03 - Blind date

2.3K 273 6
                                    

Saat ini Lisa tengah menunggu partner kencan butanya di Mingles seperti yang dikatakan Jisoo. Seperti biasa, Lisa terlihat sempurna. Dia mengenakan blus abu-abu muda dan rok pensil ungu tua yang setinggi lutut. Rambutnya disisir rapi, memamerkan anting berliannya. Bahkan senyumnya sempurna.

Tiba-tiba, dia ingat bagaimana Jungkook memandang wajahnya dan segala pujian yang dilayangkannya. Dia menunduk, menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.

Tok, tok.

Suara ketukan meja mematahkan pikirannya. Dia mendongak untuk melihat siapa yang mengetuk mejanya.

Sedetik,

Dua detik,

Matanya melebar kala melihat pria dengan balutan setelan serba hitam di depannya adalah pria yang tidur dengannya 2 hari yang lalu. Dia secara tidak sadar bangkit dari duduknya dan melangkah mundur.

Dengan cepat dia kembali sadar akan situasinya dan dia segera meraih tasnya, hendak meninggalkan restauran yang hanya diisi mereka berdua ini.

Kalau diingat-ingat lagi, sedari tadi saat dia menunggu partner kencan butanya di Mingles Restaurant ini, dia tidak melihat pelanggan lain selain dia disini, seakan situasi ini sengaja diciptakan.

Tapi gerak Lisa kalah cepat dengan Sehun. Pria itu dengan sigap menahan lengan wanita yang hendak melarikan diri lagi itu.

"Mari bicara."

Lisa tidak bergerak. Dia hanya menatap tangan besar pria itu yang menahannya. Lisa tidak bisa menghindari tatapannya, tatapan datar tapi terasa sangat dingin.

Dia berusaha melepas cekalan tangan Sehun. Tapi berakhir dengan Sehun menguatkan cekalannya. Lisa memelototinya, "Ya kalau gitu lepaskan tangan anda terlebih dahulu!"

Sehun diam sesaat, lalu melepas cekalannya. "Duduklah," Kata pria itu sambil mendudukkan dirinya tepat di depan kursi yang Lisa tempati tadi, sehingga sekarang mereka saling berhadapan.

"Aku sarankan agar kau tidak berpikir untuk melarikan diri, karena di pintu masuk dan pintu belakang restauran ini sudah ada pengawal ku yang berjaga." Katanya lagi saat menyadari arah lirikan mata gadis di hadapannya ini selalu menuju ke arah pintu keluar.

"Tidak ya!" sangkalnya dengan cepat, "Untuk apa pula saya melarikan diri, dan kenapa pengawal anda berjaga disana?!" katanya lagi sambil mendelikkan matanya tajam.

Sehun memicingkan matanya, menahan senyum gelinya. "Lalu mengapa kau terus melirik ke arah pintu?"

"S-Saya...," Lisa menghentikan ucapannya karena tidak tau harus memberikan alasan apa pada pria itu. Lisa mengedarkan pandangannya berusaha mencari alasan yang masuk akal, setelahnya dia mengembangkan senyumnya saat mendapat alasan yang dirasa cukup masuk akal. "Saya cuma mau melihat pria yang berdiri di dekat pintu masuk itu. Dia sangat tampan." katanya sembari menatap pria yang dia tunjuk, dengan tatapan kagum yang dibuat-buatnya.

Sehun berdeham, mencoba mengalihkan perhatian Lisa dari pintu. "Lee Lisa, umur 25 tahun, memiliki toko roti yang lumayan terkenal dan memiliki banyak cabang di Korea, memiliki saudara kembar model Lee Roseanne, putri dari chef terbaik di dunia, Lee Maxim, jika dilihat dari pencapaian Michelin Star yang dimiliki oleh restorannya—"

"T-Tunggu tunggu," Lisa mengangkat tangannya untuk menghentikan celotehan pria di hadapannya itu. "Bagaimana anda bisa tahu itu semua? Apa anda memata-matai saya?" Mata Lisa melebar kala mengucapkan itu, ditambahi dengan aksinya yang menghilangkan kedua tangannya di depan dadanya benar-benar membuat Sehun ingin tertawa saat menyadari tingkat kepercayaan diri gadis ini sangat tinggi.

"Tidak sampai memata-matai, aku hanya mencari tau biografimu secara garis besar, tanpa mengusik hal yang menjadi privasimu."

Lisa memicingkan matanya, menatap Sehun dengan tatapan tidak percaya. "Lalu untuk apa anda mencari biografi orang sepertiku?"

