Tok tok tok...
Seorang wanita berkepala tiga mendengar suara ketukan pintu yang ada di rumahnya. Ia bergegas untuk membukakan pintu tersebut dengan langkahnya yang sedikit berlari.
Ceklekk...
Suara pintu pun terbuka, dia melihat rekannya yang umurnya sepantaran. Lantas dirinya tersenyum ceria.
"Eh, Jeng!!" Sapa wanita yang ada di luar rumahnya.
"Eh astaga, apa kabar ini?"
"Aku baik kok, baik." Dia yang mendengar itu tersenyum.
"Ini, aku ajak anak aku juga. Ella, sini sayang." Seorang anak perempuan keluar dari belakang ibunya.
Dengan malu-malu ia tersenyum sambil mengulurkan tangan untuk memberi salam kepada teman ibunya.
"Cantiknya anak kamu. Ayo, ayo masuk sini,"
Mereka bertiga jalan menuju ruang tamu.
Ella melihat sekeliling isi rumah teman ibunya, ini sangat megah dan bagus. Berapa orang yang tinggal disini? Apa iya hanya seorang saja? Itu tidak mungkin, kan?
"Anak kamu itu mana?" Tanya ibu Ella.
"Oh iya lupa, Des, keluar sebentar," jawab teman ibunya lalu suaranya sedikit di keraskan agar anaknya itu keluar.
Kira-kira siapa anaknya? Des? Desi, ya?
Tek... tek... tek...
Ella mendengar suara langkah kaki di tangga, orang itu akan ke sini, apakah orang itu anaknya?
Ia menundukkan kepalanya sejenak agar tidak malu saat bertemu anak teman ibunya, apakah orang itu cantik atau tampan?
"Kenapa?"
Suaranya, suaranya seperti yang ia kenal. Tetapi siapa? Ella mendongakkan kepalanya, sedetik kemudian dirinya membatu ditempat sambil memandang apa yang ada di hadapannya.
Benar, itu kakak kelasnya, dia tidak salah lihat. Itu Rades.
Ella melihat Rades dengan penampilan Rades yang sedikit berantakan, rambutnya yang di potong Wolf Cut itu sedikit berantakan, Rades juga memakai kaos berwarna hitam dengan celana kolor pendek berwarna abu-abu polos. Lehernya juga memakai kalung aluminium, mukanya juga terlihat malas dan enggan untuk menemui orang.
"Ini Jeng, anakku. Salam dulu gih." Titah ibunya.
Rades mengulurkan tangannya untuk salam kepada ibu Ella, ibu Ella pun menerima jabatannya.
"Rades."
Sekarang giliran tangan Rades mengarah ke dirinya. "Haduh, kok jadi gini, sih?"
Ella melihat Rades seperti tidak terkejut sama sekali saat melihat dirinya menatap Ella. Sudahlah, pupus harapan Ella.
Ella pun menerima uluran tangan Rades.
"Rades."
"Ella." Ella terus melihat Rades dengan seksama, nafas kakak kelasnya yang satu ini seperti habis lari maraton, sedikit keluar keringat dari dahinya dan terlihat ngos-ngossan.
"Oh ya, mamah sama mamahnya Ella mau keluar sebentar." Mendengar ucapan dari ibunya Rades, mereka berdua langsung melepaskan jabatan tangannya.
"Ke mana?"
"Shopping." Mereka berdua berdiri dan segera meninggalkan Ella dan Rades di tempat.
"Titip Ella ya, Rades." Ucap ibu Ella sambil tersenyum manis ke arah Rades, Rades menjawab berkataan ibu Ella dengan anggukan yang datar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Free Thought [ GXG ]
Teen FictionHer. Entah sejak kapan aku mulai menyukainya. Entah sampai kapan rasa ini berada dibenakku. Aku mencintainya, tapi aku juga tahu ini tentang dosa. Ellaphyra, gadis cantik dan menggemaskan itu. Aku menyukainya, awalnya aku tidak tahu bahwa cintaku ti...