Happy reading!
••••••
Kaerin yang sibuk memasak di dapur tidak menyadari kehadiran suaminya sudah di belakang. Dengan cepat Dimas berjalan pelan lalu melingkarkan tangannya memeluk pinggang istrinya.
"Saya merindukan kamu Rin, jangan tinggalin saya kaya gini..." lirih Dimas sendu yang masih memeluk pinggang Kaerin lama.
Kaerin berjengit kaget, hatinya kembali memanas saat melihat Dimas disini.
"Sayang... kenapa kamu pergi gitu aja tadi pagi, kenapa gak izin sama saya? Saya khawatir asal kamu tau?" Beribu pertanyaan Dimas keluarkan sambil menghirup lembut tengkuk istrinya.
Kaerin sedikit hilang kendali saat Dimas memanggilnya dengan kata 'sayang' itu. Tapi dengan cepat ia kembali sadar apalagi di tambah kejadian itu yang membuat hatinya menjadi marah dan kesal. Ia perlahan melepaskan tangan Dimas dari pinggangnya.
"Apa peduli lo? Ngapain lo kesini? Gue gak butuh kabarin lo kan." Jawab Kaerin ketus bahkan kalimat lo-gue terucap kembali, Dimas yang mendengar perkataan Kaerin hatinya terasa diremuk, ia lalu mengeraskan rahangnya.
"Apa kamu bilang? Saya gak suka kamu manggil saya dengan sebutan begitu." Gertak Dimas membuat Kaerin bergetar.
Tiba-tiba satu isakan lolos dari bibirnya, "hikss"
Dimas yang tiba-tiba mendengar tangisan Kaerin membuatnya menjadi melemah ia membuatnya menangis lagi, Dimas langsung merubah intonasi nada bicaranya dan kembali melembut, lalu dengan cepat memeluk istrinya walaupun Kaerin memberontak.
"Hikss lepasin! Lepasin aku hikss" bentak Kaerin sambil memukul pelan dada bidang Dimas.
"Maafin aku sayang, aku gak bermaksud membentak kamu, aku minta maaf..." Suara Dimas melembut sambil mengusap punggung Kaerin yang masih menangis di dekapannya.
"Hikss Dimas jangan pernah ninggalin aku hikss" pinta Kaerin memohon, pikirannya benar-benar terfokus pada telepon yang ia angkat itu.
Dimas mengerutkan keningnya bingung, "Aku gak akan pernah ninggalin kamu sayang, gak akan pernah. Aku akan menjaga kamu selamanya."
Kata-kata Dimas membuat Kaerin sedikit lebih tenang, lalu Dimas membawa Kaerin agar duduk di kursi dan menjelaskan semua padanya, sebenarnya apa yang terjadi mengapa Kaerin sampai menangis bahkan berkata jangan meninggalkannya, apa dia tidak tau Dimas sangat mencintai istrinya ini.
"Coba jelasin ke aku ada apa?"
Kaerin masih sesegukan bahkan dirinya masih memeluk tubuh suaminya dengan erat, takut jika Dimas tiba-tiba pergi.
"T-tadi pagi... A-aku terima telepon dari ponsel kamu, tiba-tiba R-resta hikss dia bicara kalo kamu ngajak dia janjian untuk ketemu tanpa sepengetahuan aku? Hikss kamu selingkuh Dimas hikss" jelasnya membuat Dimas menahan tawa juga menahan kesal, bagaimana bisa Resta ketauan seperti ini. Padahal niat Resta mengabari untuk hal lain.
Dimas membalikan tubuh Kaerin untuk menghadapnya, tangannya ia angkat untuk memegang dagu Kaerin dan mengangkat wajah itu untuk menatap wajahnya.
"Sayang... lihat mataku apa aku membohongimu? Aku sama sekali tidak pernah terbesit sedikit pun dipikiran untuk meninggalkan kamu apalagi sampai selingkuh." Jawab Dimas dengan tatapan tulus itu. Suaranya bahkan terdengar teduh.
"Aku sangat, sangat mencintai kamu. Bahkan aku gak rela kalo ada lelaki lain mendekatimu apalagi menyentuhmu. Jadi jangan sekali-kali berpikir kalo aku selingkuh, mengerti?"
Kaerin menunduk dalam, "Lalu Resta? Itu semua apa? Kenapa kalian mau bertemu dengannya bahkan kamu gak kasih tau aku apapun tentang ini." Kaerin menatap mata Dimas lekat, "Karena telepon sialan itu hatiku sakit hikss aku takut, aku takut kamu pergi hikss"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Hodie Biru || Doyoung NCT ✔️
Fanfic[Doyoung lokal] Jika pulpen bisa digunakan dengan cara di genggam, itu sama dengan dua manusia yang tidak bisa bersatu tapi tetap harus bersama dan saling mengenggam janji karena takdir yang menuntun mereka untuk bersama. ●●● Dimas di pertemukan den...