Part 17

8 9 1
                                    

Airin menyipitkan mata menatap pesan dari nomor baru yang ada di layar ponsel. Pasalnya tidak ada foto profil dan namanya hanya "Aldvn", siapa aldvn?

Airin: Siapa? [20.03]

Devin: Devin [20.05]

Airin membiarkan senyumnya terbentuk, lucu saja chatting dengan orang yang bersebelahan kamar,

"Aldevino ternyata." Gumam Airin.

Airin: Oke gue save ya [20.06]

Devin: Boleh minta foto [20.08]

Airin: Foto apa? [20.09]

Devin: Foto berdua [20.10]

Sebelum mengirimkan Devin, Airin kembali menatap foto itu, ia memerhatikan wajahnya, "Muka gue jelek" Gumam Airin.

"Kayaknya gue kurang senyum deh."

"Harusnya kepala gue gak terlalu miring."

"Kenapa gue gak senyum gigi? Kalo senyum gigi pasti senyum gue gak kaku kayak gini."

Pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan untuk diri sendiri itu membuatnya pusing, sibuk mengomentari diri sendiri padahal dia cantik di foto itu.

Namanya juga cewek, pasti selalu dapat celah di foto sendiri padahal tidak semua orang memperhatikan itu.

Dengan berat hati Airin mengirimkan foto selfi itu.

Devin: Gue ganteng [20.18]

Airin tersenyum geli, memang sih ganteng tapi tidak harus puji diri sendiri juga.

Airin: Iya sih [20.20]

Devin: Gak tergoda? [20.21]

Airin: Gak [20.21]

Sudah 30 menit pesan itu dibaca oleh Devin, tak ada balasan lagi, tentu saja Airin kesal sendiri, ditengah-tengah asiknya chatting malah dibaca begitu saja. Setidaknya ucapkan sesuatu untuk mengakhiri agar tidak menunggu.

"Ngapain juga sih gue nungguin chat dia." Gumam Airin bergidik ngeri.

...

Jam menunjukkan pukul 05.40, Airin membuka pintu kamar lalu menyeringai. Setelah itu melakukan gerakan-gerakan kecil untuk melatih tangan kanannya, sesekali melakukan gerakan aneh sekedar menghibur diri.

Airin menoleh ke kanan, seketika mengerjap melihat seorang laki-laki yang memperhatikan gerakannya tadi.

Airin tersenyum malu, "Gue lagi olahraga." Ucap Airin untuk meminimalisir rasa malu.

Devin hanya tersenyum.

Airin segera mendekati Devin.

"Vin kayaknya gue udah bisa ke sekolah deh, lo liat kan tadi gue bisa lakuin banyak gaya." Sahut Airin dengan tatapan serius. Berkat ketekunan berlatih sendiri, Airin sudah bisa menekuk tangannya hingga membentuk sudut 90°, meskipun masih menggunakan gerakan pelan.

"Bujuk tante Rilda dong, gue pengen ke sekolah, gue rindu suasananya." Pinta Airin memanyunkan bibir.

Tak ada jawaban dari Devin, ia hanya menggaruk tengkuknya, bingung juga dengan Airin yang tiba-tiba ingin ke sekolah. Bukannya Devin tak ingin membantu tapi Devin memikirkan banyak resiko, apalagi tangan Airin belum sepenuhnya sembuh, memang sudah bisa bergerak tapi gerakannya masih lambat, masih perlu dikontrol lagi.

Tak Selalu RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang