Part 23

3 9 1
                                    

Perkembangan kesembuhan tangan Airin sangat drastis, sisa butuh beberapa hari lagi untuk latihan agar tangannya bisa sembuh total.

Setelah Risto dan Argito bercengkrama, Risto pun pamit agar sampai di rumah tak terlalu larut malam, belum lagi besok pagi harus kembali bekerja.

Di samping itu Airin tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih pada Risto dan Rilda telah membayar biaya pengobatan tangan Airin.

"Terima kasih juga sudah memaafkan kesalahan Devin." Ucap Risto seraya menyetir mobil.

"Dian gak nyariin kamu?" Tanya Rilda pada Airin.

"Kak Dian lagi sibuk urus pernikahannya tante, tadi pagi dia ke rumah calon suaminya." Jelas Airin.

"Oo Dian udah mau nikah?"

Airin pun menceritakan rencana pernikahan Dian dan rencana Airin ke depannya setelah lulus. Rilda sangat antusias menanggapi semuanya. Bagi Rilda Airin sudah dianggap keluarga sendiri.

"Kalau gitu tinggal di rumah tante aja, tante nggak keberatan justru tante senang di rumah ada Airin." Ujar Rilda.

"Iya, kamu nggak takut sendiri disana?" Tanya Risto.

"Nggak kok om."

"Berapa hari Dian disana?"

"Enam hari om."

"Nanti saya hubungi Dian, kamu jangan tinggal sendirian apalagi kamu cewek, belum lagi bagian sana agak sepi." Imbuh Rilda.

"Terima kasih sebelumnya tante, tapi besok sampai setelah UN ada Salsa yang temani aku di rumah."

"Kalo gitu untuk malam ini aja, malam ini kamu kan sendiri, besok pagi Devin anterin kamu buat ganti baju sekalian bareng ke sekolah sama Devin."

Perlahan Airin menatap Devin, tak ada sapatah kata yang dikeluarkan dari Devin hanya duduk diam dan menyimak.

"Di rumah juga nggak ada Devan, dua hari yang lalu dia camping, besok pagi baru datang." Rilda berusaha meyakinkan Airin.

Tak ada yang bisa dikatakan Airin, ia tidak enak juga kalau menolak apalagi Risto dan Rilda sangat antusias menawarkan untuk bermalam di rumahnya.

"Maaf tante jadi ngerepotin lagi." Ucap Airin canggung.

"Gak apa apa."

...

Rilda mengarahkan Airin ke kamar Devin. Setelah itu Rilda menuju kamarnya untuk tidur.

Perjalanan jauh tadi memang sangat melelahkan, menimbulkan kantuk yang luar biasa ketika badan sudah bersandar di tempat yang empuk.

Baru saja Airin ingin memejamkan mata, namun suara notifikasi membuat kantuk nya hilang.

Devin: "Gue tunggu di atap sekarang." [22.18]

Airin mendengus kesal, sudah jelas Devin mengganggu waktu tidurnya padahal Airin sangat kelelahan.

Mau tidak mau Airin harus mau, apalagi ini rumah Devin, dia hanya tamu, tapi setidaknya Devin mengerti kalau malam ini Airin sangat capek.

"Dia gak capek apa?" Gerutu Airin seraya melangkahkan kaki ke rooftop.

Terlihat Devin berdiri sambil menikmati suasana malam, kedua tangannya masuk di saku celana.

"Kenapa?" Tanya Airin membuat laki-laki itu menoleh ke arahnya.

"Lo belum tidur?" Tanya Devin.

"Cuma nanya itu?" Tanya Airin balik.

Tak Selalu RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang