06 Pasar malam

67 45 11
                                    

Waduh waduh udah chapter 7 aja nihhh hehe

Hola gaiss
aku mau minta tolong nih yang nemuin cerita aku siapapun kamu tolong bantuin sebar ya hehehe
Bantu vote juga pliss bangett biar aku semangat nulis dan updatenya😭😭
Agak sedikit maksa ya, tapi gapapa wkwk.

-Happy Reading Riizcuu-

*...*

Ponsel Luna berdering, deretan pesan bermunculan pada layar benda pipih itu dengan segera gadis itu mengambilnya dari atas meja kemudian membaca pesan tersebut dengan malas.

Misterius.

Cepet sembuh cantik.
15:31

Biar gue bisa gangguin lo lagi di sekolah.
15:31

Soalnya kalau lihat lo tenang tenang aja gak bikin gue bahagia.
15:31

Nggak asik.
15:31

Luna menarik nafas gusar meletakkan kembali ponselnya di atas meja dengan kasar, pesan singkat yang dikirimkan oleh nomer sama itu tak henti hentinya mengusik kehidupannya.

Gadis dengan kacamata bulat yang bertengger di hidung mancungnya itu memijit pelan kepalanya yang berdenyut.

Luna tengah duduk di balkon sendirian, matanya menatap lekat langit berwarna biru cerah hal ini sangat senang ia lakukan karna mengingatkannya akan wajah teduh Langit. Cowok tampan pengisi hari harinya dengan kenangan indah itu sudah lama singgah di hatinya tanpa ia minta.

"Andai Langit dengan mudah di gapai," gumamnya menghela nafas berat.

"Andai juga keraguan itu tak pernah hadir," lanjut gadis berbaju kebesaran lalu menelungkupkan kepalanya di sela sela lutut.

"Kenapa berat banget."

"Berat itu ketika kita terus memikirkan sebuah masalah tanpa memberi kesempatan otak untuk menaruh pikiran tersebut atau bahkan melepasnya," ucap seorang cowok dengan nada suara yang sangat Luna kenal. Gadis itu tak merubah posisinya hanya mendengar enggan menanggapi.

"Kenapa?" Langit berjalan mendekat, berdiri tegap di samping Luna dengan tangannya bertengger dileher gadis itu.

"Cape, gabut, pen makan orang," balas Luna membuat Langit bergidik ngeri. Beralih mengusap lembu surai hitam milik gadis cantiknya. Eh temannya.

"Udah makan?"

"Udah."

"Minum obat?"

"Juga."

"Na," panggil Langit pelan, merasa terpanggil gadis itu mendongak menatap cowok dengan hoddie berwarna hitam yang melekat di tubuhnya.

"Apa?" balasnya tak berminat, matanya masih terlihat sayu.

"Beneran cuma teman?" Pertanyaan itu membuat dada Luna terasa sesak, entah kenapa dia sangat membenci pertanyaan itu.

"Hm."

"Apa alasan lo buat ini?" tanya Langit, ia tidak mengerti mengapa Luna beberapa kali menolak menjadi pacarnya padahal ia selalu menginginkan Langit selalu ada bersamanya.

LANGITNYA LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang