Dimas saat ini sudah siap dengan semuanya, bahkan Papanya telah menyuruh pelayan menyiapkan segala kebutuhan anak semata wayangnya ini."Aku berangkat dulu ya sayang, aku janji gak akan lama disana kalo udah selesai semua aku bakal balik lagi ke sini." Ucap Dimas tersenyum mengelus surai Kaerin dengan lembut.
"Inget ya, saat aku disana kamu jangan macem-macem di rumah. Nurut sama perkataan Bunda dan Mama, kalo sesuatu terjadi kamu langsung nelepon aku yaa. Satu lagi jangan dekat dengan lelaki lain, awas aja!" Ancam Dimas merotasikan matanya.
Kaerin mengerucutkan bibirnya kesal, "Kamu juga ya, awas aja kalo disana selingkuh. Aku juga akan selingkuh, tidak lebih tepatnya aku akan mencari suami baru." Canda Kaerin tapi dapat ia lihat Dimas menahan amarahnya dan menetralkan emosinya, tatapannya kembali melembut.
"Kalo kamu bisa lakukan, lakukan aja hahahah. Tapi Kaerin..." jeda Dimas dengan suara yang dalam, "Saya lebih percaya kamu, saya yakin kamu gak akan melakukan seperti itu karena hanya saya yang bisa mencintai kamu dan melindungi kamu. Begitu juga dengan kamu, kamu harus percaya sama saya Kaerin. Saya tidak akan mengucap janji, saya hanya bisa membuktikan kalau saya tidak akan mengecewakan kamu."
Kaerin mendengar perkataan Dimas barusan hatinya bergetar, ia merasa yang Dimas katakan itu semua benar. Ia harus percaya pada suaminya.
Kaerin langsung memeluk suaminya erat, membenamkan tubuhnya di dada sang suami menghirup aroma maskulin milik Dimas lama.
"Aku percaya sama kamu Dimas.... selalu kabarin aku kapanpun itu, dan satu lagi kembalilah kesini dengan cepat dan selamat itu aja udah buat aku tenang." Tersenyum manis.
Dimas mengangguk membalas memeluk Kaerin, "Iya sayang, terima kasih saya akan kembali dengan selamat nanti. Kaerin... jangan kamu tinggalkan sholat ya selama saya gak ada di samping kamu. Tapi kamu harus yakin saya selalu ada di hati kamu." Dimas menahan air matanya agar tidak terjatuh dan mencoba tersenyum.
Kaerin tidak bisa menahan lagi kata-kata Dimas membuat dirinya tidak tau harus berkata apalagi ia benar-benar bersyukur, hanya tangisan yang ia keluarkan.
"Kita LDR dulu yaa sayang... saya mencintaimu...." Ucap Dimas lalu mengecup dahi Kaerin lama, setelah itu ia langsung berjalan menuju keluar rumah di ikuti Kaerin di belakangnya.
"Umm, ya hati-hati. Dimass telepon aku yaa saat sudah mendekati waktu sholat, aku akan merasa senang!" Ucap Kaerin dengan permohonannya itu.
"Iya Kaerin, saya akan melakukan itu buat kamu. Saya pamit Rin, Assalamualaikum..." pamit Dimas lalu mulai berjalan mendekati mobilnya.
"Hmm, Waalaikumusalam... Dimas aku sangat mencintaimuu!!" Balas Kaerin mulai menghapus bulir-bulir air matanya.
Dimas yang melihat itu juga dadanya terasa sesak, dengan cepat ia tersenyum lalu melambaikan tangan pada istrinya.
Setelah mobil Dimas mulai menjauhi pekarangan rumah ini, Kaerin benar-benar menangis dan mencoba meredam suara tangisnya itu.
Sekarang Bunda ada di Rumahnya, setelah Dimas pergi tadi Bunda langsung datang mengunjungi rumahnya.
"Sayang? Anak Bunda kenapa diam aja? Kenapa hmm?" Tanya Bunda melihat putrinya menunduk.
"Gak Bun aku baik-baik aja, cuman.... cuman khawatir dengan Dimas, gimana jika Dimas benar-benar pergi ninggalin aku selamanya Bun." Lirih Kaerin menunduk takut, entahlah pikiran negatif mengambil perasaannya. Tapi dengan cepat ia tepiskan, ia sudah janji dengan Dimas untuk percaya padanya.
"Kamu harus percaya sama suami kamu sayang, dia sangat mencintai kamu maka dengan rasa itu tidak mungkin dia tidak kembali. Doakan saja semoga pekerjaan dia di sana cepat selesai." Jawab Bunda memberikan motivasi yang membuat Kaerin tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Hodie Biru || Doyoung NCT ✔️
Fiksi Penggemar[Doyoung lokal] Jika pulpen bisa digunakan dengan cara di genggam, itu sama dengan dua manusia yang tidak bisa bersatu tapi tetap harus bersama dan saling mengenggam janji karena takdir yang menuntun mereka untuk bersama. ●●● Dimas di pertemukan den...