Part 12

9 9 1
                                    

Devin menyalakan mesin mobil sambil menunggu Airin yang masih berbincang dengan Nana.

"Hati hati Airin."

"Iya mbak."

Airin membuka pintu mobil tengah, ia duduk tepat di belakang Devin.

Nana melambaikan tangan ketika mobil itu sudah berhasil keluar dari garasi.

Devin membunyikan klakson mobil sambil memberi senyum tipis pada Nana.

Di tengah perjalanan sesekali Devin menatap Airin di kaca mobil. Terlihat Airin sedang menikmati perjalanan.

Devin berdehem, Airin yang pandangannya masih tertuju pada kaca jendela mobil langsung menoleh ke depan.

Bodoh amat dengan Devin, Airin kembali memfokuskan matanya pada kaca jendela mobil.

"Kenapa lo nggak duduk di depan?" Tanya Devin membuat Airin tersentak kaget.

"Gue nyaman disini."

Setelah itu, tak ada pembahasan lagi.

Sudah hampir satu jam lebih Devin terlihat kebingungan. Sudah lama ia tak ke rumah pamannya, sehingga lupa jalanan kesana. Airin yang menyadari Devin yang selalu menoleh kiri kanan juga ikut berpikir, apa jangan-jangan kesasar?

Tak ada yang diucapkan Airin karena ia juga belum pernah kesana.

Devin membanting stir ke kanan, memutar balik arah mobil, Ia sadar kalau harusnya belok ke arah kiri bukan kanan. Biasanya setelah belok banyak pepohonan bukan lautan yang terbentang.

Hampir 2 jam perjalanan Devin baru menemukan rumah keluarganya.

...

Pasangan suami istri yang usianya tak muda lagi menyambut keduanya. Airin dan Devin dijamu dengan baik. Argito begitu akrab dengan Devin karena semenjak kecil Devin dan Devan sering bermain disana.

Sebelumnya Rilda sudah menelpon bahwa Devin dan temannya akan datang berobat sehingga Argito tidak heran lagi dengan kedatangan Devin.

Setelah puas berbincang, Airin diajak masuk ke dalam suatu ruangan, Devin juga ikut masuk ke ruangan itu.

Sebelum itu Argito melihat hasil rontgen Airin, lengannya cedera sehingga kesulitan menggerakkan tangan.

Airin duduk di atas kasur, tangannya diberikan minyak khusus lalu Argito selaku ahli memulai aksinya.

"Tahan ya, kalau kamu bertanya sakit atau tidak yaaa pasti jawabannya sakit, namanya juga proses penyembuhan tentu akan menimbulkan resiko, kalau mau sembuh cepat harus ditahan sakitnya." Ucap Argito ramah.

Airin mengangguk antusias, siapa sih yang tidak ingin cepat sembuh.

Ketika Argito mulai memijat bagian lengan, Airin tak kuasa menahan sakit, ia menjerit sampai-sampai air matanya jatuh tanpa diminta.

"Om sudah om, aku nggak kuat." Jerit Airin.

Argito menghentikan aktivitasnya, membiarkan Airin mengambil napas bebas, "Bagaimana? Bisa dilanjut?"

Sontak Airin kaget, "Belum selesai ya om?"

"Belum."

"Sakit banget om." Lirih Airin, ia berharap Argito tidak terlalu memaksa ketika dirinya menjerit.

Airin kembali menjerit ketika Argito mengurut lengan Airin. Tak tahan dengan rasa sakit, spontan Airin memegang lengan Devin yang sedang berdiri di sampingnya.

Devin yang tadinya sibuk menatap Airin  kesakitan kini sibuk menatap tangan Airin yang begitu kuat mencengkram lengannya, seperti memeluk tapi hanya menggunakan satu tangan.

Tak Selalu RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang