19. Pinky Lesson

90 10 10
                                    

"Pisang."

"Banana."

"Mawar."

"Rose."

"Burung."

Oh, my God! Ini betulan stupid! Belajar macam apa ini? Sudah seperti anak TK saja. Apa juga gunanya banana dan flower saat photoshoot dengan John nanti?!

John, banana, please? Begitu? Nyambung yah, celana dalam dengan pisang? Atau, John, rose, please? Oh, tidak! Bayangkan apabila aku nanti difoto dengan dikelilingi kumpulan bunga merah itu. Bukankah itu akan semakin membuatku tampak seperti gay? Ugh!

"Burung," ulangnya lagi karena belum mendengar jawabanku.

"Euh ... bisa ajarin gue yang lebih berguna daripada pisang dan bunga?"

Sesi tutoring dengan si Bocah sudah berlangsung tiga minggu lamanya. Tiga kali seminggu selama durasi waktu satu jam aku bertatap muka dengannya secara virtual dan benar saja, walaupun aku tidak bertemu langsung dengannya, ia masih sama menyebalkannya seperti dulu.

Latihan percakapan sebenarnya sempat dicoba di minggu pertama karena aku terus ngotot mengatakan padanya sudah menguasai banyak kosakata dasar. Lagian juga, ingat? Aku lahir di Los Angeles! Buktinya aku tahu kalau flies' poop itu artinya mencr—t. Ugh! Jadi ingat lagi ejekannya! Dasar betul-betul guru amatir sialan!

Tapi ketika si Bocah langsung nyerocos dalam bahasa Inggris, aku hanya bisa bengong dan tidak bisa membalas semua ucapannya. Ia pun menyimpulkan bahwa levelku berada di tingkat paling bawah, alias beginner dan betul-betul newbie.

Setelahnya, yah jadi seperti yang kalian lihat sekarang. Dimulai dari berbagai jenis buah, seperti apple, orange, watermelon, cherry, bla blabla blabla, lalu ke bunga—rose, lily, orchid, bleh—dan sekarang, binatang. Bah!

Untuk apa juga aku mempelajari kata sapodilla? Aku tidak sedang kepikiran untuk makan buah sawo! Atau itu, titan arum. Siapa juga yang perlu tahu mengenai bunga bangkai?! Bahkan aku sempat bingung sebetulnya tengah mempelajari bahasa Inggris atau bukan.

"Burung," paksanya lagi.

"Bird! Bird!" bentakku segera. "Gue ga butuh belajar bahasa Inggris yang kayak gitu!"

Ya, iyalah! Masa juga aku harus mengingat jenis binatang seperti armadillo, ferret, gibbon, atau pangolin?! Tadi Botani, sekarang ilmu kebinatangan?!

"Hahhh!" Si Bocah bahkan tidak berusaha untuk menutupi kekesalannya dengan membuang napas cukup keras. "Okay, Pierce," tambahnya dengan senyum munafik yang dipaksakan. "Mau diajari yang seperti apa?"

"Yang berguna!" jawabku galak. "Tolong, deh! Yang lo ajarin beberapa minggu ini ga nyambung sama kerjaan gue!"

"Oh," jawabnya tanpa antusias sambil membersihkan lapisan dalam kukunya dari kotoran. "Memang kerjaan Pierce apa?"

"Model!"

"... Pfft!"

What?! Tertawa? Barusan dia berusaha menahan tawa, 'kan? Berani-beraninya dia! Maksudnya apa itu? Tidak percaya?

Kedua tanganku terkepal erat di atas meja dan juga bergetar hebat. Amarahku telah terlanjur mencapai ubun-ubun dan tidak mungkin mereda. Dasar bocah tengik! Bocah ingusan! Bocah SMA ... eh, euh ... bocah kuliah!

Fine! Akan kubuktikan kalau aku tidak berbohong. Walaupun sayangnya semua lembaran hasil foto kemarin sudah terlanjur kurobek-robek hingga tak bersisa, tapi aku tetap bisa memperlihatkan padanya yang original. Alias diriku sendiri. Lebih baik lihat barang aslinya daripada foto yang bisa saja hasil edit atau penambahan filter, bukan?

Be My PinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang