Her.
Entah sejak kapan aku mulai menyukainya. Entah sampai kapan rasa ini berada dibenakku. Aku mencintainya, tapi aku juga tahu ini tentang dosa.
Ellaphyra, gadis cantik dan menggemaskan itu. Aku menyukainya, awalnya aku tidak tahu bahwa cintaku ti...
Rades tersenyum geli memandang tubuh Ella daritadi, semenjak ibu Ella mengirimkannya pesan singkat dan menyuruhnya untuk menjaga putrinya.
Ia mengusap pelan wajah Ella, gadis itu sedikit terusik saat ada yang mengusap wajahnya.
"Bisa-bisanya kamu pakai nama aku buat keluar sama Bima, Ella." Ucapnya pelan.
Jam kini menunjukkan pukul setengah tiga dini hari. Beberapa jam lagi matahari akan terbit dari timur.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mungkin Ella takut tidak diizinkan keluar jika ia bilang akan pergi bersama Bima.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Untung saja ibu Ella tidak menaruh curiga kepada dirinya dan foto Ella yang sedang tidur.
*****
Ella kembali ke rumah jam delapan pagi, ia tidak sempat makan bersama Rades diluar karena dirinya belum tahu sebenarnya Rades sudah mengetahui ia berbohong soal nama.
Gadis itu buru-buru masuk ke dalam rumahnya dan mencari ibunya. Ia juga takut jika Rades jujur dia pergi dengan Bima semalam.
"Ella."
Langkahnya terhenti saat ibunya memanggil.
Dengan pelan Ella membalikkan badan dan tersenyum canggung ke arah ibunya.
"Eh, mamah."
Ella sudah menyiapkan diri dan mental ketika ibunya sudah menyilakan tangannya di bawah dada. Mungkin dia akan dimarahi lagi karena ketahuan bohong.
"Lain kali jangan basah-basahan."
Ella terkejut dan terheran-heran mendengar ucapan mamahnya, kenapa beliau mengatakan demikian?
"Ma-maksud mamah?"
"Kata Rades, baju kamu basah jadi tidur nggak pakai baju."
Jadi Rades tidak mengatakan yang sejujurnya tentang semalam ia pergi bersama Bima? Melihat wajah mamahnya, tidak ada marah sama sekali justru sebaliknya. Khawatir.
Ella menggaruk kepalanya, "oh iya mah, nggak gitu lagi."
"Oke."
"Eh tunggu mah," dia menahan ibunya saat ibunya akan pergi dari hadapannya.
"Apa?"
"Mamah ngechat Kak Rades?"
"Iya. Semalem, tumben dia belum tidur jam dua. Mamah sedikit khawatir sama dia," ibu Ella menghembuskan napas kasar, matanya memandang kosong arah lain.
"Kenapa?"
"Kamu nggak tahu?"
Ella menggeleng pelan, ia benar-benar tidak mengetahui kabar Rades dari saat Rades menghilang sampai sekarang mereka mengobrol kembali.
"Beberapa bulan yang lalu kakak dia, kan, meninggal."
"Apa??"
"Rades pernah nggak sekolah seminggu, kan? Emangnya dia nggak bilang apa-apa ke kamu?"
Ia mengingatnya, Rades menghilang tanpa kabar seminggu. Saat bertemu dengannya wajah Rades seperti agak murung terlebih langsung melihat dirinya dengan Bima yang membuat Rades salah paham hingga memutuskan dirinya.
"Itu karena dia ke Bandung, ngurusin pemakaman kakaknya, Aden."
Jadi nama kakaknya adalah Aden.
Ella menjadi sangat bersalah, ia sungguh tidak mengetahui bahwa Rades menghilang karena itu. Andai waktu bisa diulang, ia ingin menemani Rades ke Bandung. Tetapi mengapa Rades tidak menghubungi dirinya?
Apa mungkin terlalu shock sehingga tidak bisa menahan rasa sedihnya sampai tidak mengabari Ella, dia harus berpikiran positif terhadap Rades.
Mendengar itu semua dari mamahnya, Ella sangat merasa bersalah karena tidak mengetahui dan selama berbulan-bulan ini dirinya selalu menganggap Rades yang bersalah karena tidak mau mendengarkan penjelasannya.
"Jadi gara-gara itu?" Tanyanya pada diri sendiri.
Ella sekarang merasa bodoh.
Tidak melanjutkan mendengarkan ibunya bicara, ia segera berlari ke arah kamarnya.
Ketika di kamar ingin mengirim pesan kepada Rades, tiba-tiba Bima mengiriminya pesan dan mengajaknya ketemuan di taman dekat sekolah.
Ia memikirkan ini sejenak.
Tapi ini kesempatannya untuk berbicara kepada Bima, untuk benar-benar mengakhiri hubungan mereka.
Ella tidak ingin hatinya terluka oleh orang brengsek seperti Bima. Akhirnya ia setuju mengikuti ajakan Bima untuk bertemu.