Aku berjalan menelusuri koridor sekolah dengan perasaan yang sama, masih merindukan sosok Rades di hatiku.
Langkahku terhenti saat melihat seseorang yang selama ini aku rindukan berada di depan kelasku.
Itu?
Aku membuka mulut, terkejut oleh kehadirannya.
"Kak Rades!!!" Aku berlari menghampiri dia.
Alhasil kakiku tersandung dan aku terjatuh ke lantai. Aku melihat Rades lari ke arahku dengan sigap.
Tetapi aku merasakan ada tangan lain yang menyentuhku dan membangunkanku dari jatuh.
Aku melirik ke arah orang dibelakangku. Ternyata itu Bima, ia terlihat sangat khawatir melihatku terjatuh.
"Lain kali kalau jalan pelan-pelan, jangan lari-larian gitu, Ella."
Aku bingung dan itu membuat jantungku berdetak kencang. Aku ketakutan jika Rades salah paham akan semua ini.
Rades terdiam beberapa meter dariku dan Bima yang masih memegangi kedua tangan ku sambil menatapku begitu dalam.
"Bim," aku menghempaskan kedua tangan Bima yang menyekal lenganku.
Seperti tidak ada dosa ia mengacak-acak rambutku lalu berpamitan pergi.
Kini aku menatap Rades perlahan, aku benar-benar takut jika Rades akan salah paham.
"Kak..." Aku jalan pelan menuju Rades yang mematung melihatku dengan Bima tadi.
Dia seram jika sedang begini. Aku menundukkan kepala.
"Aku... Kangen..." Saat aku hendak menggapai tangannya ia segera mundur agar tidak bisa aku pegang.
Tindakkannya itu membuat aku menoleh, "kakak kenapa?"
"Ngapain aja kamu selama aku pergi?" Dia bertanya dengan ekspresi yang sama ketika melihat fotoku dan Bima yang tidak sengaja berpelukan. Ralat, kita memang tidak pelukan, malahan Bima yang brengsek itu menarik lenganku.
"Maksud kakak apa?"
"Sama Bima."
"Aku nggak pernah ngapa-ngapain sama dia."
"Kelihatan banget bohongnya." Lagi-lagi Rades mendesakku dengan pertanyaan nya yang sangat tidak masuk akal.
Apa dia tidak sadar selama ini aku menunggunya dan saat dia kembali malah memberi ekspresi seperti ini?
Apa dia tidak paham betapa aku merindukannya selama 6 hari berturut turut?
Apa dia sudah ada perempuan lain yang bisa menggantikan posisiku disini?
Apa dia sudah hilang perasaan denganku?
Kenapa dia sesuka hati menuduh diriku?
Apa dia tidak merindukanku?
Apa dia sesibuk itu?
Dia menganggapku sebagai apa?
Kita ini apa?
Kenapa dia begitu?
Mataku berkaca-kaca sambil menatap Rades yang sepertinya marah kepadaku.
Aku tahu dia tidak suka aku disentuh orang lain, tapi ini salah paham. Aku tidak seperti itu.
"Kak, kakak salah paham... Aku."
"Udahlah, Ella."
"Apa?" Aku meraih kedua tangannya dan menggenggam.
Aku sangat merindukan kedua tangan ini. Aku benar-benar merindukannya. Aku rindu kepada dirinya.
Dia terus saja diam.
"Apa, kak?"
Dengan lembut ia melepaskan genggaman tangan ku. Lalu berkata yang membuatku ingin jatuh.
"Kita putus aja."
Setelah mendengar itu rasanya lututku bergetar hebat. Aku merasa hilang keseimbangan sehingga ingin jatuh ke lantai yang dingin ini.
Dadaku mulai serasa sesak.
Apa ini tidak dapat diperbaiki?
"Ap-apa?"
"Kita putus."
Aku menggantungkan suaraku, lagi-lagi butiran air mata mulai menetes kembali ke pipi ini.
Rades sejahat ini ya?
"Kak, aku-" aku kembali memegangi tangan kanan Rades dengan kedua tanganku agar tidak jatuh.
"Udah, Ella. Kita udahan sampai sini, aku mau pergi. Toh, kamu udah ada yang baru kan?"
Itu kata-kata yang sangat kejam!
Bisa-bisanya dia berkata seperti itu?
Dia melepaskan lagi tanganku dari pergelangan tangannya.
"Suruh Bima buat ngusap air mata kamu."
Sesudah mengatakan hal-hal yang tidak ingin aku dengar ia pergi dari hadapanku.
Setelah kepergiannya aku merasa lemas untuk berdiri. kakiku tidak kuat untuk menompang berat badanku dan akhirnya aku terjatuh ke lantai.
Lututku mengenai lantai dan sedikit lecet.
"Hiks, hiks..." Aku menutup wajahku menggunakan kedua telapak tangan.
Rasanya dadaku sesak, aku tidak percaya dia bisa mengucapkan hal yang tidak ingin sekali aku dengar.
Aku benar-benar lemas sekarang.
Rades sangat jahat sekali.
Dia benar-benar jahat kepadaku.
Aku memukul dada untuk menghentikan rasa sakit tetapi percuma, itu tidak berpengaruh sama sekali karena sakitnya alami dari batin.
Wajahku sekarang sudah basah karena air mata yang tidak kunjung berhenti.
Dadaku sakit sekali, aku sesak napas.
Gila. Aku tidak percaya dia sejahat itu.
Padahal aku sangat membutuhkan dirinya saat ini.
Mengapa segampang itu dia mengucapkan pisah? Ini sangat sakit, aku terus memukul dadaku.
Tidak sadar beberapa orang berkerumun dan mencoba bertanya mengapa aku nangis seperti ini di lorong sekolah.
Dengan kaki yang masih lemah aku mencoba untuk berdiri dan pergi dari kerumunan orang walau jalanku masih sempoyongan.
Aku tidak ingin dipermalukan di depan umum.
________
TBC.26 Juli 2023.

KAMU SEDANG MEMBACA
Free Thought [ GXG ]
Teen FictionHer. Entah sejak kapan aku mulai menyukainya. Entah sampai kapan rasa ini berada dibenakku. Aku mencintainya, tapi aku juga tahu ini tentang dosa. Ellaphyra, gadis cantik dan menggemaskan itu. Aku menyukainya, awalnya aku tidak tahu bahwa cintaku ti...