Devin dan Airin sedang mengantri di kasir. Sesekali Airin melirik troli yang isinya ada pembalut yang berada paling atas diantara belanjaan lainnya, ia merasa malu karena laki-laki yang berbadan macho sangat percaya diri membawa troli itu.
"Hai dek." Sapa seorang laki-laki ramah berdiri disamping Devin.
Devin hanya tersenyum dan sedikit menunduk dengan laki-laki yang lebih tua menurutnya. Devin pikir orang itu adalah kenalan Airin.
"Kebetulan banget nih, pasti kalian sedang berbahagia dan lagi berbunga bunga sebagai pasangan yang baru, kebetulan saya bekerja di salah satu hotel terbaik di kota ini dan kebetulan hotel saya ada paket pengantin baru dengan fasilitas bintang 5 sudah termasuk makan malam dan pagi, hanya menunjukkan bukti pernikahan baik itu buku nikah ataupun kartu keluarga, kali ini harganya sangat murah dan sangat rekomended karena pelayanan terbaik dan promonya banyak." Jelas laki-laki itu.
Devin melotot sempurna, masih tak percaya ucapan laki-laki yang ada disampingnya.
"Hai dek." Sapa laki-laki itu juga pada Airin.
"Maaf kak, kita bukan pengantin baru, kita masih SMA kak." Sanggah Airin.
"Oh maaf kalau gitu, saya kira pengantin baru." Ucap laki-laki itu lalu matanya melirik ke pembalut yang ada di troli yang didorong Devin.
"Bukan kak." Ucap Airin lagi berusaha ramah padahal dalam hatinya sangat malu karena beberapa pengunjung fokus ke arahnya.
Setelah laki-laki itu pergi, Airin juga pamit pada Devin ke mobil.
"Pengantin baru darimananya? Seenaknya aja nuduh nuduh, emang gue keliatan kayak tante tante?" Gumam Airin di sepanjang jalan menuju parkiran.
Beberapa menit kemudian Devin keluar dari Supermarket lalu memencet tombol yang ada dikunci mobilnya.
Tettet
"Wooii!" Panik Airin, pasalnya ia menyandarkan badannya di mobil.
Devin sedikit tertawa melihat tingkah Airin. Tak butuh waktu lama, Devin segera membuka pintu mobil lalu menyimpan bahan belanja itu di dekat kemudi. Kemudian disusul Airin yang segera duduk di samping Devin.
"Lo yakin nggak mau beli apa apa lagi?" Tanya Devin sebelum menyalakan mesin mobil.
Airin melirik sekejap, "Nggak ada."
"Coba lo cek lagi, siapa tau kelupaan." Ucap Devin lagi sambil menyodorkan belanjaan tadi.
Airin juga bingung, apa yang harus dicek karena Devin yang memilih semua bahan belanja, kecuali pembalut.
"Ng-nggak tau mau cek apa, co-coba lo yang inget karna lo yang beliin gue cemilan." Ucap Airin terbata-bata.
Devin menghelas napas, lalu menatap Airin, "Lo yakin pembalut lo gak pake sayap?"
Airin mengerjap, kenapa Devin membahas itu lagi. Sangat memalukan berada di situasi seperti ini. Sejak kapan Devin lancar membahas masalah wanita? Jangan-jangan?
"Kenapa lo bahas itu?" Risih Airin, wajahnya memerah.
"Gue gak bermaksud apa apa, mama gue sering nitip pembalut yang ada sayapnya, gue cuma tau itu." Ucap Devin lancar.
Tak ada jawaban dari Airin, ia melengos. Devin juga merasa malu, tak seharusnya dia menanyakan hal-hal sensitif. Devin kembali menoleh ke gadis itu. Tanpa banyak tanya Devin sudah mengerti bahwa gadis yang ada disampingnya itu juga malu.
Devin menyalakan mesin mobil lalu beranjak keluar dari area Supermarket. Sama seperti sebelumnya, tak ada yang memulai obrolan sepanjang jalan pulang.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Selalu Rumit
Teen FictionJangan Lupa Follow teman-teman... Apa jadinya ketika anak 18 tahun belum mengerti arti cinta, bagaimana bisa Airin membuka hati pada lawan jenisnya? Bagaimana keseharian Airin selama mendekati seorang laki-laki yang selama ini hanya sekedar hasil g...