Part 14

9 9 0
                                    

Hai Rin, gimana kabar lo?" Tanya Yogi yang kali ini membuka suara.

"Baik." Jawab Airin ramah.

Airin rasa Yogi sudah tidak marah lagi, sangat disayangkan kalau hubungan persahabatannya retak karena perasaan sepihak.

"Gue minta maaf soal kemaren kemaren." Jujur Yogi masih merasa bersalah.

"Iya gak apa apa, gue juga minta maaf, gue gak bermaksud-" Airin menggantung kalimatnya, ia segera sadar, tidak mungkin ia membeberkan kalau Yogi sudah menyatakan perasaan, Airin memilih berdehem dan tidak melanjutkan lagi.

"Bermaksud apa?" Tanya Iwan si raja kepo.

"Rahasia." Jawab Airin dengan senyum menantang.

"Oo gitu? Lo nggak mau gue traktir lagi?" Balas Iwan tak mau kalah.

Devin memukul pundak Iwan keras, dia selalu mengungkit-ungkit traktir itu kalau ada masalah. Berbicara tentang ikhlas memang Iwan ikhlas membantu temannya tapi di sisi lain ia hanya menjadikan senjata untuk bercanda bukan untuk membuatnya lebih terkenal dermawan.

"Gue ngomong sama Airin bukan sama lo." Bantah Iwan tak terima.

"Gue bilang juga apa pasti diungkit lagi." Gumam Devin masih didengar oleh teman-temannya.

"Yang penting gue ikhlas, itu aja." Ucap Iwan dengan gaya pasrah.

"Ikhlas kok disebutin." Bantah Devin.

Power Devin mulai keluar, ia memang selalu bercanda dengan Iwan.

"Wan, lo mau cewek nggak?" Tawar Rio heboh, mengalihkan pembahasan.

"Mau lah, cowok mana yang nggak mau cewek, munafik itu mah kalau nggak mau."

"Dela punya temen, cantik."

"Nggak perlu yang cantik asalkan setia dan menerima apa adanya."

"Semua cewek bakal nerima lo apa adanya, lo kan tajir, mana ada yang nggak setia kalo gitu."

"Nggak gitu bro, gue miskin, semua harta benda itu cuma orangtua gue yang punya, gue ini asli miskin, gak punya apa apa, orangtua gue beliin ini itu karna kasian sama gue yang gak mampu beli sendiri, nyawa gue juga titipan, gak ada yang dibanggain sama gue," Iwan menghela napas lemas.

"Kecuali muka." Lanjutnya yang membuat Rio dan Devin memukul punggung Iwan bersamaan.

Iwan mengelus punggung bagian atasnya yang sakit, "Emang salah? Emang gue ganteng kan?" Ucap Iwan percaya diri.

Iwan menatap Airin mencari jawaban.

"Emmmm ganteng sih, tapi bukan tipe gue." Jujur Airin seraya mengacungkan dua jari sebagai tanda bercanda.

Ucapan Airin membuat Rio Devin dan Yogi tertawa berbahak-bahak.

"Bohong, lo pasti pernah suka gue kan waktu SMP." Iwan beralibi.

"Enak aja, mana sempat gue mikirin cinta cinta." Bantah Airin tak terima.

"Kenapa sih lo ngomong gue bukan tipe lo?" Tanya Iwan penasaran, padahal menurutnya dia tampan dan ramah, mana ada cewek nggak nyaman.

"Karna gue nggak suka overthinking berlebihan." Ucap Airin berniat untuk bercanda, tapi omongannya ada benarnya juga.

"Kenapa?"

"Lo humoris ke semua cewek, yang ada cewek lo makan hati tiap hari."

Iwan cengar-cengir, memang ucapan Airin benar, tapi itulah Iwan, pertemanan akan terasa sepi kalau tidak ada dia. Selama menjalani hubungan dengan perempuan, Iwan seringkali diputuskan karna sikapnya yang terlalu over ke semua cewek.

Tak Selalu RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang