03 Kenapa makin nyebelin

78 50 12
                                    

HOLAAA RIIZZKUU
APAKABARR NIH?
SEMOGA BAIK YA

HEUMM AKU UPDATE LAGI NIH CERITA LANGITNYA LUNA SEMOGA KALIAN SUKA DAN MENIKMATI ALUR CERITANYAA HEHE.


🌵🌵🌵

HAPPY READING


Setelah rangkaian acara pemilihan ketua osis yang dimulai sejak tadi pagi telah usai beberapa jam lalu, kini dua orang remaja tengah duduk berdua di kantin menikmati rasa canggung. Tak ada yang bergeming dari saat mereka bertemu hingga saat ini, tidak seperti biasanya yang akan dihiasi dengan candaan dan juga berantem.

Luna menghembuskan perlahan nafasnya menatap Langit yang tengah asyik bermain ponsel di genggamannya, gadis itu sengaja mengajaknya bertemu untuk meluruskan semuanya. Ia tidak mau asing seperti kemarin, Langit sangat berharga dalam kehidupannya.

"Langit selamat ya, udah kepilih jadi ketua osis gue bangga sama lo," ucap Luna mengulurkan tangannya untuk memecahkan keheningan yang sudah tercipta sejak tadi, ia tersenyum kaku di depan cowok itu. Jantungnya berpacu begitu cepat ia jarang sekali merasakan atmosfer yang menegangkan seperti ini ketika berada di samping Langit.

Langit memincingkan alisnya kemudian mengangguk. "Makasih ya." Dengan santai cowok itu membalas uluran tangan Luna. Lalu tersenyum.

"Awas aja ya kalo lo jadi ketua osis makin nyebelin dari sebelumnya," peringat cewek itu mencoba menetralkan susasana yang terasa canggung baginya.

"Terserah gue!" Luna mencebikkan bibirnya mendengar jawaban cowok itu,sangat mengesalkan.

"Sori ya Culun, gue belakangan ini cuekin lo. Soalnya kepala gue lagi pusing banget," lanjut Langit mengusap puncak kepala Luna. Mengingat ia tak pernah berbicara lagi setelah kejadian malam itu.

"Hah? emang kenapa bisa sampai sakit Lang lo kebanyakan begadang ya?" Gadis bersurai hitam pekat itu mulai panik meraih rahang tegas milik Langit, memastikan keadaan cowok di hadapannya.

"Bukan Na, tapi karna kebanyakan mikirin lo yang makin hari makin cantik." Langit segera berlari menjauh dari hadapan Luna sebelum cewek itu melayangkan cubitan mautnya yang mungkin akan menerkamnya bertubi tubi seperti harimau lama tak mendapatkan mangsanya.

"Baru juga di larang udah di lakuin, dasar Labu tirus!!" Luna mengejar cowok itu hingga masuk kedalam KO. Beruntung tempat itu lagi sepi karna semua anggota osis tengah berkumpul di kantin utama untuk makan siang.

"Itu baru Culunnya gue, yang kalo ngomong langsung to the point nggausah di tahan." Langit tertawa puas melihat temannya itu berlari hingga keringat yang membasahi pelipis dengan raut wajah menggemaskan.

"Gue tau lo masih kepikiran sama kejadian malam itu, so lupain aja." Cowok berseragam rapi dengan balutan jas biru dongker itu menarik kedua sudut bibirnya lalu duduk di lantai dingin sembari menyelonjorkan kakinya. Mengatur nafas yang memburu akibat berlari.

Luna ikut duduk di samping cowok itu pikirannya kini tertuju pada perkataan Langit barusan, ucapan kakaknya tempo lalu juga bersarang di otaknya.

"Emm Langit," panggil gadis berkacamata bulat itu pelan sedikit merasa ragu. Langit menoleh menatap sejuk kedua bola mata Luna yang sangat meneduhkan baginya.

"Kenapa?"

"Lo marah ya waktu itu sama gue?" Meski ragu namun gadis itu tetap ingin bertanya, rasa penasarannya lebih besar dari ketakutan yang bersarang dalam dirinya. Benar kata kakaknya, dia tak akan bisa menjawab pertanyaan jika tidak melibatkan seseorang itu sendiri.

LANGITNYA LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang