.

"Fasya, gue udah pernah bilang jangan pernah sakitin diri lo hanya karna gue."

"Gue nggk bisa cinta sama lo Sya, maaf."  Lanjutnya tertunduk lesu.

Deg!

Fasya tersenyum kecut, hatinya seakan mengkikis mendengarkan penuturan Langit barusan. Memang dia yang bodoh karna telah jatuh cinta dengan orang yang salah, namun apa ia bisa mengendalikan rasanya terhadap cowok itu? jawabannya adalah tidak! Sekuat apapun ia mencoba pergi, lagi dan lagi hatinya jatuh untuk Langit Angkasa. Cowok yang selalu ia sebut Kasa itu, cowok yang dari dulu sudah bersama dirinya dan menemaninya. Kini ia sadar bahwasanya jatuh cinta sepihak itu akan tetap kalah dengan mereka yang saling mencintai.

LANGITNYA LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang