18. Aiden

44 33 1
                                    

Selamat datang kembali di ceritanya Langit dan Luna semoga suka hehe.

LANGITNYA LUNA EPISODE 18

🌵🌵

-Happy reading-

Suasana pagi ini terasa sangat berat ketika secarik pesan pun sama sekali tidak muncul, padahal Langit sudah berusaha keras agar bisa menghubungi Luna. Hingga ia nekat pergi kerumah gadis itu tadi malam untuk meminta maaf.

Namun momennya kurang tepat Luna pergi tepat setelah ia menginjakkan kaki di rumah gadis itu. Alhasil ia hanya bisa menitipkan sebuah kota pada mamahnya, di buka ataupun tidak Langit juga tidak mengetahuinya.

Jika di tanya merasa kesepian atau tidak jawabannya adalah iya, kejadian beberapa terakhir ini membuat hubungan keduanya semakin buruk. Langit tidak tau bagaimana perasaan Luna terhadapnya tapi ia mengerti bahwa dirinya cemburu melihat cowok lain mendekati gadis itu.

Langit menarik nafasnya pelan kemudian membereskan piring yang barusan ia buat sarapan, cowok jakung itu beranjak dari tempat duduknya kemudian menghampiri sang bunda.

"Udah selesai Lang?" tanya wanita paruh baya itu.
"Iya bun."

"Oh iya Langit titip ini buat Luna ya, sekalian sampein salam. Bunda kangen banget sama dia," pinta Melanda menyodorkan tas kertas kepada putranya yang hendak menyalimi tangannya.

"Ini apa bun?" Langit menaikkan satu alisnya bingung menatap bingkisan dari bundanya.

"Udah kasih aja, awas jangan sampai lupa." Melan tersenyum menepuk pipi Langit.

"Yaudah, Langit berangkat dulu."

"Assalamualaikum" Langit mencium punggung tangan yang hampir keriput itu, lalu mengelusnya lembut.

"Waalaikumussalam."

"Hati hati gantengnya bunda." Cowok itu mengangguk lalu berjalan pergi menuju pekarangan rumah menghampiri motor kesayangannya untuk dia ajak ke sekolah.

Di perjalanannya Langit terus memikirkan gadis yang sudah masuk terlalu jauh kedalam hidupnya.
Menjaga jarak dengan Luna tidak ada dalam benaknya, dan masalah ini harus segera ia selesaikan.

Langit tidak bisa tanpa Luna.

Cowok menghembuskan nafasnya pelan, "Gue harus selesaiin secepatnya, gue nggk bisa kalau terus jaga jarak kaya ini," gumamnya menambah kecepatan motornya.

...

"Cei, Luna kemana?" Langit duduk di samping Cei yang sedang duduk di taman sendirian. Gadis itu menoleh menatap datar cowok itu.

"Kenapa cari dia?" tanyanya dingin.

"Gue bingung ya sama lo, sebenarnya lo itu suka siapa? Luna or kutu Fasya." Cei menatap tajam Langit, mencoba mengintimidasi cowok berseragam rapi itu.

"Lo ragu sama gue Cei?" tanya Langit dengan nada suara sedikit tak enak.

Bisa bisanya cewek di sampingnya ini meragukan Langit yang sudah sangat jelas kalau dirinya hanya menginginkan Luna.

"50%," jawab Cei malas.

"Sisanya?" Langit menaikkan sebelas alisnya.

"Percaya."

"Dikit banget," protesnya tak terima.

"Lang, sekarang gini ya." Cei menghembuskam mafasnya sebelum melanjtukkan perkataannya.

"Gue nggk mau lihat sahabat gue nangis lagi gara gara lo, gue nggk mau dia sampai sakit kaya dulu gara gara lo. Jadi please banget, kalau nggk serius mending ngomong dari awal!!" jelas panjang lebar gadis berbandana merah itu dengan ekspresi sedikit marah.

LANGITNYA LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang