"Surprise Airin."
"Siapa sih?" Airin masih mengingat-ingat siapa orang yang dekat dengan Salsa belakangan ini.
"Udah gak usah dipikirin." Ucap Salsa lalu membuka isi totebag nya.
Terdapat baju kain crinkle berwarna biru muda dengan motif bunga di bagian dada atasnya, selain itu juga ada coklat dan susu kemasan.
"Kok gue nggak ada suratnya." Ucap Airin setelah memeriksa totebag miliknya.
"Masa sih?" Tanya Salsa memanjangkan leher ke arah totebeg Airin.
"Iya gak ada."
Salsa segera meraih totebag milik Airin dan mengeluarkan satu per satu isinya.
Di dalam totebag Airin terdapat 3 kg tepung, 15 butir telur, 1 kg gula pasir, 1 liter susu kemasan, 2 liter minyak dan 10 mie kemasan.
Salsa tak menemukan kertas di dalam totebag itu.
"Sebelumnya ada yang chat lo nggak?" Tanya Salsa.
"Nggak ada."
"Kalau sekarang ada nggak?"
Airin memeriksa ponselnya dan tak ada satupun yang mengirimkannya pesan baik dari whatsapp maupun instagram.
"Kalau dari ibu gue kok rahasia banget ya?" Tanya Airin pada diri sendiri.
"Iya juga sih, tapi ibu lo pernah ngirim paket nggak?"
"Nggak pernah."
"Pak Dirga?"
"Nggak tau juga tapi kok bersamaan sama paket lo?"
"Iya juga sih."
"Emang ada pembagian sembako lewat paket?" Tanya Airin serius.
Salsa mengernyitkan dahi, mencoba mencerna baik-baik kalimat Airin.
"Hemmmm, gak ada sih." Jawab Salsa ambigu.
"Oo gue tau." Ucap Salsa setelah berpikir panjang.
"Siapa?" Tanya Airin antusias.
"Kak Dian."
"Iya bisa jadi."
"Udah gak usah pusing, yang penting gratis."
"Iya, alhamdulillah."
...
Malam hari keduanya kembali ke rutinitas yang sama yaitu belajar. Mereka mempelajari materi-materi yang selama ini menjadi kisi-kisi soal UN.
Di samping itu sesekali Salsa menatap layar ponselnya lalu tersenyum salah tingkah.
"Salsa belajar." Sahut Airin ketika melihat aktivitas Salsa yang memegang buku dan ponsel bergantian.
"Iya Airin, ini lagi belajar."
Seketika Airin menatap Salsa lekat.
"Belajar apa?" Interogasi Airin.
"Belajar mencintai pengirim paket." Jawab Salsa dengan senyum yang semakin mengembang.
"Berarti kurirnya."
"Eh bukan!" Sanggah Salsa.
"Kan pengirim."
"Maksud gue pembeli lalu pembelinya nyuruh kurir toko buat ngirim ke gue."
"Oo gitu." Airin mengangguk mengerti.
"Ehh Rin gue mau nanya sesuatu." Ucap Salsa dengan nada serius.
"Apa?"
"Menurut lo Devin gimana sih orangnya?"
Nama itu membuat wajah Airin menjadi serius. Spontan Airin memperbaiki posisi duduknya lalu menatap Salsa penuh kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Selalu Rumit
Teen FictionJangan Lupa Follow teman-teman... Apa jadinya ketika anak 18 tahun belum mengerti arti cinta, bagaimana bisa Airin membuka hati pada lawan jenisnya? Bagaimana keseharian Airin selama mendekati seorang laki-laki yang selama ini hanya sekedar hasil g...