Pagi ini aku memegang erat tangan Rades ketika kami berhenti di depan kelasku. Seperti biasa, Rades mengantar sampai depan kelas lalu pergi ke kelasnya sehabis mengantarku.
"Aku kangen." Ucapku.
"Kemarin kita habis ketemu, bukan? Tadi juga kita ketemu di rumah, sekarang aku masih sama kamu."
"Nambah kangen."
"Kenapa gitu?" Ia memiringkan kepalanya sembari melihat ke arahku.
"Kakak nggak ngerti perasaan cewek." Aku melepaskan genggaman lalu berdecak kesal.
"Apa?"
"Ya, habis ketemu malah nambah kangen."
"Yaudah jangan ketemuan." Jawabnya dengan nada datar.
"Kok gitu, sih?"
"Ngomong-ngomong aku juga cewek."
"Tapi kakak nggak ngerti sesama cewek."
Rades tersenyum dan meletakkan jari telunjuknya dibibir ku lalu berkata, "aku ngerti kok... waktu kamu sama aku ciuman."
Sehabis mengatakan itu ia berbalik badan dan bergegas pergi. "Apa?!"
"DIH! DASAR MESUM!" Teriakku. Aku harap tidak ada yang mendengar suara bising ku ini.
Aku mengayunkan tangan dan memberi jari tengah yang mengarah kepada Rades yang sedang jalan menjauh dari kejauhan.
"Phyra."
Aku membalikkan badan.
"Biaaaaa," hampir saja jantungnya akan copot.
"Ayo masuk, ngapain diluar sendirian." Aku melihat Bia yang sudah membawa dua makanan dan botol air yang disimpan di keresek warna putih. Tasnya masih ia gendong.
Sudah jelas anak ini ke kantin dulu baru ke kelas. Sebenarnya tidak masalah karena aku sering kali menitip untuk beli makanan kepada Bia jika ia sedang malas ke kantin.
Seperti sekarang, malam hari aku sudah mengirim pesan kepada Bia besok jika perempuan itu ke kantin ia akan nitip sesuatu.
"Makanan gue ya?" Ia mengangguk.
"Capek tahu, pagi-pagi udah ngantri di kantin. Tahu kan lah, apalagi desak desakan soalnya udah mau masuk-" Bia terus mengoceh sambil berjalan memasuki kelas bersamaku yang sudah berada di samping dirinya.
*****
Bel pulang sekolah sudah berbunyi daritadi. Tetapi belum ada tanda-tanda kemunculan Rades.
Apa mungkin perempuan itu masih ada tugas yang perlu di selesaikan sehingga telat untuk datang ke kelasku?
Aku sangat tidak sabar sehingga aku menyusulnya ke kelas Rades.
Aku dapat melihat disana ada teman-teman sekelas Rades yang piket mingguan sedang menyapu lantai.
"Permisi, kak, anu..."
"Ella ya?" Aku melirik.
Seketika ingat, dia kakak kelas perempuan yang Rades tolong saat di tangga sewaktu aku dan Rades belum resmi pacaran.
"I-iya,"
"Mau cari Rades?"
Aku mengangguk.
"Sayang banget tadi pas jam belajar Rades pulang buru buru katanya ada urusan penting. Gue nggak tahu itu urusan apa." Kakak kelas itu mencoba mengingat sesuatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Free Thought [ GXG ]
Teen FictionHer. Entah sejak kapan aku mulai menyukainya. Entah sampai kapan rasa ini berada dibenakku. Aku mencintainya, tapi aku juga tahu ini tentang dosa. Ellaphyra, gadis cantik dan menggemaskan itu. Aku menyukainya, awalnya aku tidak tahu bahwa cintaku ti...