35 . Ella dan Rades

618 30 1
                                    

Rades POV

Tok tok tok

"Kak."

Aku samar-samar mendengar suara dari luar rumah.

Segera aku membukakan pintu untuk orang itu. Ketika sudah terbuka, itu Ella.

Apa dia sudah selesai main permainan berbohongnya dengan ibunya?

"El,"

Ia menyerahkan kotak nasi kepadaku, wajahnya tidak ingin melihat kepadaku. Aku tahu mungkin karena tidak ingin lihat aku lagi. Mungkin.

"Ini buat kakak, dari mamah."

Aku mengangguk pelan.

"Jangan lupa dimakan, jangan keseringan begadang juga." Ujar Ella.

Aku tidak menjawab pertanyaannya. Aku rindu Ella. Tapi aku benar-benar tidak tahu harus menjawab apa, aku hanya diam menatap serius wajahnya yang cantik itu.

"Ini."

Ketika aku ingin mengambil tempat makan itu, ia menariknya kembali.

"Kalau bukan karena mamah, nggak akan aku kesini."

"Kenapa?" Tanyaku.

"Kakak kayak ogah buat balas sapaan aku. Aku jadi malas buat kesini lagi nanti."

Bagaimana aku tidak ogah, Ella. Saat kamu ke rumahku ketika tidak bersama Bima saja rasanya aku sudah terbakar api.

Ini benar-benar salah, harusnya aku yang melupakanmu lebih dulu karena aku yang memutuskan hubungan ini.

Tapi mengapa ini seperti karma bagiku? Aku selalu sakit hati saat melihat Ella bahagia selain denganku?

Kenapa dengan mudah Ella berpaling begitu saja? Bahkan denganku?

Bisakah aku bilang kepadanya sekarang bahwa aku merindukan dirinya?

Aku sangat merindukan Ella.

"Ella,"

"Aku mau pulang, kak."

"Oke."

Aku menerima tempat makan itu. Detik berikutnya aku melihat Ella pergi begitu saja tanpa berpamitan atau mengucapkan salam kepada diriku.

Setelah Ella jauh beberapa meter dari rumahku, aku bertekad untuk mengejarnya.

Aku letakkan tempat makan di teras rumah dan mulai lari untuk mengejar Ella yang sudah mulai menjauh dari rumahku.

"ELLA!" Teriakku.

Aku berlari ke arahnya.

Ia yang mendengar teriakkan ku mulai menoleh ke arahku.

Dia berhenti di tengah jalan.

Ella gila, mengapa dia berhenti di tengah jalan. Dengan sekuat tenaga aku berlari ke arahnya lalu menarik lengannya untuk menyisi dari jalan raya.

"Kamu ngapain berhenti di tengah jalan?"

"Aku-" dia terlihat sangat kebingungan.

"Apa?" Tanyaku sambil terus menggenggam pergelangan tangannya.

"Kakak manggil aku, jadi aku berhenti."

Ini tidak bisa dipendam lagi, aku sangat merindukan Ella. Bisakah aku memeluknya sekarang? Bahkan jika dia milik orang lain?

Tanpa aba-aba aku langsung memeluk erat Ella yang membuat Ella tersentak.

Aku sedikit berharap ia memeluk balik. Tapi itu tidak mungkin karena hatinya bukan untukku lagi.

Jika benar iya, aku masih bersyukur karena bisa memiliki rasa lebih ke Ella dan masih bisa melihatnya. Walau aku tetap tidak suka dia tersenyum bahagia saat bersama Bima.

"Aku rindu."

Aku hafal sekali dia saat tidak bisa berkata-kata.

"Kak-" dia mencoba untuk melepaskan pelukan ini.

Dengan terpaksa aku melepaskan pelukan dan menatapnya.

"Malu di jalan." Lanjutnya.

"Aku-" lidahku keluh.

"Apa, kak?"

"Aku nggak tahu, tapi-" lagi-lagi lidah ini keluh saat ingin mengatakan sesuatu yang penting untuknya.

Ella mengerutkan keningnya.

"Masih suka sama kamu."

Aku melihat Ella sedikit tidak nyaman dengan situasi ini, aku harus mencoba mengerti dirinya.

"Maaf, La. Kamu bisa pulang sekarang."

"Aku pulang ya, kak." Aku mengangguk dan membiarkannya pulang.

Aku sudah kenyang untuk makan hari ini karena sudah melihat Ella dan memeluk Ella walau tidak ada balasan dari gadis itu.

Melihat Ella pergi menjauh aku sedikit tersenyum dan khawatir.

"Hati-hati sampai rumah."

________
TBC.

1 Agustus 2023.

 Free Thought [ GXG ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang