"Hai."
Airin menatap laki-laki itu dan berusaha netral.
"Barengan yuk." Ajak Yogi dengan senyum ramahnya.
"Gue mau naik angkutan umum." Balas Airin.
"Gue siap anter jemput lo ke sekolah, gue janji." Ucap Yogi mantap.
"Gue bisa sendiri kok tanpa ngerepotin orang."
"Sampai kapan lo cuekin gue terus? Gue minta maaf soal kemaren."
"Gue maafin lo, tapi plis kasi gue waktu buat lupain semua."
"Rin, gue gak tau harus ngapain lagi biar lo mau maafin gue."
"Gue udah maafin lo."
"Tapi lo masih cuek."
Airin menghela napas panjang, ia merasa kasihan dengan Yogi, memang Airin berusaha menghindari Yogi tapi disisi lain ia tidak tega membiarkan orang yang selalu baik padanya selama ini, meskipun dalam hati masih ada rasa kesal.
"Gue anter lo ya, sebagai tebusan sama sikap gue yang kemaren, gue ngerasa bersalah kalau gak berbuat apa apa buat nebus kesalahan gue."
Airin hanya pasrah mengikuti perintah Yogi, mungkin dengan cara ini ia bisa dekat seperti dulu lagi sebelum Yogi menyatakan perasaan.
...
Di parkiran sekolah, Airin melihat Devin sedang duduk di atas motornya. Keduanya saling bertatapan.
Airin memejamkan mata setelah lepas kontak dengan Devin, ia takut Devin salah paham lagi.
"Gue duluan." Ucap Airin ketika baru saja turun dari motor. Ia mempercepat langkah kakinya dan meninggalkan Yogi yang baru saja mematikan mesin motor.
"Riiiin tunggu!" Teriak Yogi.
Airin tidak menghiraukan dan semakin mempercepat langkah kakinya.
Setibanya di dalam kelas, Airin segera duduk dan menutup kedua matanya menggunakan telapak tangan.
"Rin lo kenapa?" Tanya Yogi yang baru saja sampai di kelas.
Airin mendongak menatap Yogi instan, "Gak apa apa."
"Kalau terjadi sesuatu ngomong aja ke gue."
"Nggak apa apa kok, oo iya lo gak usah jemput atau anter gue ya karna udah ada Salsa."
"Salsa gak masuk hari ini, dia sakit." Ucap Yogi.
"Sakit apa?" Panik Airin.
"Demam, tadi pagi dia whatsapp gue katanya gak sempat nulis surat sakit."
Airin mengangguk mengerti, "Gue bisa kok naik angkutan umum, by the way terima kasih ya atas tumpangannya."
"Rin?"
"Gak papa kok, sekali lagi makasih ya."
"Sama sama."
...
Jam istirahat Airin berdiri hendak menuju kantin. Tiba-tiba ia teringat makanan yang diberikan oleh Rilda tadi pagi. Ia segera mengeluarkan bungkusan itu lalu kembali duduk dan memakannya.
Airin makan dengan lahap karena tadi pagi ia lupa memakan bungkusan itu. Belum habis makanan itu Airin merasakan sakit kepala, tapi Airin tetap melanjutkan makanannya.
Sepuluh menit telah berlalu Airin merasakan sakit kepala yang tak bisa lagi ditahan, ia segera ke ruang UKS sambil melaporkan semua keluhannya.
Setelah itu Airin diberi minyak gosok untuk dioleskan diberbagai titik karena UKS kehabisan obat. Ia disarankan untuk banyak minum dan makan teratur di cuaca sekarang karena musim pancaroba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Selalu Rumit
Teen FictionJangan Lupa Follow teman-teman... Apa jadinya ketika anak 18 tahun belum mengerti arti cinta, bagaimana bisa Airin membuka hati pada lawan jenisnya? Bagaimana keseharian Airin selama mendekati seorang laki-laki yang selama ini hanya sekedar hasil g...