Aden dan Rades

1.1K 25 1
                                    

"Kakak jangan lari-larian ih!" Teriak Rades kepada Aden yang sedang tertawa dan mengulangi kata-kata nya.

Sebenarnya Rades kesal dengan kakaknya karena membuatnya kelelahan berlari untuk menghentikan anak laki-laki itu.

Di lain sisi ia juga senang, bisa mempunyai teman bermain di rumah, dia sadar tidak ada yang mau berteman dengan dirinya saat mengetahui kakaknya mengidap penyakit Autistic Disorder. Itu yang membuat Rades sedikit membenci Aden.

Ia menjadi terkucilkan di sekolah, anak-anak lain berpikiran jika berteman akan menular. Faktanya sama sekali tidak.

Lamunannya terhenti saat mendengar suara Aden yang berulang kali memanggil namanya, "Ades, Ades, Ades, Ades." Rades sedikit jengah mendengar namanya disebut oleh kakaknya.

Anak berusia delapan tahun itu terlihat murung sembari menatap kakaknya yang kini sudah duduk di tepi sofa sambil mengulangi kalimatnya.

"Kakak ada kata-kata lain nggak selain itu??" Tanya Rades kesal.

Aden memalingkan wajah ke arah lain tidak menanggapi Rades. Aden juga kerap menjauhi Rades saat Rades mencoba untuk kontak fisik dengannya.

"Ihhhh jangan ngomong gitu mulu!" Rades mulai menaikkan volume suaranya.

"BERISIK!" Lantang sang ayah yang sekarang mendekat ke arah mereka. Rades yang melihat ayahnya akan mendekat, segera ia menjauh dan duduk di samping Aden.

"Kalian bisa nggak sih jangan ganggu konsentrasi saya? Saya lagi kerja keganggu karena suara keras kalian!" Rades terdiam.

"Dan kamu-" ayahnya menunjuk ke arah Aden, kilatan matanya menyorot tajam, menatap Aden dengan wajah horor seolah Aden adalah makhluk yang paling menjijikan bagi dirinya. "Buat apa kamu lahir kalau gagal gini?"

Rades mendengar ayahnya mengucapkan kalimat yang tidak seharusnya ia dan kakaknya dengar di usia segini. Sebenarnya ia sedikit tidak mengerti, tapi karena suara lantang sang ayah membuat dirinya kesal dan berakhir menggigit lengan ayahnya dengan kuat.

Gigi-giginya yang runcing itu mampu membuat ayahnya menjerit kesakitan, sang ayah mendorong tubuh kecil Rades ke sudut ruangan. Matanya melihat sekilas ke lengannya yang merah akibat ulah anaknya.

"Kamu kecil-kecil gini, gede mau jadi apa hah?" Ayah maju mendekatkan diri ke Rades. Puntung rokok yang masih nyala di tangan kirinya ia arahkan ke tangan kanan Rades, ia tekan rokoknya yang masih nyala itu ke kulit tipis anak kecilnya membuat Rades mengeluarkan teriakan keras sambil memanggil ibunya.

"HUWAAA MAMAHHHHH..." Tidak peduli dengan teriak anaknya, ia terus menekan rokok itu sembari digesekkan hingga padam di tangan Rades membuat bekas luka.

"Aduh ada apa, sih?" Maudy, ibu mereka, mendekat dan langsung melihat apa yang dilakukan oleh suaminya kepada anak perempuannya.

Matanya membulat seketika, ia menarik baju kemeja yang dikenakan oleh suaminya. Sehabis itu ia menampar pipi suaminya keras.

"KAMU APA-APAAN SIH?"

"APA??"

Maudy melirik sebentar ke Rades yang sudah menangis, ditambah Aden yang terus-menerus memukul mukul kepalanya menggunakan kedua tangannya.

"Sayang, hei, hei udah udah. Sttt," Maudy mencoba menghentikan Aden yang bisa saja membahayakan kesehatan kepalanya.

