Part 28

5 1 0
                                    

Ibu jari Salsa segera menekan tombol hijau untuk mengangkat panggilan suara.

"Halo?" Ucap Salsa tapi panggilan suara itu segera berakhir.

Salsa menyimpan ponselnya lalu kembali mengambil buku pelajaran.

Sementara Airin diam terpaku melihat apa yang baru saja terjadi.

"Jangan salah paham Rin." Sahut Salsa ketika melihat perubahan wajah pada Airin.

Tak ada jawaban dari Airin, ia masih sibuk memperbaiki perasaannya yang terlanjur shock dengan orang yang menelpon tadi.

"Gak seperti yang lo pikirin." Salsa berusaha meyakinkan.

"Gue juga gak tau kenapa Rio nelpon gue." Lanjut Salsa.

"Gue tunggu jawaban setelah UN." Ucap Airin ringkas lalu kembali fokus pada buku pelajaran.

...

Suasana sekolah pagi ini sama seperti kemarin, kali ini sangat mendebarkan karena ujian nasional mata pelajaran matematika, olehnya itu para siswa kelas 12 lebih mengasah otak di hari ketiga UN.

Sekitar 30 menit beberapa siswa telah menyelesaikan UN yang terrumit ini. Bukan karena pintar tapi karena tak tahu mau menjawab apalagi sehingga memutuskan untuk sembarang memilih di jenis soal pilihan ganda, salah satunya adalah Salsa.

"Harusnya tadi malam gue fokus pelajari integral ya." Sesal Salsa di depan kelas.

Salsa memang belajar, hanya saja tadi malam ia tak fokus pada beberapa rumus, Salsa hanya fokus pada Operasi hitung matriks, fungsi linear, fungsi eksponen, bidang ruang, statistika dan aturan pencacahan.

"Kenapa sih yang gue pelajari gak muncul semua."

Salsa sangat menyayangkan beberapa rumus yang tadi malam ia langkahi karena berharap soal itu tidak akan naik.

"Udahlah yang penting hidup gue gak serumit matematika." Ucap Salsa menyemangati diri.

"Udah selesai juga?" Ucap Rio yang disusul juga oleh Devin dan Iwan.

Spontan Salsa membalikkan badan lalu menatap ketiga laki-laki itu bergantian.

"Iya, lo semua juga udah selesai?" Tanya Salsa.

"Iya." Jawab Iwan mewakili keduanya.

"Wahh pintar." Kagum Salsa.

"Lebih ke capcipcup sih."

"Oh kirain."

"Airin mana?" Lanjut Iwan.

"Masih di dalam kelas."

"Kok lama?"

"Dia teliti."

"Airin pintar?" Tanya Rio.

"Iya."

"Dia peringkat berapa semester lalu?"

"Dua."

"Wahh keren juga tuh anak, kalau gue jadi Devin gue gak bakalan tinggal diam."

"Ya udah lo jadi gue, gue jadi lo biar gue peluk tuh si Dela." Sahut Devin yang sedaritadi memilih diam.

"Wahhh ngancam." Iwan memanasi.

"Rebut aja kalau berani." Rio meladeni.

"Ehh udah udah, cukup trigonometri yang rumit, gak usah ditambah lagi." Salsa melerai.

"Ada yang lebih parah dari trigonometri." Ucap Rio.

"Apa?"

"Limit."

Tak Selalu RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang