"Sorry banget Rin kalau lo shock." Ucap Salsa.
Airin hanya tersenyum, ia juga bingung mengutarakan perasaannya bagaimana karena sampai sekarang Airin masih belum menyangka Iwanlah yang menjadi pujaan hatinya.
"Jujur aja Rin, gue jatuh cinta sama Iwan." Ungkap Salsa berani.
"Jatuh cinta karena wajahnya?" Tanya Airin.
"Sikapnya." Jawab Salsa cepat.
"Wajahnya juga sih tapi itu bonus menurut gue." Lanjutnya.
Tak hanya itu, Salsa menceritakan awal mulai dia menyukai Iwan, bagaimana Iwan memperlakukannya serta sikap Iwan yang menurutnya beda dari yang lain.
"Sikap bedanya tuh kayak gimana?" Tanya Airin penasaran.
"Gue juga bingung jelasinnya, intinya gue merasakan itu."
Airin segera meminum teh hangat yang disediakan Salsa, kemudian menyantap kwetiau dengan sangat rakusnya. Hanya memasukkan 5 sendok ke dalam mulutnya, Airin sudah meng klaim kwetiau sebagai makanan favoritnya.
Bukan hanya Airin, Salsa juga meng klaim kwetiau sebagai makanan favoritnya dengan alasan makanan itu adalah makanan pertamanya dengan Iwan dan itulah pertama kalinya Salsa memakan kwetiau.
Setelah makanan itu habis, Salsa pun meminta pendapat pada Airin tentang hubungannya dengan Iwan.
"Kalau gue sih gak masalah, tapi yang harus lo tau Iwan itu friendly, kalau besok besok lo permasalahin sifatnya yang friendly berarti lo salah besar karena dari awal lo udah tau dia friendly tapi lo masih mau berhubungan serius sama Iwan." Cerocos Airin.
"Iya Airin, gue gak masalahin itu kok." Tegas Salsa.
"Bukan itunya Sal, gak ada yang tau kedepannya bagaimana, semakin lo sayang sama orang semakin tinggi cemburu lo, tapi semoga aja lo baik baik sama dia, Iwan itu baik kok cuma yaa dia friendly." Jelas Airin.
Salsa hanya tersenyum, meskipun ia juga ragu tapi Salsa tetap memprioritaskan perasaan yang dia miliki. Dia yakin bahwa setiap orang mempunyai sisi positif dan negatif, selama tidak terlalu menyakiti hatinya ia bisa mempertahankan perasaan.
Handphone Airin berdering sebagai tanda notifikasi pesan whatsapp masuk, tak butuh waktu lama Airin segera mengeluarkan handphone nya dari tas lalu mengecek siapa yang mengirimkannya pesan.
Devin : "lagi sibuk ya?" [16.32]
Airin : "Gak juga, kenapa?" [16.34]
Devin : "Mau nanya." [16.35]
Otak Airin mulai berpikir keras, apa yang akan disampaikan Devin? Kenapa dia tidak terus terang saja. Apalagi sebelumnya Airin sudah mengatakan bahwa tidak usah canggung lagi.
Airin : "Nanya apa?" [16.35]
Aneh saja, biasanya ketika ada sesuatu atau penyampaian Devin langsung to the point. Tentu saja kalimat sederhana itu mampu menimbulkan tanda tanya besar di kepala Airin.
Sudah 15 menit Devin menulis pesan, Airin semakin penasaran, apakah penyampaian Devin sepanjang itu? Sampai-sampai membutuhkan 15 menit untuk sekedar menulis pesan.
Airin : "Nanya apa???" [16.55]
Airin mengulang pertanyaannya karena Devin tak kunjung mengirimkan pesan, kalaupun penyampaiannya panjang harusnya Devin menelpon saja.
Devin : "Lo ada rasa gak sama gue?" [17.00]
Seketika Airin shock, lagi-lagi perasaan dingin menyelimuti telapak tangan dan telapak kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Selalu Rumit
Novela JuvenilJangan Lupa Follow teman-teman... Apa jadinya ketika anak 18 tahun belum mengerti arti cinta, bagaimana bisa Airin membuka hati pada lawan jenisnya? Bagaimana keseharian Airin selama mendekati seorang laki-laki yang selama ini hanya sekedar hasil g...