"Devin! Bersihin dulu lukanya." Ucap Airin dengan suara parau, masih banyak ketakutan yang bersarang di jiwanya tapi lebih takut kalau Devin terjadi apa-apa, apalagi bukan Devin yang duluan cari masalah.
Tapi Devin tak menghiraukan sama sekali, hatinya sangat hancur, mungkin saja ucapan Airin benar karena tidak ada pembelaan darinya.
Padahal Airin hanya tak ingin memperpanjang masalah, kalau saja Airin mengatakan Yogi berbohong pasti Yogi tak akan menyerah begitu saja apalagi Airin sudah tahu perasaan Yogi, pasti Yogi akan berusaha mencari pembelaan.
Tak hanya itu, Airin sangat ketakutan melihat kaca lemari dan meja kacanya rusak parah, ia bingung harus mengatakan apa kalau ada yang melihatnya.
Setelah punggung Devin tak terlihat lagi,
Airin segera masuk ke ruang tamu, menatap Yogi dengan tatapan tajam. Laki-laki itu menyentuh pipinya yang sakit akibat tonjokan dari Devin."Lo apa apaan sih!" Ketus Airin dengan kesabaran yang sudah hilang.
"Rin, gue gak mau dia deketin lo."
"Emang kenapa kalau gue deket Devin? Orangtua gue juga nggak ngelarang berteman sama siapa aja. Devin itu datang baik baik kesini, mau minta maaf semua kesalahannya, gak kayak lo datang langsung teriak teriak gak jelas, seenaknya main tangan, gue gak habis pikir lo kayak gini!" Airin mengeluarkan uneg-unegnya yang tadi bisa ditahan, sekarang dihamburkan keluar agar Yogi menyadari kesalahannya.
"Lo sadar nggak sih kelakuan lo itu gak mencerminkan sebagai ketua kelas! Lo sadar nggak sih yang lo tonjok itu orang Yogi! Bukan boneka."
Yogi masih terdiam, menyadari kesalahannya tadi, tapi semua sudah terlambat.
Airin menatap nanar ruang tamu yang berantakan, hanya kaca yang berserakan di mana-mana. Dadanya naik turun dengan gerakan cepat menandakan emosinya belum redah.
"Gue minta maaf." Ucap Yogi sambil memegang tangan Airin sebelah.
"Buat apa?" Tanya Airin menantang.
"Karna buat rumah lo berantakan."
"Percuma nyesel kalo udah kek gini." Airin duduk di kursi, memegang kepala karena frustasi.
"Nanti gue yang bersiin ya." Ucap Yogi pelan.
"Nggak usah, gue bisa sendiri, lo pulang aja gue juga pusing liat lo."
"Gue tetep bantu lo."
"Gak usah, mending lo pulang aja deh."
"Nggak Airin, gue mau ban-"
"Gak perlu, gue bisa sendiri!" Gertak Airin dengan nada tak bersahabat.
Yogi tertunduk lesu dan segera melangkahkan kaki ke pintu.
"Satu lagi, jangan ngaku ngaku jadi pacar gue." Ucap Airin lagi tanpa menoleh sama sekali.
Yogi tak membantah ucapan Airin dan langsung pulang meninggalkan gadis itu sendiri.
Kini kepala Airin hampir pecah memikirkan apa yang terjadi tadi, terutama sikap Yogi yang kurang ajar, semenjak kejadian itu Airin sangat kecewa dengan Yogi.
Di samping itu, Airin juga memikirkan kondisi Devin, perutnya terkena tendangan, punggungnya mentok di lemari dan pipinya juga terkena beberapa kali tonjokan. Ia merasa bersalah pada Devin padahal Devin hanya datang baik-baik.
Ingin sekali Airin menemui Devin, biar bagaimana pun luka yang ada pada diri Devin berasal dari rumah Airin dan berasal dari ego Yogi.
...
Airin melangkahkan kaki ke dalam kelas bersama dengan Salsa. Terlihat Yogi sedang membaca buku duduk di bangkunya.
"Nggak baik loh dendam sama orang." Bisik Salsa pada Airin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Selalu Rumit
Teen FictionJangan Lupa Follow teman-teman... Apa jadinya ketika anak 18 tahun belum mengerti arti cinta, bagaimana bisa Airin membuka hati pada lawan jenisnya? Bagaimana keseharian Airin selama mendekati seorang laki-laki yang selama ini hanya sekedar hasil g...