Part 15

8 8 0
                                    

"Gue gak setuju." Sanggah Devin.

"Itu sama sama menguntungkan buat lo." Yogi meyakinkan.

"Gue juga nggak." Ucap Salsa seraya menegakkan punggungnya yang tadi tersandar di bahu Airin.

Yogi sedikit merasa bersalah, ia menyadari sarannya terlalu memaksa, meskipun ini semua demi perasaannya dengan Airin tapi Yogi tidak bisa memaksa apapun.

"Ini cuma saran gue." Ucap Yogi ketika suasana kembali hening.

"Silahkan masuk nak." Rilda mempersilahkan seorang perempuan masuk ke dalam kamar Devin.

Betapa terkejutnya ternyata yang datang adalah Aliyah.

"Hai." Sapa Aliyah ketika memasuki kamar.

"Eh Aliyah, silahkan masuk Liyah." Spontan Iwan.

Devin bingung, kenapa Aliyah bisa ada di rumahnya. Aliyah memang pernah membeberkan secara terang-terangan bahwa dia menyukai Devin sehingga berita itu menyebar di sekolah. Bukan hanya itu Devin sangat risih karena Aliyah selalu mendekatinya bahkan gadis itu pernah menembak Devin tapi ditolak terang-terangan.

Di samping itu Aliyah juga menyadari, bahwa kedatangannya membuat pemilik rumah bingung.

"Tadi gue keliling keliling gak sengaja mata gue tertuju ke garasi Devin eh ternyata ada motornya Salsa Iwan sama Yogi, gue kira ada acara apaan ternyata lagi jengukin Airin." Ucap Aliyah ngasal.

Aliyah tidak kaget lagi kalau Airin ternyata tinggal di rumah Devin karena Aliyah sempat berbincang ringan dengan Rilda sebelum naik ke kamar.

Masalah Airin yang tinggal sementara di rumah Devin, Salsa tidak memberitahu semua orang, ia hanya membercandai Airin kemarin, Salsa hanya memberitahu Yogi sedangkan Iwan dan Rio diberitahu oleh Devin.

"Silahkan duduk." Ucap Devin sebatas formalitas antara tamu dan punya rumah.

"Terima kasih." Balas Aliyah dengan senyum mengembang.

Kalau saja Aliyah tidak mengikuti mereka, Aliyah tidak akan tahu kalau Airin dirawat di rumah Devin. Untung saja mereka berkumpul di depan sekolah sebelum berangkat sehingga Aliyah bisa mengikutinya.

Aliyah memilih duduk di samping Airin, "Astaga Airin gimana tangan lo? Gue jadi khawatir sama lo." Ucap Aliyah dramastis disertai rangkulan di pundak Airin seperti orang yang sudah akrab.

"Udah membaik kok." Jawab Airin.

Tentu saja pemandangan itu membuat Salsa tidak suka, kali ini Salsa tak terlalu menggubris Aliyah karena ia sendiri tengah patah hati.

"Maaf Rin gue gak bawa apa apa, gue gak tau lo ada disini." Ucap Aliyah mengeratkan pelukannya.

"Iya gak apa apa."

"Sejak kapan lo tinggal disini?" Tanya Aliyah lagi, ia sangat kepo mengenai kedekatan Devin dan Airin.

"Sejak dua hari yang lalu."

"Rencana sampai kapan disini?"

"Sampai dia sembuh total." Celetuk Devin.

Aliyah manggut-manggut disertai cengar-cengir, ia tidak menyangka Devin yang menjawab.

Banyak sekali yang ingin ditanyakan Aliyah, ia hanya tak enak bertanya kalau ada Devin.

"Ayo ke bawah dulu, Mbak Nana udah bikin makan siang." Ajak Rilda pada teman-teman Devin.

Tak ada yang menolak karena pulang tadi mereka langsung ke rumah Devin dan tidak sempat makan. Sebenarnya Salsa ingin singgah makan di warung  tapi dicegah oleh Iwan yang katanya di rumah Devin lebih banyak makanan. Sungguh kurang ajar.

Tak Selalu RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang