43 . Angeline

1.3K 39 1
                                        

Flashback On

"Halo?"

"Gue punya penawaran bagus buat lo, lo bisa buat gue kan? Gue butuh lo." Aku meminta dengan nada yang sedikit memelas.

"Tawaran apa?"

"Lo pasti tahu Ella, teman seangkatan lo bukan?"

"Iya. Gue tahu." Jawab seseorang diseberang telepon itu.

"Gue harap lo bisa gue andelin, Bima. Gue butuh bantuan lo."

"Bakal gue laksanakan apapun itu demi lo. Kakak kelas gue paling cantik." Aku tersenyum mendengar jawaban dari Bima. Bagus, itu yang aku harapkan dari laki-laki itu, dia selalu bisa aku manfaatkan.

"Gue selalu sayang sama lo."

Aku tersenyum lagi kepada seseorang yang ia telepon sehabis itu aku mematikan telepon.

*****

"Sebentar lagi dia datang."

"Oke."

Aku menatap terus ke pintu ruang Seni Tari, berharap Ella segera berada disini.

Agak lama menunggu gadis lugu itu akhirnya dia datang, aku buru-buru berdiri dan menyamputnya dengan senyuman khas dari diriku.

Aku berlaga seolah baik kepada dirinya, semua orang tahu senyumanku yang terbaik. Bahkan laki-laki juga tahu, aku selalu berharap tidak ada yang dapat mengalahkan ku termasuk gadis kecil ini.

Dibalik senyumku, aku menatapnya tajam dan berdoa agar dia cepat meninggalkan seseorang yang aku sukai.

"Kalau nggak ada gue, lo sama Bima buat latihan." Setelah mengatakan itu aku bergegas pergi.

Bukan pergi, aku mengintip dari luar ruangan di sela-sela bagian gedung yang terbuka supaya aku bisa merekam Bima melanjutkan aksinya kepada Ella.

Sangat tidak sia-sia aku menyuruh Bima, jika dia menjadi aktor seperti akan berhasil. Dia sangat sempurna untuk ini.

Aku terus tersenyum sembari memandangi ponselku, selanjutnya akan aku kasih kepada Rades untuk bahan overthinking dirinya. Aku tidak sabar melihat dia membaca pesanku.

"Aku selalu suka kamu gini, Rades."

Aku menggigit jariku sendiri melamunkan pesan yang sudah dibaca oleh Rades. Segera mungkin ia akan dikit demi sedikit tidak mempercayai Ella.

"Kerja bagus, Bima."

*****

Saat di kelas dan ingin melihat Rades di kelasnya aku dikejutkan oleh berita, berita besar yang dari temanku yang mengatakan bahwa kakak Rades meninggal.

Terus terang aku sedikit tidak peduli dengan kakaknya, tapi ini demi menarik perhatian Rades. Jadi aku rencanakan ini.

Aku tebarkan senyumanku kembali dan menyuruh temanku untuk susun rencana agar aku bisa pergi ke Bandung menyusul Rades.

Saat istirahat aku berpura-pura sakit kepala sangat parah sehingga harus pulang ke sekolah dan orang suruhan ku juga yang menjemput, karena kedua orang tua ku tidak tinggal di Jakarta.

"Thanks, ini buat lo." Aku memberikan segepok uang kepada seseorang yang aku suruh untuk menjadi wali ku.

"Sekarang gue harus pergi ke Bandung secepatnya."

 Free Thought [ GXG ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang