Praka Pov.
"Ka, kamu ada waktu luang kapan?" tanya Papa padaku ketika kami sedang menyantap sarapan.
"belum tau nih Pa, memangnya ada apa?" tanyaku pada Papa penasaran. Tumben sekali beliau menanyakan waktu luangku.
"Kita diundang makan malam di rumah Om Fais. Masalah waktu mereka menyerahkan pada kita. Makanya papa tanya ke kamu dulu biar nanti bisa mengabari mereka kapan kita bisa kesana." Jelas Papa padaku. akupun bepikir sejenak. Sepertinya lusa aku tidak punya jadwal kuliah padat. Lagipula kalau makan malam aku bisa meluangkan waktu.
"Lusa saja Pa. Aku akan meluangkan waktu." Ujarku pada beliau. Papa mengangguk paham lalu mengatakan bahwa beliau akan mengabari pihak keluarga Om Fais.
Setelah selesai sarapan akupun berangkat menuju kampus. Sesampainya disana aku terkejut karena ruanganku sudah rapi dan bersih. Ternyata perempuan itu menepati janjinya juga. Aku mengedarkan pandanganku keliling ruangan. Tapi mataku menangkap sesuatu yang aneh. Ada seseorang disana. tepatnya di sofa ruanganku. Wajahnya ditutupi oleh lengannya. Apakah dia tertidur?
Aku mencoba mendekatinya. Dan benar saja, dia tertidur dengan posisi duduk. Bisa-bisanya dia tidur di ruang dosen. Bagaimana kalau tadi ada mahasiswa yang masuk atau dosen lain yang masuk. Dasar gadis ceroboh.
"Hei bangun!" ujarku sembari menendang kakinya. Aku tak bisa menggunakan kelembutan dengan perempuan sepertinya.
Dia bangun dan mengerjap-ngerjapkan matanya. tapi anehnya aku tersenyum melihat hal itu. dia tampak polos dan cantik saat bangun tidur. Dia menatapku kesal begitu menyadari aku telah membangunkan dari tidur nyenyaknya.
"Ada apa sih Pak?" tanyanya kesal padaku. aku tak habis pikir dengannya. Seharusnya aku yang marah disini. kenapa jadi dia?
"kamu ini tidak sopan tidur di ruang dosen. Memangnya kamu pikir ini tempat tidur umum apa?" tanyaku padanya. dia pun tak berani menatapku lagi. tapi dia bergumam pelan tapi masih bisa kudengar.
"iya yaudah deh pak maaf. Permisi." Ucapnya lalu pergi meninggalkan ruanganku.
Aku menggeleng pelan melihat tingkahnya yang terkadang aneh itu. dia berjalan gontai keluar dari ruanganku. Kadang aku bisa melihatnya selalu menggebu-gebu tapi kadang juga tak bersemangat seperti sekarang ini. aku sempat berpikir bahwa dia memiliki kepribadian ganda.
Aku menghela napas sejenak setelah melihat kepergiannya. Aku hendak kembali ke mejaku tetapi aku menangkap suatu benda yang tergeletak di Sofa. Aku mengambil benda tersebut lalu mengecekknya sebentar.
"Dasar gadis ceroboh." Gumamku pelan sembari membawa ponsel itu ke mejaku. Mungkin saja dalam lima belas atau tiga puluh menit lagi dia akan kesini.
Setelah hampir satu jam berlalu gadis itu tak kunjung datang. Apakah dia memang tak sepeduli itu dengan ponselnya? Biasanya manusia tak bisa lepas dari namanya smartphone. Lima menit tanpanya saja sudah hampa. Dan ini hampir satu jam dia tak mengambilnya? Aneh sekali.
Seharusnya aku tak boleh membuka ponsel itu. tapi rasanya aku penasaran. Aku menghidupkannya. Terlihat sebuah foto hitam putih di walpaper ponselnya. Mungkin itu foto masa kecilnya dengan sang ibu. Dia terlihat manis saat kecil. Tak berbeda dengan sekarang. aku ingin membuka lebih dalam tetapi ternyata ponsel itu di kunci. Ternyata dia bisa juga menjaga privasinya.
Karena sekarang ada mata kuliah, aku memutuskan untuk membawa ponsel itu bersamaku. Siapa tau nanti aku bertemu dengannya di jalan atau dimana. Aku bisa memberikan itu langsung padanya.
Baru saja aku hendak keluar dari ruanganku, suara ponsel berbunyi. Jelas nada deringnya berbeda karena itu bukan ponsel milikku. aku melihat hanya nomor tertera disana. akupun mengangkatnya karena siapa tahu ada yang penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLUVIOPHILE ( END ✅️ )
RomanceGhaitsa Athalea, seorang gadis pecinta hujan yang harus bersahabat dengan rasa sakit sedari ia kecil. Setelah kepergian ibunya dia merasa sangat kesepian dan kesedihan selalu meliputi dirinya. Bagaimana tidak, Ayahnya menikah lagi dengan perempuan y...