Ella Pov
Aku bersemangat sekali hari ini, iya ini hari Senin tetapi entah mengapa aura nya sekarang berbeda. Bisa menebaknya? Benar sekali. Karena aku akan memberikan baju Kak Rades.
Memberikan baju Kak Rades ke Kak Rades secara langsung dan bertemu Kak Rades.
Senangnya bisa bertemu dengan crush cantikku.
Segera aku memasukkan peralatan tulis ke tas dan berangkat sekolah lebih awal agar bisa menunggu di depan kelas Kak Rades. Aku tidak tahu bagaimana pandangan orang kepadaku sekarang ini ketika aku menunggu seorang perempuan dengan senyuman ceria.
Tetapi saat aku hampir sampai ke kelas Rades, disana sudah ada Angel yang duduk manis depan koridor kelas Rades.
Rasanya aneh.
Tidak lama aku melihat Rades datang dari kejauhan, itu membuatku takjub. Rambutnya yang potongan pendek dengan tas yang ia gendong sebelah.
Aku sampai melonggong karenanya.
Hingga aku tersadar oleh suara cempreng nenek lampir itu yang meneriaki nama Rades.
Ah sumpah ya!
"Radesssss!!!!!"
Aku menutup sebelah telingaku.
Rades berhenti di depan kelas sambil memandang bergantian ke arahku dan Angel.
Ia memiringkan kepalanya dan mengangkat satu alisnya.
"Aku bawain sarapan buat kamu." Aku melirik jijik ke Angel.
Apaan sih kakak kelas yang satu ini? Kenapa dekat dekat dengan Rades? Memangnya dia siapanya Rades?
"Gue udah bawa bekal sendiri." Aku hampir tertawa karena jawaban Rades.
Tetapi dengan begitu Angel melirik sinis ke arahku.
Lalu dia menoleh ke Rades dengan tatapan seolah dirinya perempuan terlucu sedunia.
"Aku udah susah susah buatin bekel buat kamu loh, Des. Masa nggak mau kamu terima? Minimal satu kali suapan aja?" Aku melihat Rades berpikir sejenak.
Aku kaget saat perempuan tomboy itu menerima bekal yang dibuat Angel untuknya.
"Satu suapan, selebihnya buat lo." Angel tersenyum semangat.
Rades membuka isi bekal itu, ada nasi goreng dengan ayam suir di dalamnya dan beberapa sayuran segar juga, sosis juga ada.
Rades menyendok nasi goreng itu. Benar-benar satu suap dan di kembalikan lagi kepada Angel.
"Aku seneng deh. Makasih ya,"
"Sama-sama." Jawab Rades singkat.
"Nggak akan aku cuci sendok sama tempat bekalnya." Idih.
Setelah itu Angel pergi begitu saja dengan wajah yang ceria.
"Najis amat itu nenek lampir. Siapa nya Rades, sih?" Tanyaku dalam hati sambil menggerutu kesal memandang punggung Angel yang kian menjauh dari pandanganku.
"Ella?" Mataku kini melirik ke arah Rades yang memanggilku.
Senyumku bersinar kembali melihat wajah kakak kelas perempuan di depanku.
"Eh,"
Aku melihat Rades menaikkan satu alisnya sembari menatapku heran.
"Aku mau ngembaliin baju kakak yang kotor kemarin."
"Oh." Jawabnya. Ia mengulurkan tangannya ke arah totebag yang aku bawa. Ternyata ia tahu juga isinya adalah bajunya.
"Hah?" Tanyaku.
"Itu isinya baju gue, kan?"
"Kok kakak tahu?"
"Kelihatan."
"Oh... ini deh, makasih ya."
"Sama-sama."
Loh, sebentar. Bukannya harusnya dia yang mengucapkan terima kasih kepadaku? Kenapa aku yang mengucapkan terima kasih kepadanya? Lalu mengapa ia menjawab sama-sama juga? Are you crazy, Rades?
Aku menggaruk tengkukku pelan, ingin sekali bertanya sebenarnya Angel itu siapa kepada Rades.
"Kak,"
Saat aku mulai memanggil namanya, dia menatap mataku dengan begitu tajam. Seolah tidak menyukaiku, harapannya begitu menyeramkan bagiku.
"Apa?"
Ini kesempatanku bukan? Kesempatan untuk bertanya mengenai Angel.
"Itu, yang tadi. Kak Angel, siapa kakak?" Belum sempat Rades menjawab aku sudah melanjutkan ucapanku lagi.
"Aku tahu ini bukan urusan aku, soalnya aku bukan siapa-siapa kakak sih. Terus-"
"Mau banget jadi siapa-siapanya gue?" Tanyanya.
"Eh?" Maksud dari ucapan Rades itu apa?
"Dia mantan gue."
Hah? Tunggu tunggu, aku sedikit ngelag. Kalian tahu ngelag kan?? Aku terdiam sesaat.
Apakah Rades salah berbicara atau bagaimana?
"Ma-mantan?"
Dia mengangguk.
Rades? Pacaran dengan perempuan? Bagaimana? Aku masih bingung loh.
"Kenapa?" Tanya nya.
Aku sekarang terlihat gugup dihadapannya. Jika Rades menyukai perempuan apakah ada kemungkinan dia menyukaiku juga?
Tidak, jangan terlalu berharap.
Tapi bisa saja, kan?
Aku masih tidak percaya dengan semua ini.
Aku senang sekaligus kesal.
Senang karena ada kesempatan bagiku untuk mendekatinya kembali. Kesal karena nenek lampir itu adalah mantan nya. Dasar Angel.
"Kakak pacar-"
"Jangan kaget."
Aku kaget loh!
"Udah ini doang, kan? Gue masuk kelas dulu."
Rades sialan, kenapa dia bisa begitu tidak pedui kepada diriku?
Iya aku tahu, aku bukan siapa-siapanya. Tapi setidaknya basa-basi lah atau apa gitu.
"Yaudah."
Rades melirikku sebentar dan pergi ke dalam kelasnya.
"Nyebelin!" Jika dia kembali lagi akan aku lempar sepatu.
Beberapa detik aku menatap kelasnya, tiba-tiba ia keluar lagi. Mau ngapain? Nyamperin aku? Atau mau ngucapin makasih?
Aku melihat dia berjalan ke arahku. Tubuhku sudah sangat tegang, aku gugup dan canggung di situasi seperti ini.
Sumpah.
Dia terus berjalan hingga dekat.
Tapi...
Dia melempar sesuatu ke sebelah ku. Aku menoleh, di samping ada tong sampah. Jadi dia hanya membuang sampah? Really?
Dia menatapku dengan tatapan bingung, mungkin dia berpikir aku kenapa begitu kesal.
Setelahnya ia memasuki kelasnya lagi disusul oleh murid yang lainnya. Aku hentakkan kakiku ke lantai depan kelas Rades.
_______
TBC.27 Februari 2023.

KAMU SEDANG MEMBACA
Free Thought [ GXG ]
Novela JuvenilHer. Entah sejak kapan aku mulai menyukainya. Entah sampai kapan rasa ini berada dibenakku. Aku mencintainya, tapi aku juga tahu ini tentang dosa. Ellaphyra, gadis cantik dan menggemaskan itu. Aku menyukainya, awalnya aku tidak tahu bahwa cintaku ti...