Mentari masih bersinar redup di upuk timur. Perlahan Airin membuka jendela agar sinar yang masih minim itu masuk ke dalam ruangan sempit berukuran 2x3, lalu Airin bergegas membuka pintu kamar dan menuju dapur, terlihat banyak makanan sudah menghiasi meja makan.
Kedua mata Airin melotot sempurna ketika melihat dua orang perempuan sedang membuat kue. Perempuan itu memberi Airin senyum manis di pagi hari.
"Kamu sudah bangun nak?"
Tanpa sepatah kata lagi, Airin masuk kedalam rangkulan perempuan paruh baya itu, rasa rindu yang tertanam perlahan memudar.
"Selamat ulang tahun Airin." Ucap Dian setelah Airin melepas pelukan dari Rita.
"Terima kasih tante kecil." Balas Airin imut.
"Mandi sana, abis mandi baru bisa makan."
"Siap Kak Dian."
Selang beberapa menit Airin keluar dengan penampilannya yang segar dan make up yang tipis.
"Ayo sini nak." Panggil Rita di ruang tengah.
Sedikit terkejut melihat tumpukan piring dan gelas yang tersusun rapi, padahal mereka hanya bertiga.
"Kenapa banyak piring?" Tanya Airin bingung.
"Nanti ada tamu spesial di rumah ini."
Tiba-tiba ponsel Rita berdering, ia tergopoh-gopoh menjauh lalu mengangkat panggilan telepon itu. Seperti mendapat telepon dari orang penting.
"Siapa yang mau datang Kak?" Tanya Airin pada Dian yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Pak Dirga sama anaknya."
"Wahhhhh tamu besar!" Takjub Airin.
Selang beberapa menit, Rita masuk dengan mimik wajah kecewa, "Pak Dirga dan anaknya tidak jadi datang, ada urusan mendadak, yaaahhh mau bagaimana lagi Pak Dirga memang banyak urusan akhir-akhir ini, namanya juga pekerjaan pasti harus dikerjakan." Rita kembali terdiam, menatap makanan yang lumayan banyak di atas meja. Lalu menghembuskan napas pelan.
Hati Airin mendadak hancur melihat ekspresi wajah Rita yang berubah, ia memasak banyak karena Pak Dirga dan anaknya akan datang, tapi hari ini mereka membatalkan untuk datang karena pekerjaan.
Ada rasa kesal pada diri Airin melihat makanan sebanyak itu tersusun rapi di atas meja ruang tamu. Pikirannya langsung tertuju pada uang yang habis, berapa banyak rupiah yang dikeluarkan Rita berujung sia-sia. Rasanya sesak melihat makanan seenak itu disajikan namun orang yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang.
Menit berikutnya semua mata mengarah ke pintu seperti ada suara langkah kaki di luar sana.
"Assalamualaikum!" Salsa menampakkan diri di ambang pintu dengan penuh semangat.
Rita dan Dian menjawab dengan semangat pula.
"Wa'alaikumussalam!"
"Salsa?" Refleks Airin ketika melihat Salsa.
"Sini nak Salsa, ayo sini masuk makan." Sambut Rita.
Salsa mengkode tangannya seperti sedang memanggil seseorang di luar sana. Sadar dengan tingkah Salsa akhirnya Rita memutuskan keluar dan melihat siapa yang datang.
"Eehh silahkan masuk nak, akhirnya kamu datang juga, selamat datang di rumah Airin." Sambut Rita lagi lebih semangat lalu menuntun orang itu agar segera masuk.
"Hah?" Airin terkejut ketika melihat Iwan dan Rio berada di rumahnya. Yang lebih membuat Airin terkejut karena Iwan dan Rio akrab dengan Rita.
"Selamat ulang tahun Airin." Ucap Salsa sambil melebarkan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Selalu Rumit
Novela JuvenilJangan Lupa Follow teman-teman... Apa jadinya ketika anak 18 tahun belum mengerti arti cinta, bagaimana bisa Airin membuka hati pada lawan jenisnya? Bagaimana keseharian Airin selama mendekati seorang laki-laki yang selama ini hanya sekedar hasil g...