Assalamualaikum teman-teman...
Selamat datang di cerita baruku. semoga kalian suka dengan ceritanya.
Ikuti terus Kisah Ghaitsa dan Praka yaaw :)
Thanks !
***
Ghaitsa Pov
"Kak, ini boleh ya buat aku?" Tanya Amayya, adik tiriku yang super duper menyebalkan.
Seseorang yang paling menyebalkan di muka bumi ini. entah dia sengaja atau tidak, karena setiap aku memiliki barang baru dia selalu saja ingin memakainya.
"Gak boleh. Itu aku baru beli kemarin May, kamu kan bisa beli sendiri." Ujarku dengan nada tak suka. Aku yakin sebentar lagi dia akan merengek dan bala bantuan akan segera menolongnya.
"tapi kak, aku ingin segera memakainya. Boleh yaa?" rengeknya padaku. aku memutar bola mataku jengah.
"udahlah Sa, kasih aja. Sama adik sendiri loh." Yah, aku sudah hapal dengan ucapan itu. ribuan kali aku mendengarnya dan aku sudah muak. Tapi apa daya, aku tidak suka keributan. Lebih baik mengalah daripada bertengkar tak jelas dengan mereka.
"ambil aja sana. Sekalian tuh semua barang-barang aku yang kamu suka, ambil juga." Ucapku benar-benar kesal.
Aku meletakkan garpu dan sendokku. Aku sudah tak berselera lagi untuk melanjutkan sarapanku.
"Kak!" tegur ibuku sembari menatapku tajam.
Aku tak peduli lagi dengan tatapan mengintimidasi itu. toh dia juga bukan ibu kandungku, jadi untuk apa aku berbaik hati pada orang yang tak bisa menghargai orang lain sepertinya.
"aku berangkat." Ucapku singkat lalu bergegas pergi ke kampus.
Di dalam rumah bukanlah tempatku. Aku lebih suka di luar, nyaman dan damai. Tak ada yang bisa mengangguku. aku harap hujan segera turun. Yah walaupun itu mustahil karena langitpun sangat cerah pagi ini.
Aku mengendarai motor vespa matic kesayanganku. Menelusuri setiap jalanan. Menikmati hembusan angin yang menerpa wajahku. Aku menghela napas panjang. Lega rasanya. Udara di luar memang lebih menyegarkan.
Di lampu merah dekat kampus beruntung sekali aku melihat seorang lelaki yang selalu aku idamkan. mendung yang sedari tadi terpampang di wajahku kini sirna entah kemana. Aku menghentikkan motorku tepat di sampingnya. Ahh mimpi apa aku semalam bisa lihat pemandangan indah sepagi ini. sepertinya aku harus menambahkan daftar moodboosterku selain hujan, dia adalah Praka.
"Selamat pagi pak Praka!" Ucapku sedikit berteriak membuat semua mata tertuju pada kami. Aku bisa melihat raut wajah lelaki itu mulai berubah menjadi kesal. Aku tau dia marah tapi dia menggemaskan.
"Jangan bikin rusuh pagi-pagi Ghaitsa!" ujarnya ketus. Aku hanya terkikik geli melihat wajahnya yang merah padam.
"Dih bapak nih, saya kan Cuma menyapa. Nanti kalau saya diam aja dibilang ga sopan lagi." ujarku lagi lantang tanpa malu.
"terserah." Ucapnya singkat lalu ia kembali menatap lurus ke depan tanpa mau repot-repot memperhatikanku lagi.
Aku ingin mengganggunya lagi tapi sayang, lampu merah telah beralih menjadi hijau. Suara klakson pun silih berganti berbunyi. Aish, dasar manusia tidak sabaran.
Bukan Ghaitsa namanya kalau menyerah begitu saja. aku kembali mengikuti Pak Praka yang hendak memarkirkan motornya. Sebenarnya itu parkiran khusus dosen, tapi tak apalah numpang. Sama-sama parkiran juga, apa coba bedanya?
"Heh, kamu gak bisa baca apa? Jelas-jelas di depan ada tulisan parkiran untuk dosen. Jangan sembarangan ya kamu." Omelnya padaku. oh, kenapa sih pangeranku selalu saja ganteng saat mengomel seperti itu. aku jadi tak tahan untuk terus menatapnya.
"udah deh pak sekali-kali motor kita bersanding seperti ini. apa bapak mau kita aja yang bersanding di pelaminan?" tanyaku dengan senyum menggodanya. Aku lihat wajahnya memerah. Entah karena marah atau malu karena aku goda. Aku puas kali ini melihatnya tak mampu menjawabku.
"Cie bapak wajahnya merah tuh." Duh, daritadi aku sudah mencoba menahan untuk tidak meledeknya tapi rasanya aku tak bisa. Dia menatapku tajam. Seperti singa yang hendak melahap mangsanya.
"Mimpi apa saya semalam ketemu kamu sepagi ini. semoga mimpi buruk itu hanya untuk hari ini." ucapnya tajam setajam silet. Dia pikir aku akan mengkerut ketakutan melihat wajah seramnya.
"Mmm..aku pastikan mimpi buruk itu akan menjadi indah pada waktunya." ucapku membuatnya bungkam.
Dia mendengus kesal lalu memilih untuk pergi meninggalkanku. Aku ingin mengejarnya dan menggodanya lagi tapi aku ada kelas pagi. Mungkin nanti aku akan terus mendekatinya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
PLUVIOPHILE ( END ✅️ )
RomanceGhaitsa Athalea, seorang gadis pecinta hujan yang harus bersahabat dengan rasa sakit sedari ia kecil. Setelah kepergian ibunya dia merasa sangat kesepian dan kesedihan selalu meliputi dirinya. Bagaimana tidak, Ayahnya menikah lagi dengan perempuan y...