Sudah 6 hari aku tanpa Rades. Rasanya hampa.
Aku sampai sekarang masih bertanya-tanya, kemana perginya dia? Kenapa tidak ada kabar darinya sama sekali?
Pikiranku melayang kemana-mana.
Sisi lain aku sangat merindukan kehadirannya, kemana sebenarnya ia pergi?
Sedikit demi sedikit aku mengeluarkan air mataku menetes membasahi pipi.
Kenapa dia begitu jahat kepadaku? Apa aku tidak sepenting itu baginya? Dia menganggapku sebagai apa?
Pikiran itu terus saja memenuhi otakku. Sebelum ada tangan yang memberikanku tisu.
Aku menoleh, itu Bima.
Aku tidak punya energi untuk meladeninya. Aku terima tisu itu karena aku tidak ingin ketahuan yang lain aku sedang menangis.
"Makasih."
"Iya." Dia menggeser kursi di depanku dan duduk disana.
"Udah jangan nangisin yang nggak penting. Ngapain nangisin cewek kayak dia?"
Aku melirik kembali ke Bima.
Aku tahu, dia tidak mempermasalahkan statusku sekarang yang berpacaran dengan perempuan. Aku tersenyum hambar ke arahnya.
Benar-benar aku sangat merindukan Rades. Tetapi kenapa dia seperti tidak memperdulikan aku? Mencampakkan aku begitu saja seperti barang yang sudah tidak berguna?
Aku tersentak saat Bima berusaha mengelap air mataku yang berada di pipi dengan ibu jarinya.
"Maaf, gue nggak bermaksud gitu." Ucapnya dengan nada yang lembut.
"Pergi lo."
Dia tidak membantah seperti sebelumnya, ia mengangguk dan pergi meninggalkan tisu di mejaku.
Aku sekarang benar-benar merasa kesepian.
Aku melihat kembali layar ponsel, masih tidak ada kabar dari Rades. Aku tidak ingin mengganggunya dulu. Takut.
Akhirnya aku mengurungkan niat untuk mengirim pesan kepada Rades.
________
TBC.26 Juli 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
Free Thought [ GXG ]
Teen FictionHer. Entah sejak kapan aku mulai menyukainya. Entah sampai kapan rasa ini berada dibenakku. Aku mencintainya, tapi aku juga tahu ini tentang dosa. Ellaphyra, gadis cantik dan menggemaskan itu. Aku menyukainya, awalnya aku tidak tahu bahwa cintaku ti...