Sehun mengembangkan senyum tipisnya, "Bukankah ada yang perlu kita bicarakan tentang malam itu?"

°o°

Siang ini Lisa dan Jennie tengah menemani Roseanne melakukan pemotretan untuk majalah bulanan. Jennie yang tengah berbicara serius dengan fotografer dan Lisa yang tengah asik memakan nanas yang dia beli di depan gedung pemotretan tadi pagi.

"Kenapa kau tiba-tiba ngidam nanas?"

Lisa menoleh kesal ke arah Jennie yang berada di sampingnya. "Aku tidak ngidam ya! Aku hanya secara tiba-tiba ingin makan nanas."

Sebelah alis Jennie terangkat dibarengi dengan senyum gelinya. "Itu apa namanya kalau bukan mengidam." katanya lalu tertawa kecil.

"Pokoknya aku tidak ngidam!" kekeh Lisa.

Perkataan Jennie barusan secara tidak sengaja kembali mengingatnya pada perkataan pria menyebalkan yang dia temui semalam.

"Bukankah ada yang perlu kita bicarakan tentang malam itu?"

Lisa kembali melototkan matanya, entah untuk yang keberapa kalinya pada malam ini. "Apa lagi yang harus dibicarakan? Bukankah sudah jelas kalau kejadian malam itu adalah kesalahan?"

Sehun menatap wanita didepannya tidak percaya, "Kesalahan katamu?"

Baru kali ini dia melihat ada wanita yang menolak pesonanya. Biasanya para wanita akan terus mengikutinya seperti anak bebek berharap bisa menjalin suatu hubungan atau hanya sekedar bercengkrama dengannya, tapi wanita dengan poni di depannya ini malah sebaliknya.

"Apalagi kalau bukan kesalahan? Saya dan Anda sama-sama mabuk malam itu, sudah pasti kita hanya terbawa nafsu sesaat. Jadi jangan mengungkit-ungkit kejadian malam itu lagi!"

"Aku tidak mabuk malam itu." Kata Sehun dengan tidak acuhnya, membuat Lisa kembali memasang wajah kagetnya.

"HAA?!" Teriaknya, "Lalu kenapa anda melakukan hal itu padaku?? Jangan kira karena saya mabuk jadi anda bisa berbuat hal itu pada saya ya!!" katanya lagi dengan suara yang ditinggikan.

Sehun kembali tercengang dibuatnya, apa wanita ini tidak mengingat kejadian malam itu dengan jelas? Bisa-bisanya dia menuduh dirinya melakukan tindakan cabul seperti itu pada dia. Padahal kan yang memulai semua itu dia.

"Jangan asal tuduh! Kalau bukan karena kau yang membangkitkan gairah seks ku mana mungkin aku berselera padamu." kata Sehun dengan menambahkan sedikit kebohongan.

Wajah Lisa memerah, entah karena malu, atau karena marah setelah mendengar pria yang telah menidurinya tidak berselera terhadapnya.

"Anda bisa mendorong saya waktu itu, kenapa bisa terpancing pada orang yang tidak meningkatkan selera ini?"

Sehun memejamkan matanya, terlihat membuang napasnya sebentar, sebelum kembali berbicara, "Kau terus menggesekkan tubuhmu padaku, dan kau terus menciumiku yang sedang tertidur dengan agresif, kau juga—"

"STOP! STOP!" Lisa berusaha menghentikan ucapan vulgar pria yang tidak ia ketahui namanya itu sebelum menceritakan hal-hal yang lebih memalukan lagi. "Kenapa anda menceritakan hal itu??!" katanya dengan wajah dan leher yang memerah.

Sehun mengangkat bahunya tidak acuh, berusaha menyembunyikan senyum gelinya setelah melihat wajah Lisa yang semerah tomat. "Bukankah kau terus menyalahkan ku akan kejadian yang kau mulai malam itu? Aku hanya ingin meluruskan hal itu."

Dengan wajah yang masih semerah tomat, Lisa kembali membuka mulutnya, "A-Apa anda disini hanya untuk mengatakan hal itu? Kalau iya, saya mengaku salah malam itu. Sudahkan?"

Setelah mengatakan itu Lisa berdiri hendak berjalan melewati Sehun dan menuju pintu keluar.

Tapi sepertinya Sehun belum selesai berbicara, jadi dia menahan lagi lengan kurus Lisa sebelum wanita itu melewatinya.

"Aku tidak memakai pengaman malam itu."

Best MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang