15. Halusinasi

2.4K 478 74
                                    

6 tahun lalu

~*~

Suara deburan ombak dari kejauhan mulai bisa Dyo denger. Senyumnya terkembang, perasaannya jauh lebih baik. Pandangannya terfokus ke jalanan di depan, sedikit lebih rame jadi dia kudu fokus kalau gak mau sesuatu yang buruk terjadi. Lalu matanya gak sengaja ngelirik ke arah spion.

Di belakangnya, selisih satu mobil dan dua sepeda motor, sebuah truk besar dengan muatan berat menderu dengan cukup kencang. Jantung Dyo berdegup gak nyaman, dia fokusin lagi pandangannya dan nyoba buat ngambil jalan lega dari jalan dia sekarang. Gak tau, perasaannya gak enak aja.

Senyumnya terulas dikit waktu ada jalan lega di sebelah kirinya. Dia udah mau nyerongin stirnya buat ambil jalan lega dan kosong itu, tapi sepertinya dia telat. Suara benturan kenceng dia denger dari belakang. Mobil yang ada di belakangnya nabrak dengan keras motor Dyo dan motor Dyo nabrak lebih keras mobil di depannya.

Mata Dyo membola, tubuhnya terhempas dari atas motornya sebelum kendaraan ayahnya itu hancur terhimpit. Tubuhnya terlempar dan berdebam keras di atas aspal panas dan kasar.

“Ugh,”

Pandangannya memutih, kepalanya berkunang-kunang. Suara jeritan dan klakson yang membahana di mana-mana bikin pendengarannya berdenging. Rasa sakit mendera seluruh tubuhnya, darah berbondong-bondong keluar dari mulut, hidung serta beberapa bagian tubuhnya yang jadi tumpuan jatuhnya.

Pikirannya yang semula mulai tenang kembali kacau. Dengingan kencang di telinganya menghantarnya ke ingatan-ingatan buruk tentang pertengkaran kedua orang tuanya. Suara gelas yang dibanting semalam seolah kembali terdengar di telinga Dyo, kikikan lucu Alif ikut terngiang, wajah lucu Aca, hari ulang tahun Sehun.

Dadanya kembali sesek, ketenangannya buyar, kepalanya dihujam oleh kenangan-kenangan buruk, membuat tekanan hebat yang bikin dia buka mata buat lari dari bayangan buruk yang gak pernah pengen dia lihat lagi.

“Kesemutan,” bisiknya waktu ngerasain seluruh tubuhnya aneh.

“D-Dyo,”

Panggilan itu yang pertama kali Dyo denger waktu dia buka mata. Dia ngedip beberapa kali biar pandangannya lebih jelas, dia juga berusaha buat fokusin pendengarannya yang masih sedikit berdenging. Bibirnya bergetar pengen ngucapin sesuatu lagi. Tangannya yang gemeter nyoba buat ngusap paras khawatir yang ada di depannya.

“Ba-Bang Jongin?” akhirnya dia bisa ngeluarin suaranya, orang yang ada di depannya dan lagi mangku tubuhnya yang gak berdaya adalah Jongin.

Lalu isakannya keluar diikuti linangan air mata, “Hiks k-kok ada Abang? A-aku pa-pasti hal-lu ya? Hiks,”

Jelas dia gak percaya dan nganggap cowok yang pernah ngisi hatinya itu ada di depannya sekarang. Apa saking kacaunya hatinya sampe dia berhalusinasi kalau Jongin ada di depannya?

Isakannya makin kenceng waktu gak denger respon apapun dari orang yang dia anggap Jongin. Orang itu malah natap dia dengan sorot khawatir, ada air mata yang menggantung di pelupuk.

“Hiks, Abang, a-aku sedih.” isaknya, tubuhnya gemeter hebat sambil terbatuk beberapa kali, “Ha-hati aku sakit, Bang hiks. A-aku pengen sembunyiii--

Suaranya memelan di akhir waktu darah kental terdorong keluar dari mulutnya. Wajah orang yang dia anggap Jongin makin kelihatan panik, dan bisa dia denger suara seruan penuh khawatir dari orang-orang.

“Hiks sakit-- ma-mau dipeluk uhuk! Hiks sembunyi--

Lalu samar-samar dia denger suara Jongin mengalun di telinganya yang masih nyisain dengingan.

RAMADHAN KELUARGA PAK CHANYEOL [Jilid 3] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang