Her.
Entah sejak kapan aku mulai menyukainya. Entah sampai kapan rasa ini berada dibenakku. Aku mencintainya, tapi aku juga tahu ini tentang dosa.
Ellaphyra, gadis cantik dan menggemaskan itu. Aku menyukainya, awalnya aku tidak tahu bahwa cintaku ti...
Tidak tahu apa yang salah denganku, mengapa dan kenapa, bagaimana aku bisa seperti ini.
Aku membuka ponselku dan searching mengenai tentang perasaanku saat ini dengan pencarian beberapa hal.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tidak, ini tidak mungkin kan?
Mana bisa aku punya ketertarikan kepada perempuan? Aku tidak lesbi, kan?
Google pasti bohong akal hal itu.
Bukan seperti itu. Aku juga sebenarnya menyukai laki-laki. Apa ada istilah lain selain itu? Aku tidak begitu senang.
Bukannya alasanku selalu menolak laki-laki itu adalah tidak ingin pacaran? Tetapi memang sebenarnya aku tidak tertarik kepada laki-laki, ada rasa geli juga saat berdekatan dengan mereka.
Mereka dekat denganku hanya untuk menarik perhatian karena yang mereka lihat hanyalah tampangku saja.
"Nggak mungkin!"
Bia yang terlelap sebelahku terbangun karena suara kerasku yang membangunkannya.
"Aduh Phyra! Lo kenapa teriak-teriak sih?" Ia menggaruk kepalanya.
Aku tersenyum kaku menanggapinya.
"Maaf, gue tadi lagi searching sesuatu..."
"Nyariin apa?"
"Anu, bukan apa-apa."
"Oh sekarang incess Phyra main rahasia rahasia an ya?"
"Ih bukan gitu, cuma masa gue ngasih tahu lo," jawabku dengan mata jengah menanggapi Bia.
"Bercanda kali, jangan marah gitu. Nanti jelek."
"Emang jelek!"
"Kalau kata cowok diluar sana sih nggak ya. Soalnya lo inceran para jantan." Bia terkekeh pelan.
"Ishh,"
Aku mencubit lengan Bia, dengan begitu ia sangat kesakitan tetapi aku malahan ketawa melihat temanku kesakitan karena ulahku.
Bia menggosok-gosok lengannya yang baru saja aku cubit.
"Maaf."
"Udah biasa gue dicubit sama lo. Punya pacar sana biar sasarannya nggak ke gue."
"Gue kan nggak mau, emangnya lo yang punya pacar tiap bulan ganti-ganti."
"Karena gue bukan lo!"
Aku malas berbicara dengan Bia, lebih baik aku keluar kelas untuk melihat orang-orang yang lewat.
Dari dulu aku belum pernah pacaran karena alasan belajar. Tetapi sekarang sepertinya aku mengerti mengapa demikian.
Langkah ku terus bergerak hingga ke koridor sekolah.
Seketika aku merenungkan perkataan google tadi. Sebenarnya aku sedih kemungkinan besar aku begitu tetapi entah mengapa aku merasa senang jika dekat dengan Rades.
Rasanya itu duniaku. Tetapi aku tidak ingin itu semua terjadi.
Jadi aku harus bagaimana?
Aku memilih melihat-lihat ke aplikasi Whatsapp, barangkali ada yang chat.
Tidak sengaja aku melihat status milik Rades kemarin malam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku jadi berkhayal yang tak masuk akal kembali, membayangkan disebelah jok Rades adalah aku.
Aku senyum-senyum sendiri melihat status Rades.
Seperti sudah tidak waras!
Aku mengembungkan pipiku untuk mengurangi panas di pipi karena ulahku sendiri yang mengkhayal kemana-mana.