Kedua tangan kecil itu ia genggam lalu ia memeluk tubuh Aden dan mengusap punggung anak itu dengan pelan.

"Kamu ngehasilin keturunan kacau semua," timbal suaminya.

"Dari dulu aku kepengen anak laki-laki, keluar pertama benar anak laki-laki tapi nggak normal gini-" Maudy terdiam mendengar ucapan laki-laki itu.

"Yang kedua normal, tapi malah perempuan. Ada apa sama rahim kamu itu??"

Maudy melepaskan pelukannya di Aden. Ia kembali bangun dan berhadapan langsung ke suaminya.

"Aku mau kita pisah, mas."

"Kenapa?" Bantahnya.

"Aku nggak suka anak aku sendiri kamu katain gitu! Padahal kamu ayah kandungnya, tapi tega banget bilang yang nggak-nggak sama mereka, hati kamu dimana sebenarnya?!"

"Yakin mau pisah sama aku? Kamu nggak tahu gimana rasanya jadi single parent, apalagi kamu perempuan pasti bakal di cap jelek sama orang lain karena pernikahan gagal. Aku bisa langsung cari pengganti kamu, orang mana yang tahu aku udah pernah nikah, kan?"

Kalimat yang dilontarkan suaminya membuat dadanya semakin sesak. Ia hanya ingin buru-buru melepaskan suaminya itu karena membuat dirinya semakin hancur setiap saat karena perkataan yang menyakitkan dari mulut laki-laki itu.

Sedangkan Rades yang mendengar pertengkaran kedua orang tuanya hanya menutupi kedua telinganya, ia tidak ingin mendengarkan semua pertengkaran orang dewasa.

Rades dengan wajah yang sudah dibanjiri oleh air matanya memilih untuk pergi dari ruang keluarga. Muak mendengarkan semuanya, ia tidak ingin tahu lebih banyak lagi.

Berakhir dengan ia yang menggigit jarinya di luar rumah, halamannya cukup luas membuatnya puas menangis karena keadaan sepi.

*****

Kakinya kini sudah menginjak sekolah barunya, keinginan sang ibu yang membuatnya pindah ke Jakarta. Ia sisirkan rambutnya ke belakang menggunakan jari jemarinya.

Langkahnya pelan karena banyak yang memperhatikan dirinya saat ia akan jalan ke kelas barunya. Ia juga beberapa kali menghentikan langkahnya, banyak orang yang menyapa dirinya.

Padahal mereka kenal Rades saja tidak. Rades menanggapinya dengan senyuman tipis pada semua orang sebelum seorang gadis terjatuh di hadapan dirinya.

Ia tersungkur karena berdesakan dengan murid yang lainnya.

Rades mengerutkan keningnya sebentar sebelum mengulurkan tangan untuk membantu gadis tersebut bangun.

Ketika gadis itu meraih tangannya dan bangun lalu langsung menatap berhadapan dengan Rades.

Gaifs yang sudah berdiri itu hanya memamerkan deretan giginya yang rata.

Nyengir kuda tanpa dosa.

Gadis itu menunduk kembali, entah apa yang ia lihat dibawah sana. Kini ia mendongak lagi melihat ke Rades.

"Makasih, kak." Ucapnya.

Rades hanya tersenyum tipis, senyuman kecut.

"Tapi kak, tangan kakak-" Gadis itu mengarahkan kepalanya ke genggaman tangan mereka agar Rades itu tahu bahwa sadar atau tidak dia masih saja menggenggam erat tangan gadis itu.

"Maaf." Setelah mengucapkan kata singkat itu dirinya melepas genggamannya dan langsung jalan ke arah kelasnya.

Ketika sudah jauh dari gadis itu, ia memegangi dadanya. Mengapa sangat kencang dari sebelum ketemu dengan gadis tersebut?

Ia terus menerus menggumamkan itu di dalam hatinya.

"Dia siapa?"

________

24 Agustus 2023.

Want to make a love story of Rades and Ella part 2?

 Free Thought [ GXG ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang