Hari senin adalah hari yang menyebalkan bagi sebagian orang. Belum lagi kalau cuaca cerah pasti bakalan banyak mengeluh.
TING DING DING DING UPACARA SEGERA DIMULAI PARA SISWA DIPERSILAHKAN KE LAPANGAN UPACARA
Para peserta upacara bersiap-siap untuk melaksanakan kegiatan wajib di hari senin. Mengambil barisan sesuai kelasnya masing-masing.
"Cepetan!" Teriak Salsa ketika Airin melambatkan langkah kakinya karena masih menyusun dasi yang ada dikera bajunya.
Melihat Airin yang masih sibuk Salsa segera meninggalkannya, karena Salsa tidak menyukai upacara dibarisan paling belakang.
Lagi-lagi lilitan dasi itu salah, sehingga Airin menghentikan langkahnya lalu membiarkan tangannya bergelut dengan kain panjang yang ada di kera bajunya.
"Perasaan nggak gini deh." Airin mulai emosi.
"Airin." Sapa seorang laki-laki dari belakang.
Airin hanya menyahut membalas sapaannya tanpa membalikkan badan. Tangannya masih sibuk memperbaiki dasi.
"Gue minta maaf soal kemarin, gak ada maksud untuk mengejek atau menjelek jelekkan tapi gue ngomong gitu karna sebelumnya Iwan pernah nyari markas, gue kira rumah lo itu markas yang pernah dibicarakan Iwan." Cerocos Devin.
Airin membalikkan badannya, what happen? Ada apa dengan laki-laki dingin ini. Kesambet apaan? Pertama kalinya dia berbicara panjang lebar.
"Iya gak apa apa." Airin berusaha ramah meskipun hati kecilnya masih membekas. Di samping itu Airin merasa lega karena Devin menyadari ucapannya kemarin.
Tak terlalu menghiraukan keberadaan Devin, Airin kembali menyibukkan diri dengan dasinya, mulutnya komat kamit menghapal urutan pasang dasi yang benar.
"Mau gue pasangin." Devin menawarkan diri.
"Ah? Gak usah, gue bisa sendiri." Tolak Airin, "Lo duluan aja, takutnya ada yang liatin, bisa salah paham lagi." Tambah Airin.
Devin mengangguk lalu meninggalkan Airin.
Sifat Devin tadi menimbulkan tanda tanya yang besar di kepala Airin. Kenapa laki-laki itu tiba-tiba ingin meminta maaf bahkan menawarkan bantuan.
"Pemandangan langka, siapa yang rukiyah?" Gumam Airin.
Airin mulai berjalan ketika Devin sudah jauh dari arahnya, dasinya masih berantakan, ia memutuskan agar Salsa yang memasang dasinya nanti. Memang selama ini Salsa yang selalu memasang dasinya, diajar berapa kalipun Airin seringkali lupa bahkan susunan dasinya yang berhasil selalu saja berantakan.
Kali ini Airin berada di barisan paling belakang sedangkan Salsa berada dibarisan tengah.
"Salsaaaaaaa." Teriak Airin yang berhasil membuat Salsa membalikkan badan.
Airin mengangkat tangan lalu melengkungkan keempat jarinya dengan gerakan atas bawah yang cepat sebagai kode agar Salsa mendekat.
Salsa berdecih kesal, pasalnya di kelas tadi Salsa menawarkan bantuan untuk memasang dasi tapi Airin keras kepala dan tetap ingin memasang sendiri.
Salsa segera memindahkan posisinya agar sejajar dengan Airin.
Spontan Salsa menarik dasi Airin membuat leher Airin lebih maju kedepan.
"Hati hati loh Sal, nanti matahari ikut ngambek kalo lo cemberut gini." Airin menengadahkan tangannya ke langit, "Tuh kan makin panas cahayanya."
"Besok besok belajar sendiri pake dasi, gue repot banget nolongin lo setiap hari senin, kalo pulang sekolah longgarin dikit kek jangan langsung ditarik semua biar kalo hari senin depannya lo nggak susah susah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Selalu Rumit
Teen FictionJangan Lupa Follow teman-teman... Apa jadinya ketika anak 18 tahun belum mengerti arti cinta, bagaimana bisa Airin membuka hati pada lawan jenisnya? Bagaimana keseharian Airin selama mendekati seorang laki-laki yang selama ini hanya sekedar hasil g...