"Gimana tangan lo?" Tanya Salsa tak sabaran.
"Masih dua."
Refleks Salsa mengangkat tangan ingin memukul Airin, tapi Salsa sadar kalau tangan dan pundak Airin masih sakit. Dengan emosi yang sedikit redah Salsa menurunkan tangannya, mulutnya komat kamit tak terima karena pukulannya tidak jadi mendarat.
Airin tersenyum menang melihat Salsa gagal meluapkan emosinya.
"Tangan lo udah sembuh atau gimana?" Tanya Salsa malas.
"Lo nggak mikir ya, mana ada tangan patah kayak gini besoknya langsung sembuh." Ketus Airin.
Nana terkekeh-kekeh, sementara Devin berusaha menahan agar tidak tersenyum. Ternyata gadis yang mengambil alih kamarnya itu cerewet.
"Ya siapa tau." Jawab Salsa malas.
"Duduk dulu." Nana menuntun Salsa ke ruang tamu, "Saya bikinin minum dulu." Pamit Nana lalu ke dapur.
"Gue naik dulu." Pamit Devin pada kedua gadis yang ada di rumahnya dan bergegas naik ke kamar Devan.
Ketika Devin tak menampakkan diri lagi, Airin menceritakan semua kejadian tadi malam pada Salsa. Salsa yang notabene nya receh langsung tertawa terbahak-bahak.
Beberapa kali Airin memukul pundak Salsa agar tidak terlalu mengencangkan suaranya, tapi hal itu sia-sia, Salsa memang bukan orang yang bisa menahan tawa.
Airin panik, matanya selalu mengarah ke kamar Devin, ia berharap laki-laki itu tidak segera turun dan tidak mendengar percakapannya dengan Salsa.
Daripada dilanda rasa gelisah, Airin memutuskan menyuruh Salsa pulang.
"Pulang aja Sal."
"Emang ini rumah lo? Nyuruh gue pulang segala." Ucap Salsa disisa tawanya.
"Tapi tujuan lo kan jenguk gue." Jawab Airin tak mau kalah.
"Lo jangan buang buang duit di rumah orang, lo gak liat gue lagi dibikinin minum, mubazir kalo lo nyuruh gue pulang, belum lagi yang buatin minum pasti ngerasa gak enak, mikir Airin, mikir!" Seru Salsa.
"Makanya jangan berisik kalo gitu, ihhhh!" Kesal Airin.
Salsa bukanlah orang yang bisa menempatkan diri berada disituasi mana. Sifat itulah yang membuat Airin kadang ingin menendang sahabatnya keluar dari bumi.
Salsa mendekatkan wajahnya ke Airin, "Lo mau tau sesuatu nggak?"
"Apa?" Tanya Airin masih sinis.
"Yogi selalu nyariin lo di kelas, dia mau jengukin lo tapi gue bilang dia ada di rumahnya Devin, gue-."
"Ihhh Salsa lo ngapain ngomong kalau gue ada di sini sih, ahh Salsa lo buat kepala gue hampir pecah." Sergah Airin.
"Bagus dong, cuma hampir pecah, kalo pecah gue baru panik."
"Terus lo ngomong apa ke dia?" Tanya Airin tak menggubris ledekan Salsa.
"Itu aja sih," Belum sempat Airin bernapas lega, Salsa menyampaikan berita baru lagi, "Eh tadi gue jadi sorotan di sekolah."
Tak ada jawaban dari Airin, hanya sekedar menatap Salsa yang asik sendiri.
"Jam istirahat kan gue ke kantin, terus gue ketemu Devin, gue teriakin tuh, Vin gimana keadaan Airin? Otomatis Devin menoleh ke gue terus dia bilang kalau lo baik baik aja, lagi tahap menyesuaikan diri, gue bingung dong, menyesuaikan diri?" Salsa memasang wajah seriusnya.
"Gue ngomong lagi ke dia, menyesuaikan diri gimana maksudnya? Terus dia nanya balik, lo kalo di rumah orang langsung akrab nggak?"
Salsa menelan salivanya, lalu melanjutkan ceritanya, "Aneh kan, biasanya dia jawab seadanya tapi kali ini jawabannya buat gue mikir karna dia tuh kalo ngomong gak ada gimik bercandanya. Gue tuh gak ngakak sama cara dia bercanda tapi karna bercandanya dia tuh jangkrik banget makanya gue ngakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Selalu Rumit
Teen FictionJangan Lupa Follow teman-teman... Apa jadinya ketika anak 18 tahun belum mengerti arti cinta, bagaimana bisa Airin membuka hati pada lawan jenisnya? Bagaimana keseharian Airin selama mendekati seorang laki-laki yang selama ini hanya sekedar hasil g...